Jakarta, 2018
Seorang gadis berperawakan sedang, terlihat kacau dengan rambut sepunggung yang acak-acakan, di tambah kulitnya yang berwarna putih pucat kusam yang menambah kesan lusuh kepadanya.
Namanya Analika, tiap harinya gadis itu hanya duduk di sudut kamarnya sembari memainkan piano usang yang berwarna hitam pekat dan memainkannya dengan nada acak.
"Analika sayang, ada Handya di bawah. Ayok turun, nanti pulang jangan lupa bawa rusa yang besar ya" atensi Analika beralih terhadap suara lembut yang melintas di indera pendengarannya, dan mendapati seorang wanita cantik yang terlihat seperti berusia 25 tahun padahal ia sudah menginjak kepala 4.
"Iya bunda, bilang kepada Handya aku akan tiba 5 menit lagi. Aku mau siap-siap dulu" ucap Analika dan langsung bergerak untuk masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya
Sedang bundanya hanya melihatnya datar dan perlahan menghilang dari kamar Analika.
***
"Analika, pernahkah terpikir oleh mu untuk menjalin sebuah hubungan? Seperti pacaran misalnya" Tanya Handya, sahabat karibnya yang kini tengah duduk di atas batu sama seperti dirinya
"Tidak" jawab Analika singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari air sungai yang tenang
"Kenapa? Kamu cantik, pasti akan ada banyak pria yang menyukai mu" Tanya Handya lagi lirih
Setelah itu suara yang entah datang darimana berbisik lirih di pendengaran Analika
'Ayolah dia sedang mengejek mu karena masih single hingga kini. Dia tidak benar-benar memuji mu hahaha'
'Tidak! Dia sedang memberi mu kode Analika, sepertinya dia menyukai mu'
'Halah itu tidak mungkin. Kalau ada orang yang mengganggap Analika cantik sudah pasti Analika melepas status singlenya sejak lama'
'Itu tidak benar Analika, percayalah'
'Hahaha Handya hanya berusaha untuk sarkas dengan bilang kalau kamu cantik. Pada kenyataannya kamu itu jelek dan dia berusaha menyadarkan mu mengapa kamu masih menjadi single hingga kini,'
Analika berang, suara-suara tadi menyadarkan Analika akan kenyataan pahit dari perkataan Handya. Darahnya seketika mendidih seolah-olah dapat meledak kapan saja.
Menyadari lawan bicaranya yang tengah ketakutan, membuat Analika tertawa kencang. Alih-alih membuat suasana mencair malah membuat suasananya kini tambah menyeramkan.
Dan sementara itu ada seorang nenek yang tengah memerhatikan semuanya dengan tatapan sendu dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya dan siap meluncur kapan saja.
"Semoga engkau cepat sadar cucuku..."
Menurut kalian Analika kenapa ni? Kok neneknya sedih gitu ya.. ada yang bisa tebak?
Ah ya jangan lupa buat vote komen nya ya! Satu bintang dari kalian tuh berharga banget untuk keberlangsungan cerita ini 😀. Buat yang sudah vote komen, terimakasih ya. Have a nice day y'all!
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI
Non-FictionPerasaan tidak rela menghantui diri Analika karena ketidak jelasan mengapa orang tuanya tidak pernah hadir kembali dalam hidupnya. Hingga rasa tidak rela itu mengubah pola pikir Analika yang memantapkan bahwa 'mereka' masih ada, tanpa menyadari bahw...