Si gempal dan ulahnya

41 29 2
                                        

"hey bocah ceking!" Seru dari bocah perempuan berbadan gempal yang tengah menghampiri Analika bersama teman-temannya yang tengah asik bermain

Analika tahu bahwa sapaan itu diperuntukkan untuk nya karena di antara teman-teman nya memang tubuhnya lah yang paling kurus. Dan ia pun menundukkan kepalanya dan berusaha untuk tidak menangis di hadapan teman-temannya

"Heh Loren gemuk! Ngapain kamu kesini?" Tanya Lyan garang, gadis dengan rambut pendek khasnya yang tomboy dan memiliki kulit kecoklatan itu menatap Loren sengit

"Apa item? Ga suka?" Balas Loren tidak mau kalah ditambah dengan menampilkan senyum mengejeknya membuat Lyan rasanya ingin muntah di wajah Loren yang dilapisi make up yang tidak pas untuk bocah berusia 5 tahun, seperti tante-tante jablay

"Cih, pergi sana! Bisa-bisa tanah ini runtuh karena ga kuat menampung tubuhmu yang kayak gajah itu hahahaha" ejek Lyan yang tak mau kalah lalu setelahnya tertawa di ikuti teman-teman lainnya yakni Zulfa dan Listiani terkecuali Analika

"Huh! Terserah saja lah, dasar item" Loren memutar bola matanya kesal dan menginjak-nginjakan tanah khas anak kecil

Suasana seketika hening setelah mereka bertiga tertawa dengan terbahak-bahak. Baik teman-teman Analika maupun Loren saling diam dan hanyut dalam pikiran masing-masing, entah apa yang ada dipikiran bocah-bocah itu.

"Oh iya, Analika minggu depan ada lomba masak dengan ibu kita di sekolah lho! Ibu kamu mana? Aku ga pernah tuh liat ibu kamu nganterin kamu ke sekolah" tanya Loren

"Atau jangan-jangan kamu ga punya ibu ya? Ihh kasian, berarti kamu ga pernah di bacain dongeng tidur sama ibu kamu dong" lagi dan lagi anak berbadan gempal itu mengejek Analika lagi, Analika memberanikan diri menatap wajah Loren yang tengah menatapnya dengan tatapan licik khas anak kecil

Analika kecil menangis sambil berlari untuk pulang. Lyan, Zulfa dan Listiani yang melihat itu merasa kasihan sekaligus marah karena teman mereka menangis karena ulah bocah tengik gemuk itu

"Heh menor! Kamu kok jahat bangett sih, kasian tau Analika. Nanti aku aduin ke neneknya biar kamu di omelin!" Gertak Listiani dengan mata bulatnya yang membola disertai jari telunjuk nya yang menunjuk ke arah Loren

Bocah yang memiliki paras cantik sekaligus manis, dengan rambut sepunggung bergelombang berwarna coklat tua itu menatap tak suka kepada Loren. Pasalnya bukan kali ini saja bocah itu membuat rusuh ketika mereka bermain, bahkan rasanya ulah Loren sudah tidak bisa dihitung menggunakan jari lagi saking seringnya

"Aduin aja! Emangnya aku takut? Wleee" Balas Loren yang setelahnya menjulurkan lidahnya, menyebalkan sekali

"Hush hush, pergi sana! Kita ga mau deket-deket sama orang jahat kayak kamu!" Seru Zulfa dengan tangan kanannya yang bergerak mengusir Loren.

"Biarin! Bilang aja kamu iri, dasar tonggos!"

Bocah dengan rambut sebahu berwarna coklat muda, pipi chubby, dan mata bulat itu, melotot dan ingin sekali menjambak rambut Loren dan untung saja di tahan oleh Lyan. Giginya bukan tonggos tapi giginya ini adalah gigi kelinci

"Ayok kita susul Analika aja. Biarin kita tinggalin si gemuk itu sendirian" kata Lyan mengakhiri pertengkaran itu sembari menarik kedua tangan temannya itu

Sementara itu, di depan rumah berukuran sedang berwarna putih dan coklat dengan pekarangan bunga yang berwarna-warni, ada seorang bocah yang diam berdiri dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Lalu ia menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit yang seperti nya akan turun hujan dengan sendu

"Hiks kapan hiks kalian akan pulang...?"



Halo semua! Bagaimana dengan part ini? Jangan lupa untuk vote dan berikan komentar kalian mengenai part ini ya! Terimakasih!

DELUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang