"hai!"
"Analika!"
"Jangan terlalu dekat, nanti kamu jatuh"
"Dasar pirang"
"Eh kamu main ga?"
"Apasih ceking"
Hoshh... Hoshh....
"Huh, mimpi nya aneh banget" Analika bernafas lega setelah tahu bahwa tadi adalah mimpi
"Duh dadaku kok getar-getar ya?" Wajah polos itu mengernyit bingung dengan tangan kanan yang memegang dadanya
Analika menyipitkan matanya yang masih menyesuaikan dengan penerangan yang ada di kamarnya, lampu di kamarnya sengaja di nyalakan karena Analika takut dengan kegelapan.
Matanya terfokus dengan jam dinding berwarna pink dan putih yang telah menunjukkan pukul 2 dini hari.
"Aduhh udah jam 2, nenek marah ga ya kalau aku udah bangun?" Tanya Analika pada dirinya sendiri, khawatir jika neneknya akan memergokinya yang sudah bangun di jam segini. Bisa-bisa neneknya akan mengira ia begadang dan berakhir dengan bokong nya yang akan di pukul. Huftt... Membayangkan hal itu membuat Analika mengelus-elus bokongnya sendiri.
"Haus, aku ke dapur atau ga ya?" Analika dilanda bimbang. Kalau ia keluar bisa-bisa neneknya tahu. Tapi kalau ga keluar ia akan kehausan nantinya
Analika menggeleng kepalanya pelan dan mulai turun dari kasurnya pelan-pelan, "ingat, kamu harus pelan-pelan Analika" ujarnya pada dirinya sendiri
***
Sesampainya ia di ruang tengah, Analika belok ke kiri dimana letak dapur berada, akan tetapi langkahnya terhenti saat melihat ada ruangan di ujung sebelah kanan, terowongan dimana Analika berada menghubungkan langsung dengan terowongan yang ada di sebelah kanan. Tapi di ruangan itu hanya ada satu ruangan dan sedikit kotor, berbeda dengan keadaan terowongan dan ruangan lainnya. Analika sudah sering lihat, tapi tidak pernah sekalipun Analika masuk ke dalamnya.
Karena rasa penasaran Analika sangatlah tinggi, ia memberanikan diri berjalan ke arah lorong itu yang sedikit menyeramkan karena hanya diberi penerangan dengan lampu yang sudah sekarat. Di tambah lantai dan tembok nya seperti tidak terurus, kotor dan lembab. Berbeda dengan terowongan yang ia lewati tadi.
"Ehh nenek tikus!" Teriak Analika kaget saat ada tikus berukuran besar berwarna hitam yang hampir melewati kakinya
Sadar dengan teriakannya, Analika langsung menutup mulutnya. Was-was, takut jika tadi neneknya mendengar teriakannya.
"Duh kenceng banget sih aku" Analika merutuki dirinya sendiri dan lanjut berjalan menuju ruangan itu.
Hingga sampai lah ia di depan pintu ruangan berwarna coklat dengan kenop yang sudah agak berkarat. Meski dirinya takut, tapi rasa penasarannya lebih mendominasi hingga ia dengan berani menarik kenop pintu itu. Akan tetapi tidak bisa, ternyata di kunci. Sampai suara di belakang membuat Analika membeku seketika.
Keringat dingin mulai bercucuran kala suara itu dengan jelas terdengar di indera pendengaran Analika. Suasana yang sudah mencekam kini bertambah 2x lipat. Membuat tangan Analika yang masih setia memegang kenop pintu itu bergetar.
"Kamu ngapain malam-malam begini Analika?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI
Non-FictionPerasaan tidak rela menghantui diri Analika karena ketidak jelasan mengapa orang tuanya tidak pernah hadir kembali dalam hidupnya. Hingga rasa tidak rela itu mengubah pola pikir Analika yang memantapkan bahwa 'mereka' masih ada, tanpa menyadari bahw...