Chapter 16🎡

678 66 3
                                    

2 jam mereka nonton film.

Akhirnya filmnya sudah selesai.

Mereka semua keluar dari teater, lalu mereka duduk si salah satu bangku yang kosong.

"Filmnya serem anjir." ucap Hoseok, lalu bersandar di dinding bioskop.

"Jennie, besok-besok jangan nonton film horor ah! Gue takut!" protes Seokjin. Jennie cengengesan, "Sorry, tapi setiap adegan serem, lu ngumpet di belakang Jisoo kan?".

Seketika semuanya menatap Seokjin dan Jisoo. Pipi Seokjin seketika langsung memerah, begitu juga dengan Jisoo.

"Ah! Kalian itu cocok tahu!" celetuk Lisa. "Aku yakin, ini udah takdir kalian untuk bersama, ahay." sambungnya.

Jisoo dan Seokjin hanya diam saja. Dia tidak ingin mengubris omongan Lisa barusan.

"Sudahlah, kita jalan-jalan yuk!" ucap Jimin dengan semangat. Semuanya mengangguk, lalu mereka bangkit dan berjalan keluar dari bioskop.

Saat mereka sudah pergi keluar, geng red velvet masih berada di dalam bioskop. Mereka masih setia memantau geng blackpink dan bts.

"Ayok, kita ikuti mereka." ucap Irene. Mereka mengangguk setuju, lalu mereka langsung menyusul mereka dari belakang.

🎡

"Yak! Semuanya. Kita makan malam yuk, habis itu pulang." ucap Jungkook sembari mengusap perutnya. Yoongi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Lisa tertawa, "Hahahaha, jadi kelinci besarku lapar. Baiklah, kita makan ya." ucap Lisa dan dia mencubit pipi Jungkook.

Jungkook menyengir, "Ayo, beb." lalu mereka berdua langsung pergi ke restaurant, tidak mempedulikan lainnya yang hanya melihatnya.

"Yasudah, ayuk nyusul mereka." ucap Jennie, lalu mereka semua menyusul Lisa dan Jungkook.

Saat Jisoo ingin berjalan, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. Jisoo menoleh kebelakang, dan terdapat Seokjin yang menahan tangannya.

"Kenapa?" tanya Jisoo. Dia hanya menunduk, karna dia malu.

Seokjin menghela nafas, "Lu, nggak apa-apa kan?".

"H-hah?" gugup Jisoo. Dia langsung menatap Seokjin, dan kini mata mereka saling bertemu.

Namun.....

Prok, Prok, Prok.

Seokjin dan Jisoo kini menoleh, mencari siapa yang bertepuk tangan. Namun, pelakunya adalah si cerewet bts. Hoseok.

"Wah, wah, and wah. Apa gue tidak salah lihat? Hey, Jin hyung. Kalau lu ingin menembak Jisoo. Ayok buruan, gue jadi saksi mata dari percintaan kalian." ucap Hoseok sambil menyengir kuda.

Seokjin memutar bola mata malas, lalu dia tarik Jisoo, dan pergi menyusul yang lain.

Sedangkan Hoseok? Dia hanya diam mematung.

"Hmm. Apakah ini bertanda kalau Seokjin sudah jatuh cinta sama Jisoo? Kalau itu benar, berarti takdir itu benar. WAH SERU INI!!!" guman Hoseok, lalu berlari menyusul yang lain.

🎡

Sekarang mereka sedang makan malam di restaurant yang Jungkook pilih. Dan kali ini, Jisoo mau makan dengan lahap. Tidak seperti tadi siang, yang harus dipaksa sama Seokjin.

"Wah, gue kenyang banget." ucap Jungkook, lalu dia bersandar sembari mengusap perurnya yang sudah terisi penuh.

Semuanya hanya menggelengkan kepala, melihat kelakuan anak bontot di bts.

"Gue mau ke toilet." ujar Jisoo. Lalu dia langsung berdiri dan hendak menuju ke toilet.

Namun, Seokjin menahan Jisoo dengan memegang tangannya lagi. Jisoo menoleh ke Seokjin, memaksud minta perjelasan.

"Lu nggak boleh sendirian." ucapnya dengan tegas. Jisoo memalingkan pandangannya dan pipinya seketika kembali merah.

Seokjin menatap Jennie, "Jen, lu anterin Jisoo ke toilet." Jennie mengangguk setuju, lalu dia menghampiri Jisoo, dan mereka berdua langsung berjalan menuju ke toilet.

"Ekhem."

Seokjin menoleh, dan terdapat Yoongi yang kini menatapnya. "Gue rasa, lu suka sama Jisoo, ya?" tanyanya secara berbisik.

Seokjin hanya diam. Dia mengambil jus nya, lalu meminumnya sampai setengah.

Yoongi tersenyum miring, "Gue tahu, kalau lu suka sama Jisoo. Iya kan?".

Seokjin kembali terdiam, dia hanya menatap Yoongi dalam.

"Kalau lu diam, berarti jawabannya iya."

Seokjin hanya bisa tertawa kecil, tidak lupa juga pipinya dan telinganya kini memerah.

Yoongi menepuk bahu Seokjin yang lebar itu. "Hyung, kalau lu beneran suka sama Jisoo, mending lu ungkapin aja perasaan lu ke Jisoo sebelum terlambat. Gue takutnya bakal jadi rumit, terlebih lagi si Irene masih ngejar lu." ucapnya dengan serius

Seokjin menatap Yoongi lekat, "Kalau Irene berbuat sesuatu, gimana?".

"Ingat takdir."

Seokjin mengeyit, "Takdir?". Yoongi hanya mengangguk.

"Yak! Kalian bicarain apa tuh?"

Seokjin dan Yoongi menoleh kaget, mereka melihat Jungkook yang tersenyum. "Kalian bicarain apaan sih? Segitu seriusnya, hayuu apa hayuu??".

Seokjin menggeleng kepala cepat, "Nggak. Nggak ada apa-apa." lalu dia dengan cepat meminum jusnya kembali.

🎡

Setelah makan malam.

Mereka langsung pulang kerumah masing-masing.

Namun, Seokjin dan Jisoo masih berada si pakiran mobil.

Mereka sudah berada di dalam mobil, namun enggan kunjung jalan juga.

Jisoo menoleh dan melihat Seokjin yang melamun. Jisoo memegang bahu Seokjin, "Yak, tomang."

Seokjin menoleh cepat ke Jisoo. "Ya? Kenapa?".

"Mobilnya kenapa nggak dijalanin?".

Seokjin melihat sekeliling, "Eh? Sorry, yasudah kita jalan." Lalu dia menjalankan mobilnya.

"Emm, Jisoo."

"Hmm?"

"Lu, mau ikut gue nggak?"

"Kemana?"

"Ke sungai Han."

Jisoo menatap Seokjin, "Ngapain?"

"Nggak apa-apa. Cuman, mau ngehirup udara segar aja di sana."

Jisoo mengangguk, "Yasudah, gue ikut."

Seokjin mengangguk ragu, dan dia melajukan mobilnya menuju ke sungai Han.

Jisoo menatap jendela mobil, melihat keadaan kota Seoul.

Jantung Jisoo berdetak tak karuan, setelah dia berbicara pada Seokjin. Dia menghela nafas.




"Sepertinya, gue mulai menyukai seseorang. Apa dia... Kim Seokjin?."

Tbc.

Segini saja dulu^^
Okeh, see you~
Jangan lupa vote and comment!

Love Destiny | Jinsoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang