Chapter 2 🎧

958 174 3
                                    


     Lerania berjalan memasuki ruang kelas Ramuan. Baru beberapa langkah masuk, tangannya sudah ditarik ke dalam kerumunan para siswi di ruangan itu.

"Lerania! kau sudah tau belum? Pangeran pertama dan pangeran kedua ada kelas ramuan hari iniii!" ujar gadis yang menariknya.

"Benarkah? Aku jadi tidak sabar menunggu~ Hhh.. Apa hanya aku yang deg-degan menunggu kedatangan mereka?" balas Lerania.

"Aku juga!"
"Aku juga sama!"
"Benar! Aku sudah dari tadi merasakan itu!"

Para anak perempuan yang berkumpul di sudut itu jadi sangat semangat. Awal mula perkumpulan para fans cogan di sekolah adalah hasil pancingan Lerania. Karena faktor putri bangsawan, harus menjaga tutur kata membuat pertemanan tahun pertama mereka jadi terasa kaku.

Lerania yang keceplosan bilang para tokoh novel sangat tampan membuat salah seorang siswi terpancing membenarkan perkataan Lerania. Tadinya hanya mereka berdua yang memuja-muja ketampanan cogan-cogan itu, tapi semakin banyak lady yang mendengar, semakin banyak pula lady yang nimbrung untuk memberi tahu seberapa suka mereka terhadap para cogan. Akhirnya perkumpulan cogan lovers itu pun berkembang seiringnya waktu.

Lerania seperti penggebrak semangat fans-fans cogan untuk menunjukkan rasa suka mereka. Yang tadinya hanya mereka simpan dalam hati, kini mereka bisa berbagi cerita bahkan semua hal tentang cogan di sekolah.

"Lebih baik kita menyebar duduknya, lalu siapapun yang terpilih satu tempat duduk dengan pangeran akan menjadi ratu perkumpulan ini, setuju?" tantang Lerania.

Mendengar itu, semangat para Lady jadi semakin membara. Mereka pun duduk tersebar menyisakan satu bangku kosong di sebelah mereka.

Lerania tertawa dalam hati, benar-benar seru bermain dengan mereka. Dia duduk di sebelah lelaki berkacamata yang terlihat sangat ambisius. Lelaki itu menatap Lerania tajam, "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya. Lerania menaikkan satu alisnya bingung.

"Du..duk?"
"Iya aku tau kau duduk, tapi kenapa denganku?"

Lerania menopang wajahnya malas, "Memangnya kalau duduk sini akan muncul bisul dibokong? Tidak jelas" balasnya sambil menatap papan tulis.

Alero Theodore, Si peringkat kedua di satu angkatan pertama. Tentu saja peringkat satunya Elina. Lerania memang dengar rumor Alero sedikit menyebalkan, tapi ini lebih ke tidak jelas.

"Aku tidak ingin duduk dengan simpanan profesor" ujarnya tiba-tiba.

Lerania menatap ke sekelilingnya, "Kau sedang membicarakanku?" tanyanya.

"Tak mungkin seseorang yang tidak pernah masuk pelajaran sihir bisa selalu lulus di setiap ujian" sindirnya.

Lerania membuka sedikit mulutnya sambil menatap Alero tak percaya.

Hah! Are u kidding me? Lebih baik aku jadi tukang ojek online dari pada simpanan orang itu.

Lerania mendekati Alero yang duduk di pojokan, "Selalu menjadi yang kedua sepertinya membuatmu sedikit frustasi hingga menjadi pendengki. Jika aku yang peringkat 4 bilang, 'aku bahkan belum mengusahakan apapun', Mungkin saja kau akan jadi gila mendengarnya" bisik Lerania.

"Percaya diri sekali kau" Lerania menghela nafas sambil memutar bola matanya malas. Ia pun merangkul Alero dan menariknya hingga hanya berjarak beberapa senti, "A-apa yang kau-"

"Begini saja, aku akan memberi satu tips tentang sihir untukmu. Ini sangat-sangat ampuh, mujarab, terpercaya, seratus persen, tanpa efek samping, juga-"
"Kau sedang promosi obat?"
"Eh- oh bukan.. jadi untuk meningkatkan energi sihir dalam tubuhmu, kau hanya perlu meluangkan waktu mengatur pernafasan atau saluran energimu setiap harinya. Gimana? Mudah kan?"
"Apa kata-katamu itu bisa dipercaya?"
"Aku bersumpah itu ampuh! Jika tidak, profesor Raquel akan tumbuh janggut"

Alero menghela nafas berat kemudian menepis tangan Lerania yang bertengger di pundaknya, "Baiklah, akan ku izinkan kau duduk sini"

"Yeay~"
"......."
"Loh? kenapa aku yang jadi senang?" Lerania kemudian memukuli bahu Alero, "Sialan! Harusnya kau berterimakasih padaku tahu!"
"Apasih?! Berhenti memukuliku"
"Cepat bilang terimakasih"
"Tidak mau"
"Dasar muka tembok"
"Diam kau simpanan om-om"

Lerania kemudian memelototi Alero, yang dipelototi malah memelototi balik. Sebelum terjadi perang antara kubu A dan kubu L, guru ramuan pun masuk. Seorang wanita tua dengan wajah khas guru killer.

"Diam semua! Hari ini kita ujian!"

Aku rasanya ingin berteriak 'HOE NEK! UJIAN KOK TIBA-TIBA MULU KAYA DATENG BULAN!'

Salah seorang siswi mengangkat tangannya, "Izin bertanya bu, kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya jika ada ujian hari ini?" tanyanya.

"Oh.. saya lupa"

Nah! Ayo batalkan! batalkan!

"Tapi saya tidak peduli, jadi keluarkan kertas selembar"

Sialan..

Dan hari itu mereka pun ujian dengan berat hati, wajah lesu, dan mata kunang-kunang.

Kunang-kunang : kenapa aku dibawa-bawa?

-TBC-

The Mysterious Lady With The Guitar [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang