Chapter 4 🎧

898 178 6
                                    

"Pergi dari sini! Jangan kau pikir dengan menindasnya akan bisa menarik perhatianku"

Lerania menghela nafas "Kau terlalu percaya diri pangeran" setelah mengatakan itu, Lerania berteleportasi pergi dari sana.

"L-Lerania!! Pangeran, dia bukan menindas saya tapi menyelamatkan saya"

Seketika wajah pangeran kedua memerah malu.

---

Elina dan Alero kini merasakan pusingnya mencari keberadaan Lerania sama halnya yang di alami Profesor Raquel. Sulit sekali ditemukan. Bertemu gadis itu memang susah, tapi sekalinya bertemu selalu membuat mood seseorang naik. Walau terlihat dekat sekali, tetapi gadis itu dengan nyata menggaris batas setiap akan melangkah lebih jauh. Dia terlihat tidak membutuhkan seorang teman, padahal dia adalah teman yang baik. Sayang sekali.

Lerania berteleport ke dalam lab Profesor Raquel. Padahal ruangan lab nya sudah dilapisi sihir tingkat tinggi agar tidak sembarang orang bisa masuk. Sayangnya Lerania bukan sembarang orang.

"Jam segini pasti beliau sedang makan bubur sapi di kantin" gumam Lerania dengan senyuman miringnya.

Aku bisa buat boba disini! Yeay!

"Kebetulan sekali bubur sapinya saya bungkus" balas seseorang dari belakangnya.

Lerania perlahan menengok kebelakang, persis seperti dalam adegan film horor.

Jeng. Jeng.

Terpampanglah wajah Raquel yang tersenyum iblis layaknya sudah menangkap mangsa dikandang sendiri.

Ganteng Ganteng Sikopat!

"Eh? S-Sepertinya aku salah masuk ruangan.." ujarnya seraya menggaruk kepalanya kikuk. Lerania ingin kabur tapi tidak bisa berteleport karena sihir dari Raquel.

"Dicari sampai ke ujung lobang tikus, ternyata yang dicari malah datang sendiri ke sini" ucap Raquel seraya menghela nafas berat, "Duduk." perintahnya.

Lerania mendesah kecewa menatap Raquel yang duduk sambil memakan bubur sapinya. Ia pun kemudian duduk di hadapan Raquel.

"Mau ratusan kali profesor memintaku mendaftar keanggotaan di menara penyihir, aku tetap tidak akan mau" ujar Lerania dengan mantap.

"Kalau begitu aku akan menawarkan ribuan kali sampai kau mau" balasnya seraya menyunggingkan smirknya.

Lerania menghembuskan nafas kasar. Ia meraih satu bungkusan bubur sapi lalu membukanya, "Aku kesini ingin membuat Boba, bukan untuk berdebat" ujarnya sambil memakan bubur itu tanpa merasa berdosa.

"Itu bubur manusia bukan bubur sapi"
"Uhuk! Uhuk! Uhuk! S-Serius?"
"Kan memang yang makan manusia bukan sapi" jawab pria itu lalu tertawa puas.

Humornya psikopat emang beda

Lerania mengelus dadanya sabar sembari memakan buburnya kembali.

"Aku teringat ketika kau membantuku membuat bel pulang sekolah. Sejak saat itu aku jadi tertarik denganmu. Jujur saja, aku ingin dekat denganmu, tapi kau selalu menghindar dariku.."

Susah payah Lerania menelan buburnya, "Profesor.. Kau memang tampan, tapi kau hampir sama tuanya dengan ayahku. Aku tidak bisa menerima penyataanmu"

"BUKAN SEPERTI ITU MAKSUDKU!" Raquel memijat pelipisnya pusing, "Begini, maksudku dekat sebagai seseorang yang memang saling kenal. Sekarang aku tau maksud dari perkataanmu waktu itu. Kau hanya ingin menjadi bagian dari 'warga sekolah' tanpa ingin terkenal agar tidak memiliki masalah berarti. Intinya kau hanya ingin hidup tenang, begitu. Karena aku orang terkenal yang berkemungkinan membuatmu dikenal banyak orang, jadi kau pasti harus menghindariku"

Lerania mengangguk seperti anjing sembari mengunyah buburnya, "Seratus! Sebenarnya aku tidak benar-benar menghindar, hanya saja memperkecil kemungkinan untuk menjadi lebih dekat" balasnya dengan santai.

Raquel kemudian mencopot kacamatanya lalu menyunggingkan senyum menggodanya, "Aku baru sadar jika aku tampan karena seseorang".

"Sayangnya om-om"

Raquel mendecak sebal, "Kau dekat dengan anak berambut silau itu?"

Berambut silau? Itu rambut apa sinar ultraviolet?

"Kau kan tau sendiri profesor, aku tidak menjalin hubungan pada siapapun karena akan merepotkan"
"Elina Caroline"
"Ohh~ Dia.. dia memang ingin dekat denganku. Omong-omong, rambutnya berwarna emas bukan silau!"

Wajah Raquel tampak sangat tidak senang, "Kalau kau dekat dengannya, kau pasti akan terkena banyak masalah" ujarnya.

Lerania membuang bungkus buburnya. Kemudian meminum air mineral milik Raquel, "Itu bukan urusanmu profesor, aku kan sudah bilang jangan peduli padaku, dengan begitu aku akan ada disekitarmu" balasnya tegas. Ia kemudian beranjak dari sana, "Terimakasih atas jamuannya, profesor"

"Jamuan apanya? Kau merampas makananku tahu" balas Raquel sengit.

Lerania berjalan ke arah pintu. Lalu ia membuka pintu Lab, "Sebagai gantinya besok aku akan mengikuti kelas profesor. Sampai jumpa besok profesor!" pamitnya lalu menutup pintu Lab.

"ITU MEMANG SUDAH SEHARUSNYA YA!"

Lerania yang mendengar itu dari luar jadi tertawa. Padahal Raquel Welton Deagre terkenal dengan kehebatan dan kepribadian yang luar biasa dingin. Tapi Raquel yang dia tahu tidak seperti itu.

Seperti ibu-ibu yang suka menawar di pasar, cerewet dan banyak maunya.

The Mysterious Lady With The Guitar [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang