Chapter 5 🎧

908 164 3
                                    


Pagi menjelang siang Lerania kembali ke tempat nongkrongnya, iya di dahan pohon. Persis seperti monyet. Ia lalu mengambil headsetnya. Kali ini ia bolos pelajaran keuangan. Tapi nanti dia harus menghadiri pelajaran Raquel.

Sembari bersenandung, Lerania mencoblos susu unta kotak rasa pisang dengan sedotannya.

Setelah habis, ia taruh di batang pohon sampingnya. Angin berhembus, lalu kotak susu itu terjatuh.

"Aw!" Lerania melotot kaget mendengar suara rintihan dari bawah. Ia pun melihat ke bawah dan mendapati seorang lelaki berambut hitam bergaya culun dan memakai kacamata juga sedang menatapnya. Ia pun mengernyit.

Tunggu.. aku merasakan aura cogan. Tapi cogan bergaya culun di sekolah ini kan tidak ada perasaan. Siapa si dia? Murid baru?

Angin bertiup menyibak rambut lelaki itu yang menutupi keningnya. Lerania tersentak melihat tahi lalat di kening kirinya.

Pangeran kedua?? Waduh! Kenapa pangeran itu menyamar seperti orang bodoh si?

Pangeran kedua, Leonar Dravo Brigya adalah anak dari ratu saat ini. Pemeran utama laki-laki kedua. Ratu sebelumnya, ibu dari Eudante sudah meninggal karena penyakit tumor ganas.

Yah sebenarnya dia belum benar-benar menyukai Elina. Awalnya ia hanya memanfaatkan Elina agar tidak ada gadis yang mengganggunya, tapi ketika Elina sudah jatuh cinta kepada Eudante, dia jadi sadar kalau ia sudah jatuh pada Elina.

Terlambat mas. Mampus.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Lerania lalu turun dari sana.

"Masih nyut-nyutan"
"Pftt--" Lerania kemudian menarik Leonar duduk di bawah pohon lagi. Lerania pun duduk di hadapan Leonar. Ia kemudian mengulurkan tangannya menyentuh kepala Leonar.

Kapan lagi megang kepala cogan? Yuhu!

"A-apa yang-"
"Bagaimana? Masih nyut-nyutan?" tanya Lerania lagi sambil menarik kembali tangannya. Lerania menggunakan sihir pereda nyeri padanya.

Leonar terdiam menatap Lerania yang tersenyum tipis. Ia jadi ingat kalau perempuan di depannya itu adalah perempuan yang ia tuduh menindas Elina di lab umum. Lerania yang tidak mendapatkan jawaban apapun akhirnya duduk di samping Leonar.

"Perkenalkan, aku penunggu pohon ini"
"Kau penyihir?"
"Eum.. menurutmu?" tanyanya balik. Lerania menatap ke langit biru cerah seraya menyelipkan rambutnya, "Omong-omong sedang apa kau disini? Kau bolos sepertiku ya?"

Leonar tampak mengalihkan pandangannya, "Iya" jawabnya singkat. Keadaan hening sampai beberapa menit. Lerania yang tidak bisa hidup dalam kesunyian akhirnya memulai lagi pembicaraan.

"Apa kau ingin mendengar sebuah cerita?" walau tidak menjawab, Leonar menoleh menandakan sepertinya ia tertarik.

Lerania menghirup nafas panjang lalu ia hembuskan.

Semoga jalan ceritanya tidak berubah.

"Ada seorang lelaki bernama Tono"
"Tono?"
"Iya Tono. Tono itu sangat-sangat tampan, bertubuh bagus, berbola mata biru dengan surai emas yang luar biasa indah. Sayangnya dia adalah anak kedua yang selalu dibandingkan dengan kakaknya yang lebih pintar dalam segala bidang. Semua orang hanya menginginkan fisik Tono, Tono yang tidak mudah percaya jadi selalu berpikir negatif" Lerania menyenderkan tubuhnya ke batang pohon kemudian tersenyum, "Suatu hari ia memanfaatkan nama seorang wanita yang manis untuk menjadi perisainya, supaya wanita-wanita lain yang dianggap menyebalkanpun berhenti mengejarnya" Lerania terdiam, kemudian melirik raut wajah Leonar.

Leonar tampak menatapnya penasaran, "Lalu lalu" Lerania terkekeh.

"Untungnya wanita itu jatuh cinta pada kakaknya, saat itu juga Tono terlambat menyadari bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada wanita itu. Wanita itu dan kakaknya pun hidup bahagia" cerita pun selesai. Leonar tampak berpikir keras. Di dalam kepalanya terdapat banyak pertanyaan.

"Kenapa kau senang Tono di campakkan?"
"Itu namanya karma. Tono yang egois itu tidak tahu hal buruk apa saja yang menimpa wanita manis itu karena perkataannya"

Akhirnya aku bisa mengeluarkan unek-unekku pada si Tono.

Leonar tampak murung, "Lalu, apa pendapatmu tentang Tono?" Lerania tampak berpikir. Sepertinya Leonar merasa cerita itu mirip seperti apa yang ia alami. Padahal emang itu dia.

"Aku kasihan" Leonar seketika menoleh menatap Lerania tajam.

"Kau mengasihaninya?"

Sepertinya orang ini memiliki harga diri setinggi galaksi.

Lerania menghadapkan badannya kesamping, "Tono itu hanya butuh seseorang yang tulus disampingnya. Dibanding-bandingkan dengan seseorang pasti membuat mentalnya turun, harus ada seseorang yang bisa menyemangatinya. Karena terlalu tampan, ia jadi tidak bisa membedakan mana niat wanita yang tulus atau hanya ingin fisiknya. Di dalam pikirannya, pasti lebih baik tidak memiliki wanita sekalian saja. Menyedihkan" ujar Lerania.

Leonar tertegun, ia menurunkan pandangannya. Kembali berpikir. Semua kata-kata yang di ucapkan Lerania itu benar, dia memang orang yang menyedihkan.

Lerania menepuk pundak Leonar seraya tersenyum, "Hidup itu dibawa santai saja" Leonar tersentak, senyuman tipis terbentuk diwajahnya.

"Siapa namamu?" tanyanya. Lerania tampak terkejut.

Apa ini? Sepertinya dia mulai tertarik denganku?

"Lerania Carrol Lordie"
"..... Kau tidak bertanya namaku?"
"Ah? Hahaha iya maaf, siapa namamu?"
"Sebenarnya aku.."

"Lerania!" tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Kedua orang itu pun menoleh dan mendapati Alero yang sedang berjalan menghampiri mereka.

Lerania bernafas lega, Leonar tidak menunjukkan jati dirinya. Bisa rumit ceritanya. Lerania pun berdiri, "Ada apa?" tanyanya.

"Gara-gara kau sebelumnya duduk denganku, guru keuangan menanyakanmu padaku tahu!"
"Tinggal bilang saja tidak tahu"
"Tetap saja dia marah karena ada yang membolos pelajarannya, kau dan pangeran Leonar- eh? Laki-laki ini siapa?"

"Kepo sekali si" cibir Lerania lalu merangkul Alero, "Sudah waktunya pelajaran sihir, lebih baik kita cepat pergi" ajak paksa Lerania.

Leonar kemudian berdiri lalu meraih tangan Lerania, "S-Sampai jumpa lagi" ujarnya. Lerania tampak sangat terkejut.

Alero kemudian menepis tangan Leonar, "Aku tidak pernah melihat murid sepertimu sebelumnya" curiga Alero.

Leonar mengepalkan tangannya marah, "Memangnya kau siapa berhak mencurigaiku?"

Aha..ha.. kenapa suasananya mendadak panas begini..

Lerania mendorong badan Alero kedepan, "Dia hanya siswa yang tak sengaja bertemu denganku. Sudahlah ayo pergi" Ajak Lerania agak panik, "Kami duluan ya" pamitnya pada Leonar.

"Tapi dia mencuriga-"
"Shutt.. Diem atau ku sihir bibirmu jadi bibir soang?"

Lerania pun menarik Alero pergi. Meninggalkan Leonar sendiri.

"Gadis yang sangat aneh"

-TBC-

Terimakasih untuk kalian yang setia membaca cerita ini!

Ayo dukung cerita ini dengan komen dan vote!

The Mysterious Lady With The Guitar [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang