Chapter 7 🎧

735 155 109
                                    

Sesi kedua dari pertandingan itu pun berlalu, dan lanjut ke sesi ketiga dimana Lerania dan kelompoknya melawan kelompok ke 6.

Api, Air, dan Tanah, melawan Tumbuhan, Angin, dan Petir.

Bukannya Lerania seharusnya yang deg deg an, tapi malah Raquel dan Alero yang berdebar-debar menantikan pertarungan Lerania.

Lerania memilih menjadi healer. Karena pada dasarnya efek menyembuhkan elemen air sangat baik. Hal itu membuat Raquel dan Alero mendecak sebal. Dan pertandingan sesi ketiga pun dimulai.

"Profesor.. Bukan kah ada yang aneh dengan tongkat Lerania?" tanya Alero yang sudah ada di samping Raquel.

"Kau menyadarinya? Iya itu adalah tongkat tanpa elemen dominan. Alias memuat semua elemen" jawab Raquel sambil tersenyum khas kebapakan. Alero terkejut sekaligus terkesan.

Pertandingan dimulai dengan serangan Petir dari grup lawan. Pertahanan tanah dari grup Lerania tidak terguncang sedikitpun. Ya sebenarnya itu karna Lerania diam-diam ikut mengendalikan tanah, jadi perlindungan berlapis. Begitu juga ketiga serangan Api yang dilontarkan grupnya. Ada campur tangan dirinya di situ. Dan dengan sekali serang, grup lawan pun terjatuh. Pertandingan sesi ketiga sangat membuat tercengang karena selesai hanya dalam hitungan detik.

Lerania berseru hore di ikuti dua temannya itu, perempuan yang berelemen tanah, dan laki-laki yang berelemen api. Lerania pun masih sempat-sempatnya mengajarkan mereka berdua cara tos. Setelah itu ia pun pergi ke pinggiran.

Alero merentangkan tangannya menyambut kedatangan Lerania, "Sela-! Ehhh!!" Baru ingin memeluk Lerania, Raquel melayangkan Alero dengan sihirnya.

"Bagus! Kau memang tidak mungkin kalah" ujar Raquel sedikit bangga.

"Jika kau berbicara seperti itu, muridmu yang lain akan sakit hati" balas Lerania.

"YA! PROFESOR TURUNKAN AKU!" teriak Alero yang masih melayang di udara. Para murid lain yang melihatnya tertawa bahkan ada yang merekamnya dengan sihir. Memang mau dimana pun dimensinya, tetap saja ketawa dulu baru di bantu.

Namun tiba-tiba seseorang menyentuh pundak Lerania. Ketika berbalik, ia mendapati pangeran pertama, Eudante Morgan Brigya, di belakangnya.

"Aku melihat pertandinganmu tadi, selamat" ujarnya seraya mengulurkan tangan.

Apa dia mengucapkan selamat ke semua murid yang menang?

Lerania pun menerima jabatan tangannya, namun seketika kekuatan sihir yang sangat besar menekan kekuatan sihirnya membuatnya tersentak kemudian menatap tajam pengeran pertama.

Ho.. Jadi dia ingin mengetes seberapa kuatnya diriku.

Lerania pun balik menekan kekuatan sihir pangeran pertama dengan setengah kekuatan sihirnya. Seketika Eudante merasakan sihir yang sangat besar dan dingin menekan dirinya. Membuatnya langsung melepas jabatan tangannya.

"Terimakasih pangeran Eudante" balas Lerania.

"Kau.. Lain kali harus bertanding pedang denganku"
"Apa?"
"Aku akan menghubungimu lagi nanti"
"Hah? Tunggu! Aku kan jurusan sihir buka ahli pedang" tanpa menjawab perkataan Lerania, Eudante pun pergi begitu saja.

Apa aku pindah dari penyihir jadi dukun saja ya? Lalu ku santet pangeran itu. Hhh.. Tapi gawat juga nanti kalo sampai kesurupan. Satu dunia bisa hancur.

Tiba-tiba siswi-siswi kelasnya mengerumuninya. Banyak pertanyaan di lontarkan oleh mereka tentang pangeran pertama yang menghampiri Lerania. Dan Lerania menjawab jika pangeran Eudante hanya mengucapkan selamat padanya.

"Apa kalian lihat tadi tatapannya seperti ingin menyerangku? Hah.. Karena hal itu aku jadi tidak berdebar melihat wajahnya, melainkan ketakutan melihat tatapannya itu" ujar Lerania.

"Kasihan sekali dirimu"
"Kau harus berhati-hati dengan pangeran pertama, Lerania"
"Iya benar, daripada wajah tampannya, dia benar-benar orang yang berbahaya"
"Walaupun ketika sedang mengintimidasi wajahnya sangat keren"
"Hahaha dasar kau!"

Lerania ikut tertawa mendengar percakapan antar fangirl itu. Lalu sebuah tangan menariknya dari kerumunan itu.

"Leranianya aku pinjam ya" ujar Alero sambil menarik tangan Lerania. Lerania tersenyum senang.

Alero.. Kau memang benar-benar penyelamat situasi.. Makasih!

Para siswi jadi saling lirik. Lalu kemudian dengan serentak, "CIEE CIEE PRIWIITT~!" seru mereka.

"Diam! Jika begitu Lerania akan senang" balas Alero, yang membuat Lerania memasang raut wajah jijik.

"Apa? Kau bilang apa?! Sini kau!" Seketika Alero melepaskan Lerania dan lari kabur mengitari lapangan, "YA! JIKA KU TANGKAP GIGIMU AKAN KU RONTOKAN!!" teriak Lerania sambil mengejar Alero.

Dan kemudian jeda istirahat ke pertandingan selanjutnya dihabiskan para anak kelas dengan menonton keributan Alero dan Lerania yang kejar-kejaran seperti sedang syuting adegan drama India.

-TBC-

Tidak melulu harus kisah tentang dua orang yang jadi saling mencintai. Persahabatan terkadang bisa jauh lebih romantis dan lebih dalam dari yang kita pikirkan.

-

Hai para readers yang saya sayangi. Maaf karena benar-benar slow update. Haha

R : ceritanya pendek banget kak

Haha iya karena emang ini cerita ringan aja. Gak yang alurnya berat gitu ngga. Buat menyalurkan kerecehan saya yang menumpuk. Tapi kalo emang nanti banyak yang minta dibanyakin ceritanya dalam satu chapter, saya si mau aja. Wkwkwk.

Kalau suka tekan vote dan jangan lupa komennya. Bye bye

The Mysterious Lady With The Guitar [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang