Chapter 8 🎧

977 178 37
                                    

  Setelah istirahat, pertandingan sesi terakhir dimulai. Dimana kelompok Alero yang giliran bertanding. Alero sendiri mempunyai elemen Angin, sedangkan kedua temannya Api dan tanah.

Alero berlari ke lapangan. Lalu kemudian ia melambaikan tangannya ke arah Lerania dan membuat isyarat tangan seperti 'Kau-lihatlah-aku-yang terbaik'.

"Pfft.." Lerania menahan tawanya melihat Alero yang begitu percaya diri.

Dan pertandingan sesi terakhirpun dimulai. Angin, Api, dan tanah yang melawan Air, Tumbuhan, dan Api. Serangan Api dari kelompok 8 begitu kuat hingga pertahanan Angin Alero goyah. Tapi kemudian serangan tanah dari kelompok Alero menerjang kuat menembus pertahanan tumbuhan kelompok musuh. Dan begitulah cara kelompok Alero menang.

Professor Raquel kembali membagi dua sesi pertandingan menjadi dua sesi menuju babak final. Kelompok 1, pemenang sesi pertama akan berhadapan dengan kelompok Lerania. Lalu Kelompok Alero akan berhadapan dengan pemenang sesi ke dua, kelompok 4.

Pertandingan sesi pertama menuju babak final pun dimulai.

Api, Air, dan Tanah melawan Air, Tumbuhan, dan Tanah.

"Lebih baik tetap pertahankan posisi atau ganti?" tanya Rey, siswa laki-laki berelemen Api dari kelompok Lerania.

Lerania melirik formasi kelompok 1. Lelaki berambut hijau toska tampaknya berubah posisi menjadi penyerang. Kelompok 1 menggunakan elemen tumbuhan sebagai penyerang, air sebagai healing, dan tanah sebagai perisai.

"Mora dan Rey, bagaimana jika kalian bertukar posisi?" saran Lerania.

Mora, siswi kelompoknya yang berelemen Tanah tampak ragu. Sedangkan Rey mengangguk menyetujui saran Lerania.

"Bagaimana jika Aku malah mengacau?" tanya Mora khawatir.

Lerania memegang kedua pundak Mora saraya tersenyum menunjukkan sederet giginya, "Aku yakin sekali padamu! Aku dan Rey percaya kau bisa melakukannya. Jika memang kalah, itu bukan masalah~" jawab Lerania dengan meyakinkan. Membuat Mora mengangguk.

"Ee.. Tapi.. Kenapa dari tadi wanita yang berada disana menatap tajam ke arah sini terus ya?" ujar Mora yang tak nyaman.

Lerania menatap ke arah yang dimaksud dan menemukan Elina yang berdiri di koridor dengan tatapan yang berapi-api. Lerania seketika melepaskan pundak Mora dan pura-pura tidak melihat Elina.

Apa? Kenapa Elina ada di sana? Sejak kapan? Lalu kenapa ia seperti akan mengamuk? Apa aku melakukan kesalahan?

"LERANIA! SEMANGAT!" teriak Alero dari luar lapangan yang membuat perhatiannya teralihkan.

Lerania mengacungkan jempolnya ke arah Alero. Ia pun kemudian menepuk-nepuk pundak kedua teman timnya, "Terus fokus dan jangan lengah" ujar Lerania. Dan Lerania sempat berbisik sesuatu ke Rey. Membuat Rey tampak sedikit terkejut.

"Buat pertahanan dua arah" bisiknya.

Lalu kemudian, pertandinganpun dimulai. Pertandingan sengit terjadi, apalagi ketika si rambut hijau toska menyerang tim Lerania secara dua arah seperti yang dipikirkan Lerania. Penonton jadi begitu heboh apalagi ketika Rey menangkis dua serangan sekaligus. Menggagalkan serangan tim lawan, tapi karena itu pertahanan Rey melemah. Membuat Lerania kembali membantu dibelakang layar. Serangan tanah dari Mora berhasil meruntuhkan prisai tanah kubu lawan. Dan pertandingan itu akhirnya dimenangkan oleh tim Lerania.

Rey spontan memeluk Mora dan Lerania bersamaan. Namun tersadar karena tatapan mengerikan dari banyak mata. Membuat nya langsung melepaskan diri dan bertingkah kikuk. Melihat itu Lerania dan Mora menahan tawanya.

"Kerja bagus teman-teman" puji Lerania dan mengajak mereka keluar dari lapangan.

Lerania pun menghampiri Alero yang ekspresinya tampak tidak baik.

"Kenapa juga wajahmu tampak lecek begitu? Seperti cucian yang tidak di cuci berbulan-bulan" celetuk Lerania. Tidak seperti biasanya, Alero tidak menanggapi dan makin membuat wajah kesal.

Namun tiba-tiba Elina datang memberikan sebotol air mineral ke hadapan Lerania, "Untukmu" ujarnya.

Anak ini sepertinya tidak akan berhenti jika tidak ditolak secara tegas. Tapi hati nuraniku melarang keras melakukan hal itu.

Belum sempat Lerania mengambil botol air itu, Alero seketika mengambil duluan botol itu dan meminumnya sampai habis. Membuat Lerania melongo.

"Ah terimakasih" ujar Alero seraya mengembalikan botol kosongnya kepada Elina.

Elina meremas botol yang digenggamnya gemas, "Aku tidak memberikannya padamu!" kesalnya.

Alero kemudian berkacak pinggang, "Lerania tidak nyaman jika kau dekat-dekat dengannya. Jadi berhentilah mendekatinya!" balas Alero terang-terangan.

Lerania yang mendengar itu seketika menginjak kaki Alero dengan keras. Ia melihat ekspresi Elina jadi tampak menyedihkan.

Bisa-bisa orang kira aku sedang membulinya.

"Hey sialan.. Cepat minta maaf pada Elina. Aku tidak suka dengan sikapmu itu" ujar Lerania sambil menatap dingin Alero.

Alero mendecak sebal, "Maaf aku sudah terlalu kasar" ucapnya pada Elina.

Elina kemudian menunduk dalam dan tiba-tiba terisak, "Hiks.. Apa perkataan itu benar?" tanyanya.

"E-eh? I-itu tidak benar. Jangan menangis Elina" jawab Lerania. Perlahan Lerania mendekati Elina dan memeluknya, "Aku tidak masalah jika kau mendekatiku" lanjutnya.

Elina membalas pelukan Lerania dan menghadap ke Alero. Wanita itu kemudian menjulurkan lidahnya kepada Alero, membuat Alero jadi semakin kesal.

"Lerania! Dia mengejekku! Lihatlah!" ujar Alero.

Lerania kemudian melepaskan pelukannya dan mengajak Elina duduk, "Kau bicara apa si? Lebih baik cepat sana ke tim mu. Pertandinganmu akan segera dimulai" balasnya.

Alero mendecak untuk yang kesekian kali nya dan pergi menghampiri timnya. Lerania menghapus air mata Elina dengan media tangannya.

"Jangan menangis lagi. Jika tidak ada kelas, kau bisa menonton di sini bersamaku" ujar Lerania dengan datar. Elina mengangguk.

Dari jauh, di koridor lantai 2, terlihat 3 orang perempuan mengamati gerak-gerik Lerania dan Elina.

"Aurel, apa perempuan itu juga harus kita beri pelajaran?" tanya seorang siswi di sebelah kiri.

Perempuan yang bernama Aurel itu pun menyunggingkan senyuman miringnya, "Memang sudah seharusnya begitu. Bagaimanapun caranya kita harus memberinya sedikit ancaman agar menjauhi si bermuka dua Elina kan? " jawabnya, "Kalau begitu, ayo pergi dan susun rencana" lanjutnya dan mengajak dua temannya pergi.

-TBC-

Hai penyuka cerita akademi, fantasi, dan kerajaan.

Saya akan berusaha update sesuai jadwal.

Lalu tekan vote dan komen jika kalian menyukai cerita ini. Terus kawal cerita ini sampai akhir.

Byebye.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mysterious Lady With The Guitar [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang