SIDE JOB - CHAPTER 1

1.2K 127 56
                                    


CHAPTER 1 : Mr. Kwon Jiyong

Author Playlist : Bastiaan feat Torine - Hate You ( The Same)

* * *

LALISA MANOBAN terkejut ketika tiba-tiba suara benturan keras terdengar dari ruang sebelah. Dengan kening berkerut ia memandangi pintu tertutup yang menghubungkan ruangannya dengan ruangan itu. Setahu Lalisa, Kwon Jiyong, direktur jaringan hotel yang dimiliki keluarga Kwon, masih makan siang. Jemari Lalisa berhenti di keyboard komputernya, menunggu kalau-kalau mendengar sesuatu lagi. Terdengar lagi suara benda yang besar, mungkin keranjang sampah, membentur tembok. Seringai jail perlahan-lahan muncul di wajahnya. Sepertinya ada yang tidak beres. Memalukan. Hal seperti ini tak mungkin dilakukan pria sopan, pikirnya sambil merengut masam.

Seraya mendorong kursinya ke belakang. Lalisa berdiri dengan anggun, lalu berjalan mengitari mejanya dan menghampiri pintu tertutup yang berbatasan dengan ruangan yang sementara ini hening. Tubuhnya yang tinggi, meskipun tanpa sepatu berhak tujuh sentinya. Ramping namun berisi, matanya yang coklat bersinar-sinar, rambut hitamnya yang tebal jatuh alami. Pengalaman telah mengajarinya untuk mengendalikan diri, dan kini di usia 27 tahun, ia menunjukkan sikap yang dingin dan tenang terhadap dunia luar.

Lalisa telah bekerja bersama Kwon Jiyong selama setahun lebih sedikit, sejak kakek pria itu—pemilik jaringan hotel tersebut—memperkerjakan Lalisa untuk mengurus modernisasi dan dekorasi berbagai propertinya. Jiyong menangani aspek-aspek lain dari bisnis, namun saat pria itu membeli properti baru, sudah menjadi tugas Lalisa untuk memutuskan apa yang dibutuhkan agar dekorasi hotel itu sejajar dengan hotel-hotel Kwon lainnya. Ketika Jiyong meninjau hotel-hotel, Lalisa ikut bersamanya untuk melihat kalau-kalau diperlukan pendekorasian ulang, dan hubungan kerja mereka sangat baik. Agak mengherankan memang, mengingat mereka benar-benar tidak menyukai satu sama lain.

Butuh waktu kurang dari sebulan bagi mereka untuk menilai satu sama lain, dan memutuskan bahwa mereka tidak saling menyukai. Garis pertempuran telah ditetapkan dan adu argumen mereka telah menjadi pusat perhatian dan hiburan bagi para karyawan. Mereka berdebat setiap hari, kecuali salah satu keluar kantor. Jiyong tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengejek Lalisa, dan wanita itu pun tidak pernah menolak berdebat, ia memberikan perlawanan yang sebanding.

Lalisa tahu Jiyong menganggap yang mengalir dalam nadinya adalah air es alih-alih darah. Jiyong tidak yakin Lalisa memiliki sedikit saja gairah, dan pria itu menganggap Lalisa pasti tidak tahu apa yang harus ia lakukan bila berhadapan dengan pria sejati. Jiyong terang-terangan mengejek Lee Joon-gi, pacar Lalisa, karena pria itu kebalikan dari Jiyong. Setia, sabar, dan tidak menuntut. Baiklah, hubungan Lalisa dengan Joon-gi memang bukan hubungan yang penuh gairah, namun dulu Lalisa pernah membiarkan gairah menguasai pikirannya, dan itu menyeretnya ke dalam bencana. Itu bukan sesuatu yang ingin dialaminya lagi. Joon-gi-lah yang diinginkannya sekarang, dan Lalisa sangat yakin laki-laki itu akan segara meminangnya. Kalau Joon-gi meminangnya, ia berniat untuk menerimanya.

Bagi Jiyong, gaya hidup Lalisa merupakan bahan olok-olok, tapi bagi Lalisa, gaya hidup pria itu hanya pantas menjadi bahan cemoohan. Jiyong, menurut pendapat Lalisa, tidak lebih daripada playboy tak bermoral. Para wanita keluar-masuk kehidupannya seperti aliran sungai tiada putus. Seperti Casanova zaman modern. Setiap wanita yang ada dalam jangkauannya akan menjadi sasaran, bahkan wanita yang paling kuat pun berubah lunak jika pria itu melemparkan tatapan berbinar dan senyum menawan ke arah mereka. Lalisa sama sekali tidak heran jika pria itu tidak bisa mengingat semua wanita yang pernah dirayunya.

Meskipun Lalisa tak peduli dengan gaya hidup Jiyong yang mudah menggaet dan meninggalkan wanita, namun Lalisa tahu pria itu murah hati dan tahu bagaimana memperlakukan wanita dengan baik jika dia menginginkannya. Dan terus terang, Jiyong tak pernah mendekati wanita yang sudah menikah atau sudah terikat. Itu salah satu etika yang dia pegang. Dia hanya bermain-main dengan wanita yang mengetahui aturan-aturan mainnya itu, dan tak pernah melibatkan diri dengan para wanita karyawannya. Kehidupan Jiyong memiliki dua sisi berbeda, dan satu-satunya kesempatan kedua sisi itu bersinggungan adalah ketika Lalisa terpaksa harus menghibur wanita yang dia campakkan. Dan ia tidak menyukai tugas itu.

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang