SIDE JOB - CHAPTER 10

323 53 12
                                    

CHAPTER 10 : Keluarga?

Author Playlist : Eli. - Worthless

* * *

SANTAP malamnya sangat mengesankan dan mewah, Lalisa bertanya-tanya seperti apa kiranya sarapan pagi pada acara pernikahan nanti. Bagi Lalisa rasanya sulit menandingi ini semua. Bukan karena ia punya selera makan yang besar. Sebagian tamu sudah memisahkan diri sebelum santap malam diumumkan. Mereka telah diundang menghadiri acara minum cocktail untuk bertemu calon pengantin pria dan wanita, jadi yang duduk di meja panjang di ruang makan malam resmi itu hanya sejumlah kecil tamu.

Lalisa melihat ibu dan adik perempuannya saat mereka duduk, tapi mereka pasti sudah diperintahkan untuk tidak mengenali dirinya. Setiap kali memandang ke arah mereka sekilas, cepat-cepat mereka memalingkan wajah. Louis lebih sulit ditebak. Adik laki-lakinya itu melihat tepat ke arahnya. Tidak heran Lalisa kemudian kehilangan selera makannya.

"Sepertinya Sir Marco telah berbicara dengan keluarganya," Jiyong mengamati dari samping Lalisa, wanita itu tidak terkejut ketika menyadari Jiyong melihat apa yang terjadi. Jiyong merasa ada misteri di balik semua ini, dan misteri diciptakan hanya karena satu alasan-untuk dipecahkan.

"Semuanya dilaksanakan dengan ketelitian militer," Lalisa berolok-olok.

Jiyong meraih gelas anggur, lalu menyesap isinya. "Apa yang kaulakukan sehingga dia marah padamu?"

Lalisa mendorong sepotong ayam dengan garpunya. "Baris berbaris bukan kegemaranku."

"Jika kau tidak ingin memakannya, biarkan saja," perintah Jiyong mengejek. "Tidakkah orangtuamu mengajarkan untuk tidak bermain-main dengan makanan?"

Setelah menusuk ayamnya, Lalisa membawa daging tersebut ke depan mulutnya dengan tatapan menantang. "Selalu, namun aku tidak mendengarkan mereka," jelasnya, dan memasukkan potongan kecil itu ke mulutnya. Dagingnya sudah terlanjur kering, jadi ia terpaksa menelannya dengan bantuan sedikit minuman.

"Lalu," lanjut Jiyong. "Bagaimana kau bertemu Louis Brüschweiler?" tanyanya curiga.

Lalisa memain-mainkan gelasnya, menatap air berwarna emas yang bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya. "Boleh dibilang kami tumbuh bersama," akunya dengan kecut.

"Kupikir mungkin dia pernah menjadi pacar barumu," sela Jiyong, membuat Lalisa menatapnya terkejut.

"Louis?" pekik Lalisa seraya tertawa. "Tidak, tidak ada hubungan seperti itu di antara kami." Sudah pasti Jiyong akan marah pada Lalisa jika mengetahui hubungan sebenarnya antara dirinya dan Louis, tapi karena ia tidak berniat menceritakannya, jadi Jiyong tidak mungkin tahu. Kehidupan pribadi Lalisa biarlah tetap menjadi rahasianya.

"Bagus. Kurasa dia bukan jenis pria yang sesuai denganmu."

Lalisa mengikuti arah tatapan Jiyong ke tempat adik laki-lakinya sedang berbicara dengan Yuri, adik Jiyong. Ekspresi wajahnya biasa-biasa saja. Tidak ada tanda-tanda dia ingin menikahi wanita yang sedang diajaknya berbicara. Kening Lalisa berkerut. Ia berharap Yuri mengambil keputusan yang tepat. Jika Louis menjadi seperti ayah mereka. . . Tapi bukan Lalisa yang harus mengambil keputusan.

"Bagaimana mereka bertemu?" tanya Lalisa, dan Jiyong mengangkat bahunya.

"Di acara makan malam pengumpulan dana, begitulah kata Eomma. Mungkin saat itu mereka bertukar cerita-cerita horor, dan memutuskan bahwa mereka lebih baik bersama-sama," ujar Jiyong seraya tertawa, dan Lalisa meringis.

"Bicara soal cerita horor, ibu tirimu benar-benar luar biasa!" bisik Lalisa.

"Oh ya," Jiyong mengiyakan dengan datar. "Aku suka caramu mengatasinya. Dia tidak sebanding denganmu."

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang