SIDE JOB - CHAPTER 8

470 68 15
                                    

CHAPTER 8 : Firasat

Author Playlist : Tate McRae - You Broke Me First

*  *  *


LALISA bersedia melakukan apa pun untuk membalas ucapan Jiyong, namun ia tidak bisa. Ia setuju untuk turut ambil bagian, dan itu berarti harus sekamar dengan Jiyong. Kalau begitu, saat ini juga ia harus menetapkan peraturan mendasar.

"Oke. Kita sekamar. Tapi tidak seranjang. Kau bisa tidur di sofa," perintah Lalisa acuh tak acuh, dan itu membuat mata Jiyong berkilat jenaka.

"Kau yakin tidak ingin aku tidur di bak mandi?" ejek Jiyong, dan Lalisa membalas senyumannya dengan senyuman palsu yang manis sekali.

"Jangan menggodaku!" ancam Lalisa, lalu berjalan ke ranjang untuk mengambil kopernya. "Sebelum aku mengganti pakaian, apa ada lagi yang kaulupakan dan ingin kauceritakan padaku?"

Jiyong mengangkat bahu, kedua tangannya sibuk dengan kancing-kancing yang ia buka lalu lemparkan ke ranjang bersama-sama dengan dasinya. "Sepertinya tidak," ujarnya, mulai membuka kancing-kancing kemejanya.

Lalisa merasa dirinya menatap Jiyong seakan di hipnotis. Untuk alasan-alasan yang tidak dapat ia jelaskan, sepertinya ia tidak dapat melepaskan tatapannya dari gerakan jemari Jiyong. Baru pada saat kedua tangan itu berhenti di dekat pinggang, ia berkedip lalu mengangkat kepalanya—melihat Jiyong sedang memperhatikan dirinya dengan kilatan nakal di matanya.

"Ingin menolongku?" undang Jiyong dengan suara parau.

Menyadari apa yang telah ia lakukan, dan bagaimana tindakannya itu terlihat, Lalisa merasa gelombang panas menggempur kedua pipinya. "Usiamu sudah cukup tua untuk bisa membuka bajumu sendiri," balasnya kaku, lalu berbalik dan berjalan menuju pintu terdekat.

Ketika membukanya, Lalisa berhenti. Itu bukan kamar mandi. Ia memejamkan mata, menunggu kata-kata yang akan segera muncul. Jiyong tidak membuatnya menunggu lama.

"Kau boleh menggunakan kamar riasku kalau mau, tetapi kamar riasku ada di sisi lain tempat tidur, dan kamar mandi terletak di sebelah kanan perapian," ujar Jiyong dengan sikap ramah dan penuh pertolongan, membuat Lalisa ingin memukulnya.

Sambil menguatkan diri, Lalisa membalikkan tubuh dan melihat mata Jiyong menari-nari geli. "Terima kasih," jawabnya melalui gigi yang mengertak, lalu mengikuti arah tatapan Jiyong ke sisi lain ruangan. Begitu sampai di kamar mandi dengan selamat, ia cepat-cepat menguncinya lalu bersandar dengan lemas di pintu.

Oh Tuhan, ia baru saja melakukan kebodohan. Dan kenapa? Karena ia terkesima mendapati dirinya menatap Jiyong saat pria itu membuka bajunya! Kenapa aku melakukan itu? Lalisa mengerang keras. Sekarang Jiyong takkan pernah membiarkan dirinya hidup tenang. Ia tahu Jiyong pasti akan menggodanya tentang itu mulai sekarang sampai dunia kiamat.

Dan untuk melengkapi semua ini, ia harus sekamar dengan Jiyong. Kadang-kadang dunia ini sangat tidak adil. Untungnya ia terpikir membawa jubah mandi, meskipun terbuat dari bahan yang lemas, tapi jubah itu dapat menutupi tubuhnya dari leher hingga ke jari kaki. Ia selamat dari kemungkinan mondar-mandir di hadapan Jiyong dalam pakaian tidur yang minim.

Penuh syukur, Lalisa meletakkan kopernya di atas keranjang baju kotor lalu mengeluarkan setelan dua potong yang akan ia kenakan malam ini. Tidak memakan waktu buang lama baginya untuk membersihkan muka dari sebuah selama perjalanan, memperbaiki riasan wajahnya, kemudian memakai stoking dan sepatunya. Akhirnya, ia mengambil setelan dua potong itu. Model roknya sederhana, bewarna hitam dan ketat, sementara atasan bertali bahu tipisnya berhias manik-manik yang berkelap-kelip saat ditimpa cahaya. Lalisa mempunyai firasat ibu Jiyong pasti selalu berpakaian lengkap untuk makan malam, jadi gaun malam ini tidak berlebihan. Kemudian ia menyisir rambut, mengumpulkan semua peralatannya dan kembali ke kamar.

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang