SIDE JOB - CHAPTER 11

398 53 19
                                    

CHAPTER 11 : Sedang Apa Kau Disana?

Author Playlist : James Tw - Hopeless Romantic

***

LALISA bisa merasakan kemarahan yang sama seperti dulu membuncah di dalam dirinya, mengancam akan mencekiknya. "Teman-temanku bukan gembel," katanya tegas, menekankan pada tiap suku katanya dengan saksama. "Dan aku pun tidak pernah tidur dengan sembarang pria."

Laki-laki itu tertawa kasar. "Tidak? Kau pergi dengan pria pertama yang mendekatimu. Kau tidak sabar untuk naik ke tempat tidurnya!"

Tuduhan itu memang benar, tapi hanya pada satu hal. "Aku mencintainya. Kupikir dia juga mencintaiku." Lalisa sangat putus asa ingin memperoleh kasih sayang, ia merindukan itu. Terlalu rindu sehingga dibutakan sikap baik Christian.

Ucapan itu membuat Sir Marco kembali tertawa. "Dan yang diinginkannya hanyalah uangku. Ketika mengetahui dirinya takkan pernah mendapatkan uang itu, dia cepat-cepat melepaskanmu."

Lalisa bersedekap untuk menyembunyikan tangannya yang gemetaran karena emosi yang tertahan. "Aku bukan yang pertama, dan jelas aku bukan wanita terakhir yang dibodohi pria."

"Ataupun yang ditinggal dalam keadaan hamil olehnya," tambah Sir Marco mengejek.

Tidak ada yang dapat Lalisa lakukan untuk melawan rasa pedih yang ditimbulkan dari kata-kata lelaki itu. Lalisa terkesiap saat luka lama terbuka kembali. Sambil meluruskan tubuh, tatapannya memperingatkan bahwa ayahnya memasukkan wilayah berbahaya.

"Itu bukan urusanmu."

Kemudian ayahnya mencondongkan tubuh ke arah Lalisa, dengan tinggi dan ukuran tubuhnya, dia tampak mendominasi. "Tentu itu urusanku, nona muda. Aku harus hidup dengan pengetahuan bahwa ada seorang anak tanpa ayah di luar sana, membawa aib bagi nama yang dikenal baik dan terhormat!"

Oh, seandainya saja ada sedikit kata yang dapat menjelaskan apa yang benar-benar penting bagi ayahnya, maka kata-kata itulah yang bisa mewakili. Nama dan jabatan lebih berarti daripada keluarganya. Well, sekarang ayahnya tidak perlu mengkhawatirkan aib itu lagi.

Emosi yang kuat mengancam akan mencekiknya, namun Lalisa memaksakan diri untuk bicara dengan jelas. "Kau tidak perlu khawatir, Brigadir. Tidak ada anak yang akan membuat nama keluarga ternoda."

Untuk sesaat laki-laki itu terdiam. "Jadi pada akhirnya kau memberikannya untuk diadopsi?"

Itu tuntutan Sir Marco sebagai bayaran untuk pertolongannya. Tapi Lalisa tidak mengambil tawaran itu. Lalisa menggeleng. "Dia sudah meninggal." Suaranya terbata-bata, dan kedua matanya berkilat-kilat seperti mutiara karena air mata yang tertahan. "Seharusnya itu menjadi alasan bagimu untuk membuat perayaan," lanjut Lalisa mengejek. Ia berusaha keras untuk tidak tampak lemah di depan laki-laki yang berhati batu ini.

Sir Marco meluruskan tubuhnya, melipat kedua tangannya di belakang punggung dengan gaya militer. "Mungkin hal terbaik yang pernah terjadi," ujarnya singkat, dan Lalisa menarik napas, terguncang.

"Kau benar-benar sulit dipercaya. Tidak ada belas kasih sedikit pun dalam dirimu. Well, ini akan menjadi semacam kejutan untukmu, Brigadir. Kematian anakku membuatku sangat sedih. Aku menginginkannya. Aku mencintainya dengan cara yang tidak pernah kaupahami."

Rahang Sir Marco menegang. "Anak-anak adalah untuk melanjutkan garis keturunan keluarga."

Sudah berapa kali Lalisa mendengar hal itu? Dari dulu sampai sekarang ia tidak pernah menyetujui pendapat itu. "Kolot sekali! Kau memaksaku menikahi pria pilihanmu, hanya untuk mengembangkan hubungan keluarga!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang