SIDE JOB - CHAPTER 4

490 78 18
                                    

CHAPTER 4 : Memories

Author Playlist : NIKI - Lose

*  *  *

MALAM itu Lalisa makan di restoran bersama Joon-gi. Ia sangat menyukai pria ini, namun tidak selalu mudah untuk mengikuti pembicaraannya, karena Joon-gi kadang-kadang agak kaku. Dia juga bisa menjadi, dengan sedih Lalisa mengakui, orang yang dingin seperti kata Jiyong. Bagaimanapun, malam ini ia harus bekerja ekstra keras untuk memusatkan perhatiannya sementara Joon-gi menceritakan harinya yang mengerikan. Sayangnya, pikiran Lalisa berkilo-kilometer jauhnya dari situ, dan itu membuat Lalisa kesal, karena ia tidak suka mengakui bahwa Jiyong melayang terus-menerus di benaknya. Untungnya, Joon-gi sepertinya tidak memperhatikan kegelisahan Lalisa sehingga wanita itu bisa berusaha untuk lebih menunjukkan perhatian sementara mereka menunggu makanan penutup diantarkan.

Saat Joon-gi mengulurkan tangannya di meja dan meraih tangan Lalisa, wanita itu tersenyum dengan sedikit penasaran, karena Joon-gi bukanlah jenis orang yang suka "menyentuh".

"Aku punya kejutan untukmu," ujar Joon-gi, gembira seperti anak kecil, dan tiba-tiba jantung Lalisa serasa melompat ke tenggorokan saat bertanya-tanya apakah Joon-gi memutuskan untuk melamarnya.

"Sungguh?" tanya Lalisa agak terengah, sementara kepalanya sibuk memikirkan apa yang hendak dikatakannya sebagai jawaban. Sayang suasana sekelilingnya kurang romantis—restoran ini dipilih karena kenyamanannya, bukan karena suasananya. "Kejutan apa?"

Senyum Joon-gi melebar mendengar keingintahuan Lalisa. "Orangtuaku mengundang kita berdua ke rumah mereka untuk berakhir pekan. Saat kukatakan pada mereka betapa cantiknya engkau, ibuku sangat ingin bertemu denganmu. Aku tahu dia pasti akan memujamu seperti aku memujamu."

Lalisa berusaha sebisanya untuk tetap tersenyum, namun ia merasakan senyum itu memudar dan otot-otot wajahnya menjadi kaku. Bukannya menyesali pertanyaan yang Joon-gi ajukan, namun kenyataan bahwa ia harus menolak sesuatu yang kedengaran seperti undangan kerajaan.

"Oh, oppa, maafkan aku, aku tidak bisa ikut. Aku bermaksud mengatakannya kepadamu. Aku harus pergi ke Swiss akhir pekan ini," ujar Lalisa penuh penyesalan, berharap bisa memperlunak suasana, namun ia tahu dari cara Joon-gi melepaskan tangannya bahwa pria itu sama sekali tidak senang.

"Dengan Kwon pasti!" jawab Joon-gi dingin, membuat Lalisa mengerjap mendengar nada suaranya.

Sejak setuju untuk ikut dalam perjalanan itu, Lalisa bertanya-tanya apa yang akan dikatakannya pada Joon-gi. Ia benci berbohong, namun reaksi Joon-gi jelas menunjukkan bahwa tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Lalisa memang sudah lama mengetahui bahwa Jiyong tidak pernah menyukai Joon-gi, tapi baru sekarang ia tahu bahwa Joon-gi juga ternyata sangat tidak menyukai Jiyong.

"Tentu saja. Ini urusan bisnis," Lalisa berbohong seraya menatap Joon-gi yang sedang bersandar sambil menyilangkan tangan.

"Aku tidak percaya padanya," ujar Joon-gi blakblakan, dan kening Lalisa sedikit berkerut. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini, namun ia tidak pernah melakukan sesuatu yang bisa membuat Joon-gi khawatir. Ia terkejut karena ia pikir Joon-gi percaya padanya. Joon-gi tidak perlu merasa cemburu.

"Kau percaya padaku, kan?" tanya Lalisa membujuk, dan Joon-gi segera meraih tangan Lalisa kembali.

"Aku percaya. Tentu saja aku percaya. Hanya saja pria itu..." Joon-gi membiarkan kata-katanya menggantung, dan Lalisa tahu apa yang dia maksud. Reputasi Jiyong-lah yang ingin dia bicarakan.

Lalisa meremas tangan Joon-gi. "Adalah orang yang sama sekali tidak menarik bagiku. Lagi pula, melakukan perjalanan itu adalah sebagian tugasku." Baiklah, sebenarnya bukan tugasku, tetapi Joon-gi tidak perlu mengetahuinya.

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang