SIDE JOB - CHAPTER 5

484 79 20
                                    

CHAPTER 5 : Obsidian

Author Playlist : Au/Ra - Panic Room

*  *  *

BUNYI dengung interkom mengejutkannya, diikuti perasaan lega. Dia sudah datang. Lalisa melangkah ke arah interkom.

"Halo?"

"Ini aku, Jiyong," suara itu memberi tahu Lalisa.

"Lantai paling atas, di sebelah kanan," Lalisa memberi petunjuk seraya memencet tombol untuk membuka pintu masuk. Ia sempat mendengar Jiyong bergumam, "Sudah bisa ditebak!"

Lalisa menghampiri pintu masuk untuk menyambut Jiyong. Menurutnya pria itu sama sekali tidak tampak lelah saat sampai di lantainya.

"Apakah tidak ada yang berpikir untuk memasang lift?" Jiyong mengeluh, dan Lalisa menggeleng.

"Hanya tiga lantai."

"Namun ada enam deretan tangga," timpalnya cepat.

"Berhentilah mengeluh. Kau pria paling sehat yang pernah kukenal," jawab Lalisa acuh tak acuh. Ia tahu Jiyong rutin berolahraga, dan meskipun tidak pernah melihat langsung, ia yakin tidak ada lemak berlebih di tubuh pria itu.

"Ingatkan aku untuk tidak mencari simpati darimu," gumam Jiyong seraya memandang berkeliling. "Hanya ini?" tanyanya sambil menunjuk koper Lalisa.

Lalisa mengangguk. "Itu saja yang kubutuhkan untuk beberapa hari," ujarnya menegaskan, meskipun tahu ia mengemas terlalu banyak barang.

Jiyong mengangkat koper dan tertawa. "Ibuku tidak pernah membawa kurang dari tiga koper saat bepergian."

Lalisa tidak dapat membayangkan berapa banyak baju yang dibutuhkan untuk mengisi tiga koper sampai penuh. "Bayangkan kelebihan berat yang harus dia bayar!" serunya takjub.

"Bayangkan kekacauan yang timbul setiap kali dia berpikir ada satu benda yang hilang!" ujar Jiyong sengit dan Lalisa mengernyit.

"Wah. Apa itu sering terjadi?"

"Hampir setiap kali. Begini, hidup itu bagaikan drama baginya. Dia primadona dari semua primadona. Aku tidak heran jika adikku menikah dengan pria itu hanya untuk lepas dari ibuku," ujarnya sinis.

"Oh, tapi adikmu pasti mencintainya," protes Lalisa, merasa tidak nyaman dengan pikiran bahwa ada wanita yang mau melakukan hal semacam itu.

Jiyong mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Adikku mungkin berpikir dia mencintai pria itu."

"Berpikir dia mencintai pria itu?" tantang Lalisa saat menutup pintu dibelakangnya dan memastikan apakah sudah terkunci dengan baik.

Jiyong berjalan menuruni tangga. "Yuri persis ibuku. Dia menyakinkan dirinya sendiri mengenai apa pun. Jika dia ingin lepas dari pengaruh ibuku, dia juga bisa meyakinkan dirinya untuk mencintai pria itu." Jiyong menyempatkan diri melempar kerlingan mencemooh ke arah Lalisa melalui bahunya. "Mungkin kau sudah tahu pernikahan bukan sesuatu yang dapat dibanggakan keluargaku. Yuri wanita cerdas, namun secara emosional dia sama seperti saudara-saudara kami yang lain, hubungan orangtua kami yang berantakan sangat berpengaruh. Aku hanya tidak terlalu yakin dengan kelangsungan pernikahan mereka."

Setelah sampai di bawah, Jiyong menahan pintu untuk Lalisa. "Kau berpendapat bahwa pernikahan mereka takkan bertahan lama?" tanya Lalisa sambil melangkah ke luar.

Sambil memegang tangan Lalisa, Jiyong menuntun wanita itu ke tempat ia memarkir mobil. "Tidak ada satu pun pernikahan yang berhasil di keluarga kami, jadi semua kemungkinan mengarah ke sana."

Side Job (JILICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang