Part 1

9.7K 472 90
                                    

Stella berjalan pelan menyelusuri jalanan yang sepi di tengah keheningan malam. Air matanya terus berlinang di pipi dengan derasnya. Hatinya mencelos sakit melihat apa yang terjadi malam ini. Kenyataan begitu pahit.

Hubungan yang telah terjalin delapan tahun lamanya harus kandas begitu saja karena sebuah perselingkuhan.

Stella terus berpikir apa kesalahannya sehingga Reno tega menghianatinya. Pria itu tidur dengan sekretarisnya sendiri setelah tanggal pernikahannya baru saja di tentukan.

Apa ia kurang cantik? Apa selama ini ia tidak menjadi kekasih yang baik untuknya? Atau jangan-jangan ia sangat membosankan sehingga Reno mencari wanita lain?

Bahkan selama pacaran Reno tidak pernah menyentuhnya. Tapi kenapa Reno berbuat itu dengan sekretarisnya?

Berjalan terus menunduk Stella tidak sengaja menabrak sesuatu yang begitu keras dan tegap. Ternyata dada bidang seorang pria.

Stella spontan mendongak ke atas untuk melihatnya. Matanya menangkap seorang pria maskulin yang begitu mempesona. Salah satu teman baik kakaknya.

"Ngapain kamu jalan malam-malam gini? Sendirian? Nangis?"

"Mas Dean?"

"Ayo aku antar pulang." Ujar Dean sembari membukakan pintu mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri.

Ternyata Stella berjalan melewati sebuah kelab paling bergengsi di Jakarta. Pantas saja ia bertemu dengan pria ini. Dean dan kakaknya itu satu sepsies. Playboy tengik yang gemar clubbing.

"Kamu ngapain sih jalan sendirian?" Tanya Dean lagi dengan mulut bau alkoholnya. Stella yakin pria ini habis minum berbotol-botol alkohol di dalam sana. Tapi meski begitu, Dean tak terlihat mabuk sama sekali. Kharismanya juga masih bersinar terang.

"Mobil kamu di mana?" Dean bertanya lagi.

"Di hotel."

"Di hotel?"

"Aku habis pergokin Reno selingkuh." Isaknya tersedu. Sedangkan Dean hanya membeo. Baru juga pergokin tunangan selingkuh. Dirinya lebih parah. Pergokin istri sendiri make love dengan rekan bisnis.

Lebih parahnya, istrinya lebih memilih selingkuhannya. Dan itu terjadi di pernikahannya yang baru berumur 3 bulan. Sekarang Dean tak percaya lagi akan cinta. Bulshit! Lebih baik dia bersenang-senang menikmati hidup.

"Mas Dean jangan antar aku pulang ya? Jangan antar ke apartemen aku juga."

"Terus kemana?" Dean mengerutkan alis.

"Mas Dean jangan bilang ke kakak kalau aku lagi sama mas sekarang."

"Terus gimana?"

"Aku numpang dirumah mas ya? Setidaknya sampai hati aku tenang. Aku malu, aku males di tanya-tanya soal Reno."

Dean memijit pelipisnya. "Memangnya orang rumah tau kalau Reno selingkuh?"

"Aku kirim video perselingkuhan mereka ke grub keluarga. Terus aku matiin hp." Cicit Stella sambil menunduk.

Dean sudah lama mengenal keluarga Stella. Mengenal Evan yang merupakan kakak dari wanita ini. Tapi dengan Stella Dean tidak pernah dekat. Dan sekarang wanita ini meminta tinggal dirumahnya?

Tapi Dean tak mau ambil pusing. Mungkin ia akan mengabari Evan nantinya, jika Stella menginap. Meski Stella tidak menginginkan hal itu. Karena jika tidak, ia yang akan di bunuh oleh Evan. Dean tahu betul betapa sayangnya Evan kepada Stella yang manja ini.

"Yaudah kamu tinggal di rumah mas."

"Beneran?"

"Iya."

Stella tersenyum senang, lalu masuk ke dalam mobil sport milik Dean. Ia bahagia karena Dean mengijinkannya menumpang di rumahnya. Stella tidak menyangka jika manusia kutub itu bisa baik juga.

Stella terus mengamati Dean yang tengah duduk di sampingnya dan bersiap untuk mengemudi. Mengamati wajahnya yang tampan bak dewa yunani di jaman kuno. Pesonanya.... sungguh menggeterkan jiwa. Stella baru menyadari ini setelah bertahun-tahun.

"Pakai sabuk pengamannya Stell." Dean memberitahu. Namun Stella tak menghiraukan. Ia justru menopangkan dagu dan terus menatap wajah tampan di hadapannya.

Apa anak-anak ini sedang jatuh cinta padanya? Ahhh Dean tidak kaget. Tidak hanya anak 25 tahunan seperti dia yang naksir padanya. Ibu-ibu umur 60an juga pernah ada yang naksir. Pesonanya tidak di ragukan lagi.

Dean pun beranjak mendekati Stella, lalu meraih seatbelt dan memasangkannya. Kulit tangan mereka saling bersentuhan. Menciptakan hawa panas yang tiba-tiba menjalar di tubuh Dean.

Harum mawar segar pada tubuh Stella membuat Dean merinding. Dean baru sadar jika wanita ini memakai gaun pendek yang memamerkan pahanya di saat dirinya duduk.

Paha yang begitu mulus. Ingin sekali Dean menyentuhnya. Menindih tubuh mungilnya, serta membuat Stella menjerit memanggil namanya di sepanjang malam.

Dean segera menepis pikiran kotornya. Dia memang playboy. Tapi bukan adik dari sahabatnya juga kan korbannya?

"Mas Dean aku boleh tidur? Aku capek."

"Tidur gih, nanti aku bangunin kalau udah sampai."

Stella mulai memejamkan mata. Kepalanya langsung di sandarkan ke pundak Dean tanpa malu-malu. Apa sikap Stella memang agresif seperti ini?

Dean semakin tegang ketika Stella bernafas di kulit lehernya. Membuat miliknya benar-benar bergejolak. Apa ia bisa bertahan jika Stella terus seperti ini?

"Mas Dean, kenapa Reno selingkuh? Apa aku kurang cantik?" Bisiknya pelan.

"Mungkin Reno yang brengsek. Jangan salahin dirimu." Balas Dean sambil mengusap rambutnya. Dean kasihan melihat wajah sendunya. Sepertinya Stella benar-benar patah hati.

"Delapan tahun kita bersama. Tapi kayaknya hal itu tidak ada artinya untuk Reno."

"Untuk orang brengsek, mau selama apapun hubungan kalian memang tidak pernah ada artinya. Jangan menangis untuk orang sepertinya."

"Ini yang mas rasain saat istri mas selingkuh? Kakak pernah cerita."

Dean hanya diam. Sebenarnya rasa sakit itupun masih membekas. Masih sangat terasa meski hal itu sudah lama terjadi.

Sudah 10 tahun lalu. Ketika dirinya masih berumur 25 tahunan. Disaat dirinya belum sesukses sekarang. Belum sekeran dan seganteng saat ini.

Itu terjadi disaat dirinya masih menjadi pria kurus berkacamata dan miskin.

"Mas?"

"Hmmm?"

"Aku boleh tanya?" Ujar Stella sembari menatap Dean dengan sangat serius.

"Boleh."

"Kenapa itu mas berdiri?" Tanya Stella sambil menunjuk ke arah paha milik Dean. Bayangkan suasana awkward yang ada di tengah-tengah mereka.

"Apa?" Jawab Dean pura-pura tidak mengerti. Ia malu sekali. Kenapa otaknya selalu kotor sih? Sekarang ia harus menjawab apa?

"Your dick." Jawab Stella lagi yang membuat pipi Dean semakin memerah. Ini Stella memang polos atau sok polos? Tapi melihat wajah terkejutnya, Dean rasa Stella memang sangat polos. Entah apa yang di lakukannya bersama Reno selama delapan tahun lamanya pacaran.

*****

Aku tertarik sama salah satu saran reader. Patah hati dan move on dengan pria yang lebih matang.

Tapi pria ini nantinya akan aku buat playboy dan posesif banget.

Lanjut nggak? Kalau nggak menarik aku bakal ganti lagi dengan cerita lain.

Miss Pesimis For Mr Playboy  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang