⚜02. Malang Tak Berbau

979 104 34
                                    

Jika detik-detik menuju kematianmu datang, apa yang akan kau lakukan? Sudahkah kau mempersiapkannya? Apa kau pernah berpikir, tentang apa yang akan terjadi jika kau tiada?

Tolong, Angel masih belum menemukan jawabannya. Dia tidak ingin mati menyedihkan, tanpa membersihkan nama baiknya sendiri. Ini tidak bisa terjadi! Siapa pun, tolong Angel!

Entah mimpi atau ilusi. Ketika Angel membuka kelopak matanya lagi. Dia bisa melihat teriknya sinar matahari pagi. Selain itu, Angel juga masih bisa merasakan lembutnya selimut yang membungkus tubuh. Tak ada kegelapan, kegelisahan, apalagi suara-suara orang yang meminta nyawanya. Di tempat ini, hanya ada Angel yang tertidur di ranjang empuk.

Sejak kelopak matanya terbuka, Angel masih mencoba mengenali tempat ini. Dia tidak tahu di mana tempatnya berada, tapi dari aroma dan hangatnya ruangan, Angel bisa merasakan kenyamanan. Terlebih lagi, sudah beberapa hari ini, Angel tidak bisa tidur nyenyak.

"Di mana ini?" Angel terduduk di ranjang. Dia merasakan kepalanya berdenyut pusing, sebelum mendengar pintu kamar terbuka.

Hanya dalam hitungan detik saja, sesosok pria bertubuh tinggi masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menaikkan sudut bibirnya ke atas, hingga kedua lesung pipinya terlihat jelas. Rambutnya yang hitam, tersapu angin pagi. Ditambah mata bulat dan bibir tebal, yang tampak indah untuk dipandang.

Tak perlu waktu lama, bagi Angel mengenali siapa pria di hadapannya. Pria itu merupakan salah satu orang, yang pernah satu kampus dengan Angel. Sekaligus orang yang pernah mendapatkan penolakan dari Angel. Penampilannya dulu, berbanding terbalik dengan sekarang. Namun, Angel masih bisa mengenalinya dari lesung pipi dan suara pria itu.

"Ucup?"

Satu nama panggilan, yang masih terukir jelas di otak Angel. Ucup tersenyum tipis, memamerkan kedua lesung pipinya. Mata pria itu menyipit seperti bulan sabit, dia membalas, "Kau masih mengingatku? Aku pikir, wanita elit sepertimu akan melupakan pria kampung urakan ini."

"Justru karena kau urakan, aku masih mengingat jelas semua tingkahmu. Bagaimana bisa aku melupakan mahasiswa fakultas pertanian, yang tak henti-hentinya mengejarku dulu?" jelas Angel tanpa berkedip ke arah Ucup.

Penjelasan Angel membuat Ucup menganggukkan kepala. Pria itu melihat langsung ke arah bola mata Angel yang berkaca-kaca. "Pria urakan itu, sudah berubah menjadi orang yang mengamalkan ilmunya untuk desanya. Selain itu, dia juga berusaha memajukan pertanian desa-desa kecil."

"Lalu kau? Sekarang bagaimana kabar gadis kota ini? Kenapa aku menemukanmu pingsan di tengah jalan Desa Bentang?" tanya Ucup.

Angel tak mengerti apa yang sudah terjadi. Bayangan-bayangan para warga yang sedang melakukan ritual masih ada dalam ingatannya. Dia mendengar para warga memuji-muji malaikat maut. Dengan mulut yang memakan daging sesama. "Aku ... aku tidak tahu persis, apa yang sudah terjadi. Aku terjatuh, ketika warga desa tengah melakukan ritual! Tapi, tapi aku tidak tahu, ritual apa yang sedang mereka lakukan. Semuanya terasa samar. Aku tidak ingat."

Ucup menundukkan pandangannya. Dia menunjuk ke arah kaki Angel yang dibungkus selimut. "Ritual apa yang kau maksud, sampai kakimu terkilir?"

"Aku sebenarnya datang ke desa ini, untuk menawarkan bantuan teknologi dan memajukan pertaniannya. Tapi di tengah jalan, aku malah menemukanmu pingsan," ungkap Ucup.

Angel menggelengkan kepala berulang kali. "Aku tidak mungkin bermimpi. Ucup, apa kau tidak melihat para warga melakukan ritual?! Aku yakin mereka melakukannya! Mereka berniat menumbalkanku juga!"

Ucup memegangi kedua bahu Angel. Dia mencoba untuk menenangkan wanita itu, dengan tangan yang menepuk-nepuk bahu Angel pelan. "Tenanglah. Jangan panik. Mungkin itu hanya ilusi saja. Kau terlalu banyak pikiran Angel. Aku sarankan untuk beristirahat beberapa hari. Mengerti?"

MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang