⚜04. Maksud Bagai Maksud Manau

505 79 16
                                    

"Nenek, sebenarnya aku seharusnya datang ke desa ini kemarin. Tapi ternyata, warga desa ini sedang melakukan kegiatan yang tak aku ketahui apa. Tapi yang past---"

Sebelum Angel melanjutkan perkataannya, Nenek Laras sudah lebih dulu menutup mulutnya dengan salah satu tangan. Nenek itu berusaha untuk memberhentikan pertanyaan Angel, sebelum ada yang mendengarnya.

"Tapi kenapa aku tidak boleh bertanya?" tanya Angel.

"Ada beberapa bahasan yang tidak boleh kau bicarakan di desa ini. Bisa gawat jika ada warga desa yang mendengar. Hati mereka sensitif dan senang bergosip," kata Nenek Laras.

Angel melirik ke kiri dan kanannya. Dia memberitahu sang nenek, "Nek, tidak ada satu orang pun yang ada di luar rumah. Mereka tidak mungkin mendengar apa yang aku katakan."

Nenek Laras terdiam, dengan mata yang menelusuri sekilingnya. "Berhati-hatilah. Terkadang apa yang tak bisa kita lihat, bisa membahayakan keselamatan kita."

"Di desa ini semuanya harus diwaspadai. Tanah, batu, angin, atau bahkan pohon. Semuanya bisa memiliki telinga, untuk mendengar informasi baru," jelas Nenek Laras.

Ucup mengerti apa yang disampaikan Nenek Laras. Oleh karena itu, dia memilih untuk menutup bibirnya rapat-rapat. Sembari menyenggol lengan Angel. Ucup memberitahu, "Nenekmu benar. Di sini kau harus berhati-hati. Banyak sekali mata-mata tak terlihat."

Angel merasakan bulu kuduknya merinding. Jika bukan karena berita yang menjelek-jelekkan namanya, Angel tak akan sudi tinggal di desa seperti ini. Terlebih lagi ada beberapa hal janggal, yang mengusik pikiran dan hati Angel. Bisakah dia bertahan di desa ini?

•••

Hari kedua menghirup udara di desa Bentang. Di pagi hari, hati Angel menenang. Dia berdiri di dekat jendela yang terbuka, sembari menarik dan mengeluarkan napas. Sudut bibirnya terangkat ke atas, dengan helaian rambut yang tertiup angin pagi. Sejujurnya, tinggal di desa ini tidak buruk juga. Terlepas dari keanehan yang menyambut Angel saat datang kemarin.

Sayangnya sudut bibir Angel hanya bisa bertahan beberapa saat saja. Dia tidak memiliki teman untuk mengobrol atau mencurahkan isi hatinya. Neneknya pergi bekerja di kebun. Sementara Ucup sudah pergi sejak pagi-pagi sekali. Sekarang hanya ada Angel, seorang diri yang sedang mencari ketenangan.

Awalnya Angel menawarkan diri untuk bekerja dengan sang Nenek. Sayangnya, sang Nenek menolak mentah-mentah tawarannya. Nenek Laras ingin Angel beristirahat setelah rumor besar yang sempat menjatuhkan mental Angel.

"Di sini jaringan kadang muncul dan kadang tidak muncul. Aku memerlukan waktu yang lama, untuk bisa menghubungi Ibu," gumam Angel.

Di saat Angel sedang terdiam, dengan tatapan kosong ke depan. Tanpa sadar, jari jemarinya menyentuh perut rata miliknya. Sudut bibir Angel semakin turun ke bawah. Dia merindukan saat di mana perut itu masih berisi buah hati kecilnya. Namun, sekarang. Semuanya telah berubah. Bahkan, suaminya sendiri menyingkirkannya begitu saja.

"Para penggosip itu memang benar. Aku tidak pantas menjadi seorang Ibu. Aku bahkan tak bisa menjaga malaikat kecil, yang aku kandung. Ibu tidak berguna," gumam Angel.

Satu tetes air mata jatuh ke pipi Angel. Berulang kali Angel menahan air mata itu untuk tidak keluar. Namun, tetap saja. Mata Angel tak bisa diajak kerja sama. Semakin Angel menghapusnya, semakin juga air mata terus keluar dengan derasnya.

Ketika kesedihan memenuhi benak Angel. Tiba-tiba Angel merasakan angin dingin menusuk ke dalam tulangnya. Angin ini berbeda dari angin biasanya, karena membuat bulu kuduk Angel berdiri. Wanita itu terdiam, kemudian mendengar suara bisikan halus tepat di sampingnya. "Patuhi perintahku, dan aku akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milikmu."

MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang