Ketika Angel sedang terdiam, memikirkan manisnya senyuman Ucup. Tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar. Angel tak tahu, apa yang terjadi. Namun, yang jelas dia bisa mendengar suara beberapa batu yang dilempar ke genting rumahnya.
"Keluar kau wanita jahat!"
"Bagaimana bisa kau bersembunyi di desa kami, setelah membunuh anakmu sendiri!"
"Orang sepertimu tak pantas hidup!"
"Lebih baik, kau kami tumbalkan untuk Malaikat Maut yang Agung!
"Malaikat Maut yang Agung pasti senang, mendapatkan tumbal wanita pendosa sepertimu! Kau tak bisa tinggal di desa ini lebih lama lagi!"
"Keluar kau si*lan!"
Suara teriakan warga desa membuat lutut Angel bergetar hebat. Bola mata Angel berkaca-kaca, dengan jantung yang terenyut. Dari mana warga desa mendapatkan berita sesat itu? Apakah fitnah dari warga kota sudah sampai ke desa terpencil ini? Tapi bagaimana bisa itu terjadi? Setahu Angel, desa ini sangat tertutup dari berita luar desa.
Angel menutup telinganya. Rasa takut memeluk tubuhnya. Apalagi ketika jendela rumah sang nenek pecah, terkena lemparan batu tajam. Batu yang dilempar, tak hanya satu saja. Melainkan berpuluh-puluh. Sampai trauma Angel kembali lagi. Semua masalah yang menimpanya mulai terngiang-ngiang di telinga. Padahal, Angel sudah hampir melupakan masalahnya.
Rasa malu, kesal, marah, bercampur menjadi satu. Angel mencoba menahan tangis sekaligus rasa nyeri di dada. "Aku tidak membunuh anakku. Aku bukan pembunuh. Ini semua tidak benar. Aku menyayangi anakku!"
"Angel!" panggil sang nenek. Nenek Laras yang baru masuk ke rumah, langsung menarik Angel ke belakang rumah. Wanita itu terburu-buru mengantarkan Angel, untuk segera pergi dari desa ini. Dia memberi pesan, "Entah siapa orang yang menyebarkan berita ini. Tapi yang pasti, kemarahan warga desa tak bisa kita redakan. Mereka pasti akan mencari cara supaya menumbalkanmu."
"Nenek akan mencoba untuk menahan para warga desa, kau bisa melarikan diri lewat pintu belakang rumah. Tak ada pilihan lain, Angel," peringat Nenek Laras.
Angel tak pernah memikirkan hal ini akan terjadi sebelumnya. Padahal, dia pergi ke desa ini supaya hidupnya tenang. Namun ternyata, rasa nyaman itu hanya dia dapatkan beberapa saat saja. Kemudian hilang, layaknya debu yang disapu angin. "Nenek, tapi ... tapi... bagaimana dengan Nenek sendiri? Nenek pasti akan kesusahan menghadapi amukan warga desa," kata Angel
"Warga desa di sini, tidak akan berani melukai wanita tua sepertiku. Kau bisa pergi secepatnya! Pergi yang jauh! Nenek pasti akan baik-baik saja," kata Nenek Laras.
"Tapi aku belum memberitahu hal ini pada Ibu," kata Angel.
"Nanti Nenek akan mengatakannya pada ibumu. Sekarang, pergilah yang jauh! Sejauh mungkin Angel! Carilah bantuan!" teriak Nenek Laras.
Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Angel langsung keluar lewat pintu belakang rumahnya. Dia menelusuri jalanan setapak, dengan mengandalkan cahaya senter yang diberikan sang Nenek. Tak ada sedikit pun niat Angel untuk berhenti melangkah. Dia tak bisa mati sebagai tumbal, dengan kesalahan yang tak dia lakukan. Semua itu hanya fitnah belaka.
Cahaya bulan menemani perjalanan Angel menjauh dari desa ini. Bola mata Angel berkaca-kaca. Namun, wanita itu tak membiarkan satu tetes air mata jatuh ke pipinya. Dia mencoba untuk tetap kuat, dan menangkahkan kaki pergi dari desa ini.
"Ibu. Ibu. Aku harus pergi ke mana lagi?" batin Angel dalam hati.
Jalanan setapak sudah Angel lalui. Meskipun terdapat banyak bebatuan kecil, dengan tanaman berduri. Namun, itu semua tidak melunturkan tekad Angel untuk berhenti berlari. Wanita itu masih bisa menggerakkan kakinya, dengan napas terengah-engah. "Aku harus ke mana?" tanya Angel dalam hati.
Kanan, kiri, depan. Hanya ada tiga pilihan di depan matanya. Karena jika Angel melangkah ke belakang, sudah pasti dia akan menjadi santapan warga desa. "Bagaimana ini?"
Kebingungan melanda pikiran Angel. Sebelum membuang lebih banyak waktu, Angel lebih memilih untuk terus melangkah ke depan. Dia baru ingat, pada sosok Ucup yang berniat membantunya. Selama ini, pria itu sudah sering memberi Angel banyak bantuan.
"Aku harus meminta bantuan Ucup! Dia pasti akan membantuku," gumam Angel.
Sejak pikiran Angel tertuju pada Ucup, sudut bibirnya naik ke atas. Ucup pasti bisa memberinya bantuan lagi. Terlebih lagi, pria itu sangat baik dan bertanggung jawab. Hanya saja, Angel tiba-tiba menurunkan sudut bibirnya. Lanngkahnya tiba-tiba melambat. Ingatan di masa lalu, saat dirinya menyakiti hati Ucup terngiang-ngiang di kepalanya.
"Waktu kuliah, aku terlalu sering melukai perasaannya. Dia begitu tulus menyukaiku, tapi aku malah menghina orang desa sepertinya."
"Bagaimana bisa, sekarang aku mengemis bantuan pada orang sepertinya? Padahal dia sudah sangat baik kepadaku. Dia bahkan berniat menyelesaikan permasalahanku dulu," pikir Angel.
Ketika Angel terus berpikir dalam diamnya. Dia tiba-tiba berhenti berjalan. Angel langsung memelototkan mata, menyadari sesuatu. "Tunggu dulu. Ucup ... Ucup .... hanya dia saja, orang selain Nenek yang mengetahui berita fitnah dari mantan suamiku."
"Bagaimana jika dia memberitahukan berita ini pada warga desa. Supaya mereka bisa menumbalkanku? Apa Ucup mempunyai dendam pribadi padaku?" tanya Angel.
Setelah dihianati suaminya, Angel jadi tak percaya pada semua pria. Di pikiran Angel saat ini, hanya ada nama Ucup; orang yang melaporkan bahwa Angel adalah wanita jahat. Lalu pantas dijadikan tumbal.
Dada Angel menyesak. Walaupun ini hanya pikirannya yang belum terbukti. Namun, perasaan trauma dihianati kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Angel kesulitan bernapas, tapi dia terpaksa harus meneruskan perjalanannya. Tak ada waktu untuk menangisi semua ini, jika ingin hidupnya selamat.
"Ucup, dia ... dia juga menghianatiku?" gumam Angel. Bola mata Angel kembali berkaca-kaca. Wajahnya memerah, dengan keringat yang menghiasi kening. Dia berulang kali mendongakkan kepala ke atas langit, supaya air mata tak jatuh mengenai pipinya.
"Bukan. Ucup tidak bersalah. Semua permasalahan ini muncul, karena perbuatanku sendiri. Aku yang membuat Ucup dendam, lalu membalasku seperti ini. Aku pelakunya," sesal Angel.
Pada akhirnya, penyesalan muncul di akhir. Sekarang yang bisa Angel lakukan hanya pergi berlari, menyelamatkan diri. Sebelum warga desa berhasil mengejarnya sampai ke sini.
Jalanan yang dilalui Angel semakin sempit. Banyak sekali tanaman berduri yang ada di samping jalan. Selain itu, beberapa batu tajam juga melukai sandal yang dipakai Angel. Apalagi ketika lampu senter mati, dengan angin dingin yang mulai menyelimuti tubuh Angel.
"Kenapa senternya mati?" gumam Angel. Angel mencoba untuk menghidupkan senter miliknya. Namun, senter itu tak kunjung menyala.
Kening Angel mengernyit. Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan hanyalah mengandalkan cahaya rembulan. Dengan susah payah, Angel melangkah sedikit demi sedikit. Wajah wanita itu semakin memerah, begitu juga dengan keringat yang sudah jatuh ke pipi. Angel tak tahu, arah tujuannya berakhir di mana. Namun yang pasti, wanita itu hanya ingin menghindari amukan warga desa.
Ketika Angel sudah hampir menjauh dari rumah sang Nenek, tiba-tiba saja kesi*lannya datang. Wanita itu tak sengaja tersandung batu kecil, akibat minimnya penerangan yang ada. Jelas saja, tubuh Angel langsung jatuh ke bawah. Wanita itu meringis, merasakan sakit di bagian lutut beserta kedua lengannya.
"Sakit." Angel mencoba bangkit, mengabaikan rasa sakit yang dia derita. Hanya saja, ketika Angel ingin pergi. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan warga desa dari kejauhan. Angel berbalik ke belakang, melihat obor warga desa sedikit demi sedikit mulai menghampirinya.
"Itu lihatlah! Wanita Iblis itu ada di sana!"
"Kita semakin dekat dengan calon tumbal!"
"Mari kita bunuh pendosa itu bersama-sama!"
"Jangan biarkan dia lolos!"
Angel berusaha untuk melanjutkan langkahnya. Hanya saja, angin tiba-tiba berembus menerbangkan helaian rambut panjangnya. Lagi-lagi suara bisikan gaib terdengar di telinganya. Sampai membuat bulu kuduk Angel merinding. "Mati."
"Aku tidak mau mati!" tekad Angel.
•••
Manis Daging: ❝Orang yang biasa dituduh melakukan salah satu kejahatan, padahal dia tidak bersalah.❞
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan]
RomanceDia bukan malaikat penyelamat, tapi iblis jahat yang membuatmu tersesat. •••