Tepat ketika genggaman tangan Angel pada tangan Ucup mengerat, tiba-tiba Angel berteriak kencang. Dia mendengar suara aneh, di antara heningnya malam. Jelas saja, Ucup ikut tersentak kaget. Pria itu melirik ke kanan dan ke kiri, sebelum menyadari asal suaranya berasal.
"Angel jangan takut. Itu suara nada dering dari ponselku. Ada yang baru saja meneleponku," ungkap Ucup kemudian mengambil ponsel di dalam saku celananya.
Angel mengeluarkan napas panjang. Keringat kecil sudah membasahi keningnya. Lalu dengan mudahnya, Ucup mengatakan jika suara burung hantu---disatukan suara tangisan itu--- adalah nada dering ponselnya. Angel mengusap dadanya beberapa kali, bibirnya tak tahan untuk menggerutu, "Nada dering macam apa itu? Apa kau ingin membuat orang di sekitarmu jantungan?"
Ucup tertawa kecil mendengar gerutuan Angel. Sebelum dia mengangkat telepon, pria itu sempat mencubit pipinya sendiri. Kemudian menjelaskan, "Aku sudah meminta maaf, bukan? Kau memang benar, suara tangisan putraku memang menyeramkan. Oleh karena itu, anak itu menjadikannya sebagai nada dering ponsel. Supaya aku bisa segera mengangkatnya, jika dia menelepon."
"Putra?" Angel terdiam mencerna apa yang baru saja dikatakan Ucup. Keningnya semakin mengernyit, saat Ucup mulai berbicara dalam panggilan telepon. Pria itu berulang kali meminta maaf, sembari memukul pelan kepalanya sendiri.
"Maafkan Papa. Papa belum bisa pulang sekarang. Banyak sekali pekerjaan yang harus Papa lakukan."
"Jika pekerjaan Papa sudah selesai, Papa janji akan memberikanmu banyak mainan robot terbaru. Kau menyukainya, bukan?"
"Tunggu Papa pulang."
Suara Ucup yang melembut, disertai tawaan kecilnya malah membuat Angel terluka. Entah kenapa, Angel kecewa mendengar kenyataan bahwa Ucup sudah berkeluarga. Padahal dulu, dia selalu ingin Ucup menjauh dan melupakan perasaannya. Sekarang, semuanya malah berbalik menyerangnya.
Setelah menelepon, Ucup tak henti-hentinya menunjukkan kedua lesung pipi di wajah. Meskipun dinginnya angin menyentuh tubuh. Namun, Ucup masih tetap tersenyum, tanpa rasa takut sedikit pun. Dia kemudian melirik ke arah Angel, yang terdiam tanpa berkedip.
"Omong-omong, kau ternyata masih pemarah seperti dulu. Aku benar-benar minta maaf. Nada deringku dipasang oleh anakku sendiri. Dia sangat nakal dan cengeng," ungkap Ucup.
Dari mata dan senyuman Ucup, Angel bisa melihat kasih sayang sebagai seorang Ayah. Sebisa mungkin, Angel tetap tenang. Kemudian ikut tersenyum. "Nakal dan cengeng, persis sepertimu dulu," ungkap Angel.
"Anakku baru berusia enam tahun, tapi kenakalannya terkadang sulit aku kendalikan. Jadi mohon dimaklumi," jelas Ucup.
Akhirnya Angel menganggukkan kepala. Dia kembali melanjutkan perjalanan, meskipun kabut tebal mulai mengganggu penglihatan mata. Mereka menelusuri jalan berbatu, dengan pencahayaan yang minim. Bulan dan bintang menjadi saksi, perjuangan Angel dan Ucup menemukan rumah sang Nenek.
Ketika Ucup dan Angel melangkahkan kaki semakin dalam ke desa. Ucup berdecak beberapa kali. Dia mengernyitkan kening, sembari mengungkap, "Sinyal di daerah sini sangat jelek. Aku tak yakin, bisa bertahan di saat aku membutuhkan internet untuk melihat alat-alat baru."
"Maklum saja, warga desa sini tidak terlalu mempedulikan internet. Mereka tak peduli mau sinyalnya jelek ataupun bagus," kata Angel.
Langkah keduanya terhenti, ketika seseorang menepuk punggung mereka dari belakang. Spontan, Angel merasakan bulu kuduknya merinding. Sementara Ucup langsung menghempaskan tangan orang itu sekuat tenaga. Ucup sudah bersiap-siap memukul. Namun, niatnya tak terlaksana, setelah melihat siapa yang dia pukul.
"Astaga, pria zaman sekarang. Tidak punya sopan santun. Bagaimana bisa kau berniat memukul seorang nenek tua?" protes Nenek yang baru saja menepuk baju Ucup.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan]
RomanceDia bukan malaikat penyelamat, tapi iblis jahat yang membuatmu tersesat. •••