⚜09. Malu Tercoreng Di Kening

517 75 22
                                    

"Aku tidak mau mati!" tekad Angel.

Mau bagaimana pun Angel menghindari takdirnya. Pada akhirnya Angel harus mengalami guratan takdir. Para warga desa berhasil menangkap Angel, sekaligus menyeret tubuh Angel untuk pergi ke tempat yang sudah disiapkan. Tak ada satu pun dari warga desa, yang mendengar permintaan Angel. Meskipun Angel sudah berteriak-teriak meminta dilepaskan, sampai tenggorakannya terasa sakit.

"Aku bukan penjahat! Kalian salah menilaiku! Berita itu palsu! Aku tak mungkin melenyapkan anakku sendiri!" peringat Angel.

"Kenapa kalian bisa berpikir seperti itu? Aku seorang manusia. Aku tak ingin anakku pergi begitu saja. Tapi takdir tak memihakku!"

"Aku mohon, dengarkan permintaanku!"

Angel memberontak. Namun, para warga desa langsung mengikatkan tali, sampai pergelangan tangan Angel memerah dan lecet. Angel merasakan perih di bagian sana. Sekeras apa pun Angel berusaha, pada akhirnya dia hanya akan merasakan rasa sakit saja. Apalagi ketika salah satu warga desa menusuk kakinya dengan sebuah jarum panjang. Hanya dalam hitungan detik saja, tubuh Angel merosot jatuh ke bawah.

"Wanita si*lan dan tak tahu diri! Sudah jelas bersalah, tapi minta untuk dibebaskan!"

"Kau penjahat yang bersembunyi di desa kami!"

"Kami tak akan membiarkan kau hidup tenang begitu saja! Lebih baik kau dimanfaatkan untuk dijadikan tumbal, kepada Malaikat Maut yang Agung!"

"Kau tak pantas hidup!"

Rasa sakit menjalar sampai ke tulang. Angel kesulitan mengeluarkan suara sedikit pun. Air matanya mengalir hingga ke dagu. Begitu juga dengan darah yang muncul dari tusukan jarum. Walaupun rasa perih mengenai kakinya, tapi rasa malu dan marah Angel lebih besar. Harga diri Angel jatuh, ke bagian paling bawah. Dia tidak pernah mengira, seorang wanita elit sepertinya terjebak dalam situasi seperti ini.

"Kalian salah paham!" elak Angel.

Ketika Angel bersuara, seorang pria sudah lebih dulu menjambak rambutnya. Angel menengadah, merasakan tarikan yang sangat kuat. Pria itu memberitahu, "Jangan banyak omong! Lalu akui semua kejahatanmu, supaya kau masih mempunyai kesempatan untuk selamat di akhirat nanti."

"Tapi aku bukan pelakunya!" teriak Angel.

Karena Angel terus bersuara, warga mengambil sebuah kain. Kain itu dililitkan pada mulut Angel, sampai Angel kesulitan untuk membuka suaranya. Kini, Angel tak bisa mengucapkan satu kata pun. Termasuk suara teriakannya sendiri.

•••

Malam hari, bulan bersinar terang dengan seorang wanita yang diikat di tengah desa. Wanita itu berada tepat di depan sebuah api unggun besar. Bola matanya menatap kosong ke depan. Dia tidak mampu mengeluarkan setetes air mata pun, setelah air matanya surut dari waktu ke waktu. Bahkan, dia juga tak bisa berbicara karena kain itu masih melilit mulutnya.

Panasnya api menghangat tubuh Angel yang dipeluk dinginnya angin. Pandangan Angel tertuju pada api itu. Mungkin awalnya api itu membantu Angel menghangat diri. Namun, ternyata, Angel bisa menebak, jika warga desa pasti akan membakarnya ke api itu.

"Api itu seperti Ucup. Dia datang seperti akan menolongku. Lalu diakhir, dia menusukku dari belakang, " gumam Angel.

Air mata sudah mengering di pipi, menyisakan bekas alirannya saja. Walaupun Angel berharap ini adalah mimpi, tapi Angel tetap tak bisa lari dari kenyataan. Dia tahu, jantungnya berdetak sangat kencang karena takut. Namun, Angel tak bergerak sedikit pun. Jika ini akhir hidupnya, yang bisa Angel lakukan hanyalah menerima takdirnya.

"Ibu, aku harus pergi. Maaf tidak berpamitan dulu padamu," gumam Angel.

Angel menutup kelopak matanya. Selama ini dia hidup lama bersama ibu tanpa sosok Ayah. Meskipun Angel sudah membaktikan diri, dan bekerja supaya bisa membantu sang ibu. Namun, tetap saja. Angel merasa ada yang kurang dengan baktinya kepada sang ibu. "Aku belum sempat membahagiakan Ibu. Maaf."

MALAIKAT BERNODA [✓][CheolHan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang