Bismillah
Hari ini Hafshah dan Rufaida bagaikan cerminan anak kecil. Mereka berlarian dari satu tempat ke tempat yang lain, tertawa ketika melihat hal-hal lucu di sekitar tempat yang mereka lewati.
Langkah keduanya tertahan, ketika suara azan Zuhur berkumandang. Hafshah duduk di bangku yang berada tepat di depan masjid, membuat Rufaida mengikuti. Mereka diam untuk sejenak, menikmati indahnya lantunan azan yang mengajak para muslimin dan muslimat untuk melaksanakan salat.
Rufaida dapat melihat, banyak santri dengan mukena dan sajadah di tangan mereka, berjalan memasuki masjid dengan riang gembira. Hal itu membuat Rufaida tanpa sadar menyinggung senyuman.
Setelah azan selesai dikumandangkan, Rufaida kembali menghadapkan wajahnya pada Hafshah. Sedang Hafshah saat ini tengah berdoa sesudah azan.
"Kamu berdoa?" Rufaida bertanya.
Hafshah mengangguk sebagai jawaban. "Iya, doa sesudah azan. Mau tahu bagaimana bacaannya?"
"Mau." Rufaida mengangguk antusias. Mungkin, salah satu hal yang tak hilang darinya saat ini adalah rasa ingin tahu dan belajar akan hal baru. Baik Rufaida atau Riley, mereka sama-sama menyukai hal baru untuk dipelajari.
"Dengarin, ya! Bismillahirrahmanirrahim Allaahumma robba haadzihid da'watit taammah, washsholaatil qoo-imah, aati muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wasysyarofa, wad darajatal, 'aaliyatar rofii'ah, wab'atshu maqoomam mahmuudanil ladzii wa'adtah, innaka laa tukhliful mii'aadz. Aamiin." Hafshah membaca doa yang tadinya ia baca dengan lirih.
"Artinya?"
"Artinya adalah, Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna dan salat yang ditegakkan ini, berikanlah dengan limpah karunia-Mu kepada Nabi Muhammad kedudukandan keutamaan-paling tinggi-dan limpahkanlah kepadanya tempat yang terpuji yang telah engkau janjikan. Begitu," jelas Hafshah.
Rufaida kembali menatap ke arah pintu masjid. Ia tersenyum tipis menyaksikan interaksi antarsantri yang terlihat akrab. Mereka pasti seperti saudara, setiap hari bertatap muka, bercengkerama, serta membagi suka dan duka. Ingin rasanya Rufaida merasakan apa yang mereka rasakan, dikelilingi teman-teman yang bisa membuat senyum merekah.
"Kali ini mereka salat apa?" tanya Rufaida, ketika iqamat dikumandangkan.
"Mereka salat zuhur kali ini. Salat wajib dilakukan lima waktu setiap hari. Subuh ketika fajar, zuhur ketika siang, asar ketika sore, magrib ketika matahari mulai terbenam, lalu isya di malam hari sekitar pukul tujuh," jelas Hafshah.
Rufaida memganggukkan kepalanya. Entah mengapa, hatinya tiba-tiba ingin mengingat, ia juga ingin ingatannya kembali pulih. Akan tetapi, setiap ia ingin mengembalikan ingatannya, kepalanya selalu saja nyeri.
"Salat zuhur, Dam. Ya kali, kamu yang masih bolong-bolong."
"Enak aja, kamu kali."
Rufaida memejamkan matanya. Benar saja, rasa sakit di kepalanya menyerang seketika, saat dia mencoba mengingat apa yang ia lupakan. Tubuhnya hampir tumbang. Sekali lagi, Hafshah yang menahannya.
"Kamu sakit?" tanya Hafshah terdengar khawatir. Lagi-lagi Rufaida menggeleng, mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEACH [Sudah Terbit]
Spiritual[Spiritual-Romance] [SUDAH TERBIT] -Sebagian part sudah dihapus.- Bunga tulip bewarna peach pernah memberi kenangan indah bagi seorang gadis bernama Riley Arabelle Efigenia. Bunga tulip bewarna peach juga menjadi bunga favorit bagi gadis bermata cok...