17: Luka Kecil dari Duri Bunga Mawar

41 17 12
                                    

Bismillah

Siang ini Hirana kembali mendatangi kediaman keluarga Alsheiraz. Hirana harap, Saddam masih berada di rumahnya. Hirana meminta izin untuk cuti dari kantor dengan alasan kepentingan keluarga. Hirana juga tak peduli bila harus dipecat, ia sudah punya perusahaan yang pasti siap menerimanya.

Hampir saja sampai di gerbang, Hirana dapat melihat mobil Saddam yang muncul keluar. Dengan segera Hirana keluar dari mobil dan berlari menuju depan mobil Saddam, berdiri dengan merentangkan kedua tangannya. Hirana berusaha mencegah Saddam kembali melajukan mobilnya.

Dapat Hirana dengar, suara klakson mobil Saddam beberapa kali dibunyikan. Tentu saja, hal itu Saddam lakukan supaya Hirana mau berlalu dari hadapannya.

"Turun, Dam!" perintah Hirana.

Tak menjawab, Saddam malah kembali membunyikan klakson mobilnya.

Hirana menggeleng beberapa kali. "Aku enggak mau minggir, Dam. Kamu keluar dari mobil atau tabrak aku saja enggak apa."

Di dalam mobil, Saddam menghela napas lelah. Sudah lelah dengan keadaan yang ia terima, kini ia malah berhadapan dengan Hirana. Dengan terpaksa, Saddam keluar dari mobil dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Dam, aku ingin minta maaf," ungkap Hirana.

Saddam mengangguk pelan. "Iya, dimaafkan. Sekarang minggir!"

Hirana menggeleng kembali. "Aku mohon kita bicara baik-baik hari ini, Dam. Aku pengen ngomong sesuatu," tuturnya.

"Kalau tujuan kamu adalah untuk menggantikan posisi Riley. Maaf, aku enggak bisa." Saddam berbalik badan, masuk ke dalam mobil dan segera menghidupkan mesinnya.

Dengan amat terpaksa, Hirana menggeser posisinya dari hadapan mobil Saddam yang kini sudah melintas. Sepertinya memang benar, posisi Riley di hati Saddam, memang tak dapat digantikan.

✿•✿•✿

Manaf meletakkan sepiring singkong keju di atas meja ruang keamanan Pesantren Ar-Rahman. Lelaki itu terseyum tipis menatap satu per satu manusia lain yang berada di ruangan itu.

"Ini sebagai salam perpisahan. Aku sudah turun jabatan. Jadi, ini kenang-kenangan buat kalian. Sebentar lagi kalau mau singkong keju kalian harus buat sendiri, koki andal di sini bakal balik ke habitat asalnya," tutur Manaf panjang lebar.

Zakaria namanya, dulunya menjabat sebagai wakil ketua keamanan, kini telah naik jabatan menjadi ketua keamanan. Lelaki itu berdiri, menghampiri piring singkong keju yang berada di hadapan Manaf.

"Terima kasih. Tapi kalau boleh jujur, nih, Gus. Sebenarnya kami bosen dengan hidangan yang Gus Manaf sajikan di ruangan ini," ujar Zakaria dengan wajah serius.

Ucapan Zakaria disetujui oleh tiga orang lain yang berada di ruangan tersebut.

"Ya ... bagaimana lagi. Disyukuri saja yang ada, Zak. Lagian kalian makan pagi, siang, malam juga rutin pakai nasi. Mau makan lainnya juga bisa ke kantin atau jalan keluar pesantren dikit. Aku punyanya cuma singkong, bisanya cuma bikin singkong keju, jadi mau bagaimana lagi? Mau pesan lewat online? Pesan sendiri sana," balas Manaf.

Zakaria, Ghana, Jefri, dan Haykal tertawa mendengar penuturan Manaf. Mantan ketua keamanan ini memang tidak pernah mengecewakan ucapannya. Pasti Manaf akan sangat dirindukan oleh para anggota keamanan lainnya.

"Sudah, Zak. Lebih baik kita makan apa adanya yang Gus Manaf berikan. Besok kita bisa makan enak tanpa dia," celetuk Haykal sembari menyomot singkong keju dari piring.

PEACH [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang