N-35. His treatment

15K 1.5K 377
                                    

Kedua tangan Niel memegang pipiku hingga aku mendongak, mata kami saling tatap. Aku tidak berusaha menghindar saat dia kian mendekatkan wajahnya. Bahkan setelah mengecup bibirku, dia masih menunggu aku mengelak. Namun, aku tidak pernah melakukannya.

Senyum kemenangan Niel tersungging sebelum benar-benar melumat bibirku. Jantungku berpacu saat dia mengisap bibir bawahku dan aku samasekali tidak membalas meski rasanya menyenangkan.

Aku tertunduk malu saat pagutan kami berakhir. Rasanya canggung melakukannya bersama Niel. Aku merasakan aura yang kuat darinya, menarikku kian jauh ke dalam pusaran nikmat yang dia tawarkan. Otakku masih berusaha berpikir logis, kenapa aku terbawa arus suasana yang diciptakan Niel? Sejak dia mengatakan ingin tidur denganku, dopaminku naik.

Ini aneh. Saat bersama Yudhis, aku masih bisa mengendalikan diri walaupun kami sering make out. Kemudian Aksa mengaktifkan semua syaraf seksualku, membuatku cepat terangsang dengan sentuhan kecil. Sejak saat itu, adakalanya aku begitu ingin disentuh, sama seperti sekarang. Aku menginginkannya. Walaupun Niel masih terlalu asing dan tubuhku belum bisa beradaptasi sepenuhnya, tapi di bawah sana semakin minta dijamah. Mungkin aku harus mengutuk kedua orang yang mengenalkanku pada seks pra menikah agar bisa menenangkan hasratku.

Sayangnya Niel tidak memberiku waktu mengatasi kecanggunganku. Tepat setelah dia menarikku ke kamar kemudian menghempaskanku di kasur, bibirnya kembali menyerangku lebih brutal. Dia pro. Aku lengah dengan permainan bibirnya hingga lupa ada jemari yang telah menyusup dan menari-nari di celanaku.

Dengan penerangan seadanya, aku tidak bisa menutupi rasa gugupku. Mana Niel selalu menatapku. Jika pandangan kami bertemu, dia akan tersenyum. Kenapa sih dia tiba-tiba murah senyum begini? Itu membuatku tambah canggung dan was-was. Apa dia hanya mempermainkanku?

Semakin jemari Niel bekerja, semakin jauh aku melayang. Akalku tertutup gairah. Bibirnya yang sesekali menutupi bibirku, jemarinya yang kian aktif, dan nafasnya yang  makin berderu mengantarku ke pusaran geli nikmat hingga tanpa sadar tanganku melingkar di lehernya. Aku membalas lumatannya.

Niel melepas bawahanku. Tangannya kemudian mengelus lembut area yang baru pertama kali disentuhnya. Jari Niel tidak memasuki apapun, hanya berputar atau bergerak lurus di tengah melalui jalur permukaan yang tepat sasaran. Titik yang membuat aku tidak berkutik tapi semakin basah. Apa dia sering mempraktekkan teknik ini hingga dia tidak terburu-buru? Rasanya tidak adil. Aku begitu gugup sedangkan dia tenang-tenang saja.

Setelah menarik kaos oblongnya, dia merogoh saku belakang. Bungkusan plastik kecil itu dia buka dengan giginya. Wait, dia punya persiapan? Sesuatu yang tidak pernah kulihat tapi tahu fungsinya. Belum ada yang pernah menggunakan itu saat tidur denganku jadi aku penasaran bagaimana memasangnya.

Aku tertangkap basah mengamati Niel hingga wajahku tersipu, aku segera mengambil bantal menutup kepalaku. Tawa kecil Niel membuatku mengumpat dalam hati. Ini memalukan.

Karena tidak sanggup menatap wajah Niel lagi, aku berubah posisi jadi tengkurap. Dia malah meremas dan menepuk bokongku beberapa kali. Aku menahan napas ketika dia mulai menyusup masuk. Niel pun mencium punggungku setelah berhasil menyatukan diri.

Perlahan dia mengubah posisi kami jadi miring dengan aku yang membelakanginya. Sebelah kakiku diangkat bertumpu pada pahanya yang berarti area yang dimasukinya kian terbuka. Saat itu, aku mulai menyadari gerakan lembutnya. Maju, mundur. Pelan..., pelan..., keluar, masuk. Rasa geli-geli yang muncul itu nikmat. Terbukti tubuhku bereaksi dengan pelicin yang membuatnya semakin mulus bergerak.

Hujan semakin deras, sedangkan Niel makin keras. Tangannya yang bersembunyi di balik kaosku menekan dadaku sebagai pegangan agar bisa semakin cepat. Benar kata Niel, tubuh kami tetap hangat walau tanpa selimut. Kobaran hasrat dalam tubuh kami kian membara. Aku bahkan tidak perduli jika Niel mendengar desahan dan lenguhan yang jadi satu karena gairah nikmat yang dihasilkan di bawah sana mengalir ke seluruh tubuhku.

I'm HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang