N-13. His wife

27.4K 1.6K 203
                                    

Welehhh..., updet.y lelet yah.
Sekali sebulan.😅😂

Yang nungguin pasti vote n comment.😁
Ngarep!🙈🤭

🙂🙃🙂

Kami dibangunkan deritan ponsel Aksa di atas nakas. Aku tidak tahu kapan tertidur, yang kuingat masih sesenggukan dalam pelukan Aksa setelah dia mendapatkan pelepasannya. Dia bahkan tidak berusaha menenangkanku, hanya usapan halus di rambutku hingga dia mendengkur halus.

"Halo." Aku hanya mendengar suaranya, terlalu muak melihat sosoknya. "Maaf, semalam tidak pulang."

Maaf? Dari sekian perbuatannya tidak pernah ada permintaan maaf padaku.

"Baiklah. Kita akan berangkat bersama, pulangnya kamu diantar Niel. Jam tujuh ketemu di rumah saja, sekalian melihat progres renovasi yang dilakukan Rans."

Hening. Aku masih pura-pura tidur.

"Niel, saya membutuhkannya sekarang," perintah Aksa lewat telepon.

Kembali hening. Pergerakan di tempat tidur menandakan Aksa tidak di sampingku lagi. Beberapa menit kemudian aku sedikit penasaran apa yang dilakukannya. Aku membuka sebelah mata namun dia tidak kelihatan di tempat yang bisa dijangkau penglihatanku.

Bel di unit Yudhis membuatku kaget, apa dia tiba-tiba datang? Aku mendadak panik tapi tidak berani bergerak. Di samping masih ada ngilu di bawah sana, aku juga tidak tahu harus bagaimana di depan Aksa.

Beberapa saat jantungku bergemuruh, bayang-bayang Yudhis melihatku setengah telanjang di unitnya bersama pria lain menghantuiku. Aku menelungkup menyembunyikan wajahku di bawah bantal takut Yudhis benar-benar muncul.

"Berhentilah bertingkah kekanakan." Aku benci pemilik suara itu tapi mendengarnya membuatku lega. Yudhis tidak di sini.

Aku menyingkirkan bantal lalu beringsut menjauh dari Aksa yang duduk di sampingku. Mataku berkaca-kaca menatapnya nyalang, aku tidak mau menangis lagi di depannya.

"Pergi!" hardikku melarangnya mendekat.

Tanpa peduli ucapanku, Aksa meraih tanganku. "Aku lepas kontrol, mungkin kamu membutuhkannya."

Aku?! Oh, akhirnya dia mengatakan aku tanpa kupinta. Tunggu! Apa yang ada di genggamanku? Pelan kubuka telapak tanganku dan refleks aku melemparkannya ke lantai.

"Tidak mau! Aku tidak butuh! Pergi!" teriakku emosi. Wajahku kutelungkupkan di balik lutut yang tertekuk, aku sedang berjuang menahan derai yang memanas di pipiku.

Helaan napas berat Aksa jelas terdengar. Dia menjauh dari sisi tempat tidur sebentar lalu kembali duduk di dekatku.

"Kutinggalkan di atas nakas, terserah mau meminumnya atau tidak. Jika tidak, itu akan lebih baik."

Aku mengangkat kepalaku mendengar pernyataannya, kutatap mata Aksa lamat-lamat. Apa dia sengaja melakukannya?

"Istriku sedang promil. Jika Naya mengandung anakku, aku tidak perlu lagi menjalani rutinitas itu."

What the hell ya!

"Kamu sudah mendapatkan yang kamu mau, enyahlah selamanya!"

"Istirahatlah. Aku akan kembali jika Naya sudah bisa berpikir jernih," ujarnya sambil mengacak rambutku yang segera kutepis kasar.

"Pergi, jangan kembali lagi!" teriakku sambil melemparinya bantal.

Aksa samasekali tidak menghindar, dia malah tersenyum geli melihat tingkahku sambil memungut bantal yang berserakan di lantai. Aku tidak tahu situasi macam apa ini,  yang jelas dia lebih santai daripada aku yang tegang ingin mencekik lehernya jika saja membunuh itu legal.

I'm HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang