N-20. Thinking about Him

17.8K 1.4K 107
                                    

Updet tengah malam, guys.😄

VoMen, ya.

🙂🙂🙂

"Semalam kamu ngapain aja?" Pertanyaan Pipit membuyarkan lamunanku. "Bola matamu nyaris jatuh dan kamu kadang senyum sendiri." Dia menatapku penasaran.

Apa yang aku lakukan semalam? Akan kubuat kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan Pipit.

Aku dijemput Aksa, makan malam sama-sama kemudian ke apartemen. Di sana tidak perlu dijelaskan apa yang terjadi, Aksa mengantarku pulang setelahnya. Di jalan aku malah ngambek ala a-be-ge dan kena sedikit masalah. Aku tidak jadi pulang ke rumah tapi malah balik lagi ke apartemen Aksa. Aku tidak tahu apa aku tidur dua apa tiga jam, yang pastinya aku masih ingat apa yang kami lakukan setelah terbangun.

"Begadang," jawabku singkat.

"Nonton drakor lagi?" Aku mengangguk, membiarkan Pipit dengan pikirannya. "Sudah nonton doi, gak? Keren! Baru sampai episode 4, sih. Aku kembali bucin oppa setelah beliau balik wamil."

"Belum nonton episode minggu ini," balasku sekenanya. Aku tahu drama Korea yang dia maksud masih ongoing karena Pipit sudah heboh 2 minggu sebelum drakor itu tayang.

"Doi ngajakin Jung Tae Eul ke dunianya. Shock dong ketemu Young yang beda banget sama Eun Seob. Sayangnya langsung bersambung ke episode selanjutnya. Penasaran banget...."Banyak yang diucapkan Pipit, tapi aku malah teringat Aksa.

Pria itu membawaku ke dunianya yang penuh gairah. Seperti yang terjadi tadi pagi, aku tidak menyangka Aksa bisa menyelesaikannya kurang dari lima menit. Pastinya dengan gempuran yang maha dahsyat membuatku nyaris tak bisa bergerak setelahnya dan dia roboh di atas dadaku yang berdetak tidak karuan.

'Saya tidak pernah menganggap Naya murahan. Rasa seperti ini hanya saya dapatkan dari Naya,' bisiknya masih tersengal-sengal.

Bagaimanapun orang memaknai ucapannya itu, yang jelas itu membuatku senang. Aku mengesampingkan itu gombalan karena Aksa bukan tipe pembual. Tatapan mata dan usapan jarinya menghapus keringatku begitu meyakinkan. Ketika dia mengusap bibirku, dia tersenyum. Aku pun ikut tersenyum menenangkan sensasi panas yang mulai mereda.

Sayangnya seks seperti itu, indah dan nikmat saat melakukannya. Aku hampir lupa kalau yang mengisiku suami orang. Kami hanya sibuk mencapai kepuasan bersama tanpa peduli orang lain.

Aku harus segera mengambil keputusan posisi Aksa dalam hidupku maupun sebaliknya. Walaupun Aksa nampaknya hanya butuh seks dariku, tapi aku tidak. Aku perempuan dan tidak bisa hidup dalam ketidak pastian.

"Kamu melamun lagi?" Pipit menepuk bahuku.

"Mungkin karena mengantuk," balasku sambil menguap.

"Sudah move on dari Yudhis, ya?" Riswan tiba-tiba ikut bergabung di meja kasir. Dia mendekatkan barcode eskrim ke scanner lalu menempelkan uang dua puluh ribuan di jidatku. "Aku tahu yang menjemputmu setiap hari bukan Yudhis." Matanya mengarah keluar minimarket mencari mobil Aksa.

"Sah-sah aja," celetuk Pipit. "Yudhis juga gak ada kabar, kan?" Pertanyaan Pipit hanya kujawab dengan anggukan.

"Masalahnya yang ini mateng boo, selera eyke banget. Kenal di mana, sih?"

"Semua cowok kayaknya selera elo deh, Ris. Coba sekali-kali lo lirik cewek," saran Pipit.

"Ketemu di mana sih, Say? macho banget." Riswan tidak mengacuhkan Pipit.

"Jatuh dari langit." Kuambil telapak tangan Riswan lalu menutupnya dengan uang kembalian es krimnya. "Limited, Ris. Itu pun udah laku," tambahku mengabaikan ekspresi kagetnya yang dibuat berlebihan.

"Tertutup sudah kesempatanmu, kawan!" Pipit mengusap bahu Riswan.

"Terus lo ngapain kalau sudah laku?" Aku sontak mendapat tatapan tajam dari Pipit karena pertanyaan Riswan.

"Ris, sudah kamu cek baik-baik expired barang yang ada di rak sana? Aku dapat ini." Randi menunjukkan bungkus makanan ringan yang expired dua hari lalu.

"Belum." Riswan tetap menuntut jawaban dariku tanpa menoleh pada Randi didukung Pipit yang masih beradu pandang denganku.

"Kerja... kerja..., jangan ngobrol mulu!"

"Iya nih, dua orang ini dari tadi ngajakin ngobrol melulu," ujarku membenarkan Randi.

"Bukan ngobrol tapi investigasi," bela Pipit.

"Nanti saja di luar jam kerja." Randi ngotot membubarkan kami.

"Iya iya." Riswan mengalah. Dia mengarahkan telunjuk dan jari tengahnya dari mata ke arahku. Aku hanya menjulurkan lidah membalasnya.

"Move on-nya yang benar, ya, Nay." Pipit masih sempat memberiku nasehat ala kadarnya sebelum berbalik memeriksa daftar barang dari Randi.

Move on kali ini lebih berat. Dulu, aku dengan mudah mengabaikan Yudhis lalu fokus dengan kuliahku. Sekarang, aku diuji dengan keberadaan Aksa. Pria itu yang menyebabkan hubunganku dan Yudhis renggang, seharusnya aku tidak terjebak dengannya.

Apa sebaiknya aku kembali pada Yudhis? Ke mana sih dia? Bagaimana bisa aku kembali jika aku yang ditinggalkan?! Miris memang, tapi masih ada ruang dalam hatiku yang dimiliki Yudhis dan aku pura-pura tidak mengacuhkannya. Jika terus begini, ruang itu bisa saja diisi Aksa.

"Ada tambahan lain? Mau isi pulsa sekalian?" Pertanyaan itu spontan keluar ketika ada orang yang meletakkan barang di meja kasir.

Karena sudah jadi kebiasaan, aku akan langsung melihat sekilas pada pelanggan dengan senyuman lalu menawarkan pulsa atau barang promo lain. Tanganku langsung cekatan melakukan scanning barang hingga ucapan pelanggan itu membuatku berhenti sejenak.

"Nay-la San-ja-ya." Terdengar mengeja hingga aku mengangkat kepalaku menatapnya. Cantik. Rambutnya tergerai panjang dan semua helainya disampirkan ke bahu kanan. Seandainya tadi aku melihat lebih jelas saat menyapa, aku bisa menutupi ekspresi di wajahku sekarang. "Nama kita hampir sama," lanjutnya dengan senyum tidak percaya.

Refleks tanganku membalik ID nama yang melingkar di leherku lalu ikut tersenyum kaku. "Nama Nayla memang cukup populer," ujarku. Aku memasukkan ke dalam kantong plastik item yang dibelinya.

"Kamu tidak tanya namaku?" Aku mengabaikannya dan pura-pura sibuk. Toh dia tadi sudah bilang nama kami mirip. "Atau, kamu sudah tahu nama lengkapku?" tanyanya lagi, kali ini sedikit ada cibiran pada suaranya.

Nayla Wijaya. Yah, nama itu pernah membuatku shock dan kurasa, kini dia yang mengalami hal serupa.

***** 30/04/2020 *****

I'm HisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang