Mereka sampai di kantor kurir. Mereka melakukan negosiasi pada kurir yang akan mengantarkan barang milik Thomas ke Ankara. Tidak! Bukan masalah harga, tapi masalah keamanan. Padahal kedua kurir itu sudah menjanjikan keamanan sebisa mereka dan mereka bahkan mengatakan kalau mereka menyimpan senjata tajam bersama mereka tiap melakukan pengiriman.
Anthea menghela nafasnya dan menarik Thomas untuk berbicara pelan-pelan. Dia mengatakan untuk tidak berbuat yang berlebihan, mereka tidak pernah tau siapakah pengunjung kantor kurir yang asli atau hanya mata-mata saja.
Ayolah! Semua Tabib di Atlanta tau bahwa alat terapi buatan Thomas itu sangat mujarab. Sayangnya dulu, sebelum alat itu ada, ide Thomas diremehkan. Kalian pasti tau kan? Tabib muda dan Tabib tua pasti memiliki banyak perselisihan, apalagi ditahun-tahun ini.
Thomas segera menyadari kebodohannya dan mengatakan sekali lagi pada si kurir bahwa dia bersedia membayar dua kali lipat, kalau mereka berdua, kurir-kurir itu mampu mengantar dan membawa kembali barang bawaannya itu. Iya, pada tahun ini, kurir tidak hanya bertugas untuk mengantar saja, tapi juga bisa diminta untuk mengembalikan apa yang mereka antar.
"Kami akan menjaganya baik-baik bahkan kalau kami harus kehilangan nyawa kami" ucap salah satu kurir di usia tengahnya, sekitar empat puluhan
"Aku memegang kalimatmu" ucap Thomas benar-benar terdengar seperti pendikte sejati
*_*
Anthea dan Bibinya sedang menikmati makan malam mereka, saat Thomas kembali datang dan mengganggu mereka berdua. Bibi Anthea hanya memasang senyumnya, daripada berpikir Thomas suka mengganggunya keponakannya, dia lebih suka berpikir bahwa Thomas sedang berusaha mendekati Anthea sebagai seorang pria yang menginginkan wanitanya.
"Oh Thomas! Kesini, makanlah bersama kami" ucap si Bibi
"Aihh aku tidak habis pikir denganmu" olok Anthea dalam hatinya
"Oh Iya Bibi, terima kasih" ucap Thomas mengambil duduk di sebelah Anthea
"Ada apa Thomas?" tanya Anthea
"Euhmm, sebenarnya,,, Bibi bolehkah aku mengajak Anthea pergi?" tanya Thomas langsung pada Bibi Anthea
"Oh ya, tentu saja. Pergilah Anthea. Hentikan makanmu!" titah sang Bibi sambil menyambar pirin Anthea
"Tapi, aku belum selesai makan Bi" ucap Anthea
"Dia akan mengajakmu makan bodoh!" bisik Bibi Anthea
"Pergilah, hati hati. Jangan melakukan hal konyol ya" ucap Bibi Anthea tersenyum
Anthea mendengkus kesal. Dia baru saja menyuapkan tiga sendok nasi kemulutnya dan demi apapun si Tabib itu datang. Anthea mendengkus kesal dan memakai jubahnya, walau tak terlalu dingin di Amasha. Bibinya tetap ingin agar Anthea memakai mantelnya.
Anthea sudah duduk manis di belakang Thomas yang tengah mengendari kudanya. Ya, di tahun ini, Kuda adalah alat transportasi yang paling umum yang bisa kalian jumpai. Thomas membawa Anthea ke central park dan mengungkapkan keluh kesahnya.
Bibi Anthea benar-benar salah dengan berharap bahwa Thomas akan mengencani Anthea. Padahal itu tidak akan mungkin terjadi, tak peduli berapa banyak warga Amasha yang mendukungnya, gadis impian Thomas itu adalah wanita yang berpendidikkan tinggi yang berasal dari negeri barat.
"Anthea, aku benar-benar tidak bisa tenang. Aku ingin ke Ankara, memastikan bahwa alat itu aman. Kau tau kan betapa pentingnya alat itu untukku?" ucap Thomas
"Lalu kau ingin apa Thomas?" tanya Anthea
"Ayo kita ikuti mereka, aku baru saja melihat mereka berangkat sore ini. Mereka pasti belum jauh. Aku mohon Anthea" ucap Thomas
***
Hi,Sama seperti tag-nya.Ini adalah kisah yang ditulis berdasarkan mimpi Author pasca Author nonton The Fate Of Winx Saga series di Netflix.
Author sering banget mimpi ya? Iya, hampir tiap hari mimpi. Jadi alam bawah sadar Author selalu On. Makanya agar tidak overload, munculah cerita ini di Wattpad.
Kalau kalian nemu book ini, aku mau berterimakasih banget ke kalian. Apalagi yang sudah baik hati mau membaca dan menekan tombol bintang kecil *
Sayang readers banyak-banyak :*
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM | Twins Brother Of Atlanta✔️
AdventureThomas dan Newt adalah saudara kembar yang terpisah selama dua puluh lima tahun. Namun keduanya ternyata memiliki kehidupan yang hampir serupa. Keduanya sama-sama menjadi tabib yang terkenal pada era victorian. Lalu apa sebenarnya alasan Thomas dan...