"Thomas, ku rasa ada orang lain selain kita disini." ucap Anthea setelah memastikan sesuatu di belakang mereka dengan cahaya lain di tangan kirinya
"Apa? Siapa mereka?" tanya Thomas
"Kau pikir aku tau?" ucap Anthea bingung
Thomas menoleh ke belakang dan menemukan dua lelaki memakai cadar menunggangi dua kuda yang berbeda. Dia berpikir mungkin itu penduduk Ankara yang baru saja dari ladang mereka. Namun, pakaiannya terlalu rapi untuk ukuran seorang petani yang bekerja di sore hari.
Anthea kembali mengarahkan cahaya ke arah dua penunggang kuda di belakang mereka, Thomas menghentikan kuda mereka dan fokus pada dua penunggang kuda itu. Tidak! Tidak ada yang bisa melihat cahaya yang Anthea buat. Hanya Anthea dan Thomas yang berada dalam gelembung cahaya itu yang menyadari cahaya Anthea.
Seperti yang selalu Bibi Anthea katakan 'You control the light, you control what people see'. Itu yang saat ini Anthea lakukan. Anthea berhenti dan sedikit gemetar saat kedua penunggang kuda itu melewati mereka.
Thomas sudah merasa ada yang tidak beres, kenapa kedua penunggang kuda itu terburu-buru dan lihat! Mereka membawa pedang.
"Mereka bandit Anthea" ucap Thomas kembali memacu kudanya, membuat Anthea hampir terjatuh
"Pelan pelan Thomas ya tuhan!" protes Anthea
"Maaf-maaf" ucap Thomas kembali memacu kudanya dengan normal
Saat kedua bandit itu hampir mendekati kurir yang membawa alat terapi Thomas, tiba-tiba saja salah satu dari kurir itu terjatuh dari kereta kuda. Hal itu membuat Anthea kaget dan segera mengarahkan cahayanya ke arah pepohonan. Dia yakin benar, dia melihat anak panah melesat dan menancap tepat di jantung salah satu kurir itu.
Anthea meminta Thomas untuk tidak gegabah dan menghentikan kuda mereka. Semacam untuk memastikan ulang apakah mereka orang jahat atau hanya polisi daerah Ankara.
Dua bandit itu mendatangi salah satu kurir yang tersisa, Anthea ingat benar, dia adalah kurir di usia empat puluhnya yang bersedia mati untuk melindungi alat terapi itu. Melihat itu Anthea meminta Thomas untuk memacu kudanya pelan-pelan.
"Oh, apakah kau baik baik saja?" tanya Salah satu bandit
"Temanku mati" ucap kurir itu
"Ah, biarkan aku bantu kamu membawa barang bawaanmu" ucap bandit yang tadi
"Temanku mati. Apa kau tidak dengar!" bentak kurir itu
"Ah, maksudku, ayo kuburkan dia disini dulu, lalu kami akan membantumu membawakannya" ucap bandit kedua
"tidak perlu, aku akan mengantar barangku dan kembali untuknya nanti" ucap si kurir itu mantap
Anthea menutup matanya, menahan tangis. Dia tak percaya bahwa bapak tua itu memang benar-benar mempertahankan janjinya. Bandit itu mulai geram sepertinya, tapi bandit kedua menahan tangan temannya untuk tidak gegabah. Kurir itu meminggirkan badan temannya dan membawanya kembali ke kereta kudanya. Dia pikir tidak apa menambah muatan, lagi pula alatnya tidak terlalu berat.
"Terima kasih" ucap si kurir
Kurir yang tersisa itu melanjutkan perjalanannya yang masih tersisa beberapa kilo meter lagi. Belum sampai satu kilo, bandit itu mencegatnya dan mulai menodongkan pedang yang bawa. Membuat kuda si kurir terkejut dan menjatuhkan mayat si kurir yang lainnya.
Thomas benar-benar sudah selesai dengan perintah menunggu dari Anthea. Dia segera turun dari kudanya dan bersiap melawan bandit itu. Tapi Anthea menggunakan kekuatannya untuk membuat bandit-bandit itu kehilangan visual asli posisi mereka.
"Oh! Tuan Thomas? Anda disini?" tanya si kurir heran
***Hi,Sama seperti tag-nya.
Ini adalah kisah yang ditulis berdasarkan mimpi Author pasca Author nonton The Fate Of Winx Saga series di Netflix.
Author sering banget mimpi ya? Iya, hampir tiap hari mimpi. Jadi alam bawah sadar Author selalu On. Makanya agar tidak overload, munculah cerita ini di Wattpad.
Kalau kalian nemu book ini, aku mau berterimakasih banget ke kalian. Apalagi yang sudah baik hati mau membaca dan menekan tombol bintang kecil *
Sayang readers banyak-banyak :*
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM | Twins Brother Of Atlanta✔️
AdventureThomas dan Newt adalah saudara kembar yang terpisah selama dua puluh lima tahun. Namun keduanya ternyata memiliki kehidupan yang hampir serupa. Keduanya sama-sama menjadi tabib yang terkenal pada era victorian. Lalu apa sebenarnya alasan Thomas dan...