5. Ankara

28 11 0
                                    

"Oh! Tuan Thomas? Anda disini?" tanya si kurir heran

"Iya, sudah ayo cepat. Naik lah! Aku yang bawa" ucap Thomas

"Anthea, kau baik-baik saja?" tanya Thomas

"..." Anthea tak menjawab dan hanya mengangguk

Entah apa yang ada dipikiran sang kurir, dia tiba-tiba membuka ceritanya seolah ini adalah malam terakhirnya dalam bertugas sebagai kurir yang baik. Jadi, Anthea memasang telinganya dengan baik.

Namanya Kurt, usianya 42, seperti dugaan Anthea. Dia adalah kurir pribadi keluarga Tabib Newt. Newt adalah orang yang membutuhkan alat terapi itu untuk penyakitnya. Kurt bilang, dia memang sengaja melamar pekerjaan di Amasha sebagai kurir makanan untuk memastikan dia bisa melakukan tugasnya dengan baik. Itu karena dia sangat menghargai dan menghormati ayah Newt.

Hal lainnya yang lebih mengejutkan adalah saat Kurt mengatakan bahwa Newt dan Thomas adalah saudara kembar. Thomas menolak percaya dengan hal itu, tapi hal itu bisa dilogikakan untuk Anthea. Mana mungkin Miriam akan membiarkan Thomas memberikan alat terapi yang sudah dia bangun selama tiga tahun terakhir untuk Tabib yang bahkan tidak pernah dikenal oleh Thomas sebelumnya.

"Tuan Thomas, adikmu sedang sekarat" ucap Kurt

"Aku tidak mengerti maksudmu. Apa kau juga kawanan bandit itu? Kau sengaja membunuh kurir muda itu supaya bisa membawa alatku kabur bersama dua bandit lainnya kan?" cerca Thomas

Itu terdengar realistik dan lebih logistik lagi. Tapi apa yang Miriam lakukan? Rasanya cerita dari Kurt terdengar lebih baik. Miriam bukan orang yang gila harta dan kekuasaan. Dia hanya gila hormat saja, dan membiarkan alat terapi yang menjadikannya kehormatan Amasha dicuri begitu saja? Sungguh bukan Miriam.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya tuan." ucap Kurt

"untuk apa aku rela mati untuk orang asing seperti Tuan Jor,-" ucap Kurt tak sampai

Sebuah panah menembus jantung Kurt dan membuatnya tewas seketika. Untungnya dia tidak terlempar dari kereta kuda ini.

"Tetap berkuda Thomas, mereka semakin dekat" titah Anthea

"Aku sungguh tidak mengerti siapa mereka?" tanya Thomas dalam frustasinya

"Lupakan siapa mereka, sebentar lagi kita akan sampai. Kita harus cepat" ucap Anthea

Thomas hanya mengangguk dan kembali memacu kudanya. Mereka hampir sampai di pos jaga desa Ankara. Tapi sebuah ledakan tiba-tiba saja terjadi dan merubuhkan separuh bagian dari pos itu, sehingga jalan Thomas tertutup dan kuda yang dia tunggangi terkejut.

Thomas, Anthea, kedua mayat kurir, dan alat terapi itu terjatuh kebelakang. Thomas segera memungut alat terapi yang dia miliki dan setelah itu membantu Anthea. Anthea menolak bantuan itu dan meminta Thomas untuk segera membawa alat terapi itu ke alamat yang dia tuju. Anthea akan mengurus sisa bandit ini.

Thomas setuju membawa alat terapi itu sendirian. Alat terapi itu memang besar, tapi itu bukan berati tidak bisa dibawa sendirian. Tentu saja, jika dibawa sendirian dengan kuda dan menuju desa sejauh tiga puluh kilo meter itu akan membutuhkan waktu yang lama. Oleh sebab itu, Thomas menyewa seorang kurir untuk mengantarnya.

Thomas berhasil melewati reruntuhan itu dengan benar, tapi tidak Anthea yang mempunyai gerak lambat. Dia hampir saja tertangkap oleh salah satu bandit yang mengejarnya, untung saja dia bisa menguasai cahaya, jadi dia berhasil bersembunyi dengan baik dan berjalan dengan pelan menuju desa.

Suara letusan itu tentu saja tidak pelan. Tepat saat Thomas berhasil menginjakkan kakinya di pos kedua desa, bandit itu sudah ditembak mati oleh tentara negara yang memang bertugas menjaga desa Ankara. Ya, pemerintah pusat, keluarga kerajaan menyiapkan tentara negara untuk berjaga disetiap perbatasan desa.

Anthea berhasil menyusul Thomas tanpa membawa bandit yang lainnya masuk. Tidak ada yang bisa menyalahi etika seorang Tabib. Tidak peduli siapapun, jika mereka melihat orang yang terluka mereka akan membantu menyelamatkannya. Maka Thomas juga begitu.

"Aku perlu alat-alat ku" ucap Thomas pada Anthea

"Kau pikir aku apa? Aku tidak bisa membawakannya untukmu! Coba cek, siapa yang mengirimnya?" Anthea lebih tertarik untuk mengetahui siapa bossnya

"Oh! Dia membawa pedang kerajaan. Dia pasti prajurit kerajaan. Tapi siapa yang memintanya menangkapmu tuan Thomas?" ucap tentara desa

"Benarkah?" tanya Thomas

"Thomas! Adikmu! Kita tak punya banyak waktu."ucap Anthea segera mengingat apa alasan mereka ke Ankara

"Aku akan mengurus bandit ini bersam para warga. Kamu pergilah ke rumah kamu" titah Anthea setelah itu

"Cepatlah menyusul" ucap Thomas

"tentu" jawab Anthea cepat

Thomas segera menuju alamat yang tertera di surat yang dia terima atas nama Sir. Sherkan. Dibantu warga, Anthea juga menuju posko kesehatan di dekat pos jaga dua. Seorang Tabib sudah menanganinya dengan baik. Selanjutnya, seorang tentara bernama Lee mengantar Anthea menuju rumah Sir. Sherkan.

Thomas masih membatu di ambang pintu sendirian. Dia terkejut melihat sesosok wajah yang hampir mirip dengan wajahnya. Benar-benar menakjubkan, seperti melihat dirinya di cermin. Sekilas mereka memang nampak mirip, tapi mereka berbeda satu sama lain.

"Ayah! Kakak datang" ucap lelaki yang hampir mirip dengannya

"Oh Thomas masuklah" pinta seorang lelaki yang hampir seusia ibunya
***

Hi,Sama seperti tag-nya.

Ini adalah kisah yang ditulis berdasarkan mimpi Author pasca Author nonton The Fate Of Winx Saga series di Netflix.

Author sering banget mimpi ya? Iya, hampir tiap hari mimpi. Jadi alam bawah sadar Author selalu On. Makanya agar tidak overload, munculah cerita ini di Wattpad.

Kalau kalian nemu book ini, aku mau berterimakasih banget ke kalian. Apalagi yang sudah baik hati mau membaca dan menekan tombol bintang kecil *

Sayang readers banyak-banyak :*

DREAM | Twins Brother Of Atlanta✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang