22. Keluarga Adijaya

3.5K 357 226
                                    

"dinginnya,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"dinginnya,"

Leta menoleh mencari sumber suara yang baru saja ia dengar, Revan rupanya.

Lelaki berkulit kuning langsat itu tersenyum berjalan menghampiri Leta dan ikut duduk di kursi taman yang berada di belakang kediaman Ardiaz.

"Tumben gak main?," tanya Leta mulai membuka pembicaraan.

Revan menghela nafas, main salah tidak main pun salah juga. "Males gak ada bensin."

Leta mendesis menanggapi pengakuan Revan, ia kira tidak main karena otw tobat sebab sudah lulus SMA eh rupanya tidak ada bensin.

"Neng cantik jajanin abang bensin dun, nanti dapet pahala aamiin," rayu Revan dengan muka sok imut nan melas. Siapa tau Leta akan tergugah hatinya sehingga dia tidak perlu meminjam uang pada Revin.

Leta sendiri sangat kesal melihat nampang Revan, boro-boro mau kasih pinjam buat jajan sendiri saja Leta susah.

"Gak ada duit, kembaran lo saja pelit kuadrat tiga satu hari dijatah dua puluh ribu saja, bayangkan lebih menderita siapa,"

"Buset, sama duit bensin gue aja mahalan duit bensin. Sabar wahai gadis cantik kalau aa Revan ada uang bulan depan akan aa kasih,"

"Serius?," tanya Leta begitu antusias dengan ungkapan Revan.

"serius sumpah, aa kasih lima ribu,"

Bugh!

Satu tinjuan penuh amarah tepat mengenai bahu Revan dari siapa lagi kalau bukan gadis di sampingnya.

Leta sangat kesal jujur, padahal ia sudah berharap diberi nominal besar. Memang salah kalau berharap dengan dua saudara kembar ini sama-sama pelit memang.

Revan meringis mengusap bahunya, apa dia salah lima ribu itu juga uang. "Salah apa diriku padamu? Lima ribu juga duit manis, kan sehari jadi dua puluh lima ribu," Revan memberi penjelasan sesuai dengan pemikiran kebenarannya.

"Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing ini Revan minta dipukul emang dasar anjing," ungkap Leta begitu geram menatap sengit lawan bicaranya. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum cemas, salah sekali mengajak bicara perempuan.

"Pantun yang naise tapi sangat tidak kakoi, lebih baik kita bercakap yang lain, orang tua lo misal?," Revan berusaha mengalihkan topik, ada sesuatu yang sedang ia cari tau sekarang lebih tepatnya kepo.

Orang tua?, batin Leta menatap langit malam yang cukup cerah malam ini. Dari kecil ia tinggal bersama papa Danu—ayah tiri Leta, Leta sangat penasaran bagaimana rupa orang tua kandungnya. Dan yang paling penting, apa alasan mereka mengabaikan dirinya.

Leta menarik nafas panjang menghembuskannya perlahan menahan air mata, "Gue gak ada orang tua, kecuali papa tiri gue yang sekarang balik ke Singapura dan gak mungkin kembali."

Married Dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang