Cahaya matahari memasukki celah-celah tirai besar berwarna putih, terlihat tirai tersebut terbuka dan menutup selaras dengan hembusan angin pagi ini.
Pagi telah datang, namun Aleta masih terlelap diatas tempat tidur lengkap dengan selimut bermotif papan catur menutupi tubuhnya.
Ia mengerjap kala tirai terbuka lebih lebar menyebabkan cahaya mentari lolos begitu saja menerpa wajah ayunya.
Leta menguap, tangannya terulur mengusap kedua matanya sembari mencoba terduduk. Ia cukup merasa santai akhir-akhir ini karena tidak perlu lagi berangkat ke sekolah.
Samar-samar ia mendengar pintu terbuka diikuti sosok tinggi yang masuk ke dalam kamar, siapalagi kalau bukan sang pemilik kamar, Revin.
Setelah merasa cukup sadar, gadis berzodiak virgo itu menoleh menatap Revin yang tengah melepas ponsel dari charger tidak jauh dari tempat ia berada saat ini.
"Mandi," perintah Revin sadar akan Leta yang baru saja terbangun. Revin dapat mendengar decakan dari gadis itu, lantas ia pun menoleh menatap Leta dengan satu alis terangkat.
"Lo kalau pagi nyuruh mandi mulu, dari dulu gitu, nyuruh sarapan dong sekali kali," gerutu Leta menatap balik kedua mata Revin yang sedang menatap dirinya.
Matahari semakin meninggi tapi tidak ada niat sedikitpun dari Leta untuk beranjak dari kursi santai berbahan besi yang terletak di teras belakang kediaman Ardiaz.
Buku berjudul seni memahami lelaki dan segelas sirup berperisa leci menemani santainya siang ini.
Setelah lulus dari sekolah menengah atas ia memutuskan untuk menunda pendidikannya selama satu tahun, berbeda dengan Revin yang sudah resmi menjadi mahasiswa jurusan bisnis di salah satu universitas dalam negeri.
"Aleta,"
Leta menoleh, mendengar namanya diserukan. Disana, berdiri ibu mertuanya dengan pakaian rapi dan sebuah totebag di tangan kanan yang terangkat. Leta mengangguk paham, sudah beberapa kali ia pergi bersama dengan Vina untuk berbelanja bulan ini. Cukup menyenangkan.
Dengan sigap ia berdiri, menutup buku yang sudah terbaca hampir setengah tidak lupa membawa gelas masuk ke dalam. Sembari berjalan melewati Vina, Leta memberi isyarat sebentar raut wajah.
Setelah menaruh buku di rak ruang tamu dan gelas di wastafel dapur Leta berlari menuju kamarnya dan Revin mengambil tas selempang berwarna putih yang sesuai dengan gaun hitam sederhana yang tengah ia kenakan.
"Ayo ma," ajak Leta begitu sampai di tangga bawah pada Vina yang terduduk di sofa besar ruang tamu. Vina mengangguk, berdiri disertai senyum manis yang tidak lekang oleh usianya sekarang.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil. Setelah semua sudah dipastikan masuk dan duduk nyaman,Mang Ujang—supir pribadi mereka menyalakan mesin mobil mulai melaju menuju jalan perumahan yang sepi.
"Leta, sudah ketemu mau ambil jurusan apa?," tanya Vina mulai membuka obrolan. Leta yang semula menatap keluar jendela mobil beralih menatap Vina.
Ia berpikir sejenak, "belum ma, Leta masih cari yang cocok jadi mau tunda dulu," sebuah jawaban keluar setelah beberapa detik pertanyaan dilontarkan.
Vina mengangguk mengerti, dia tidak terlalu menekan menantunya untuk berpendidikan tinggi yang terpenting putranya dan menantunya hidup bahagia dan berkecukupan itu sudah cukup bagi dirinya.
"Hari ini, Revin mulai kuliah mulai kerja juga loh, kalau dia pulang tolong kamu kasih dia susu anget tawarin pijitin sekalian ya," pinta Vina tersenyum jahil tidak perduli muka merah Leta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Dadakan
Roman pour AdolescentsArevin nero ardiaz, salah satu anak kembar keluarga Nero yang harus menanggung permusuhan beruntun yang ayahnya hadapi di masa lalu. Aleta quenby, gadis muda yang tidak tau kejelasan orang tuanya dengan tiba-tiba diseret kedalam lingkaran permusuha...