32. Akhir Cerita

2.2K 163 13
                                    

1 bulan mendatang ....

Hiruk pikuk kerumunan memenuhi gedung ini. Suara musik juga terdengar keras khas acara pernikahan juga terdengar. Di pelaminan, Aleta dengan dress baby blue panjang berdiri bersama Revin yang mengenakan setelah jas senada.

Mereka tersenyum menyambut setiap tamu yang mengajak berfoto. Benar, setelah kejadian di hari itu mereka berdua sepakat untuk menggelar ulang acara penikahan baik akad maupun resepsi yang belum terlaksana.

"capek?," bisik Revin pada telinga Aleta yang disambut gelengan kepala oleh gadis itu. Senyum lebar terlihat disana. Revin ikut tersenyum kecil merengkuh pinggang Aleta agar semakin dekat padanya. Mereka siap untuk berfoto dengan tamu selanjutnya.

"Ck benci banget gue Vin liat tangan lo," sindir Nino yang baru saja sampai diatas pelaminan hendak bergilir mengambil foto. Aleta tertawa berbeda dengan Revin yang menghela napas jengah.

"Pulang aja lo kalau gak suka," usir Revin terang-terangan membuat tawa Aleta semakin menjadi.

Nino mencibir beralih menatap Aleta, "Selamat ya adek gue, aduh gimana gitu deh manggil lo adek berasa gue tua gitu. Pokoknya kalau Revin macem-macem lo bisa lari ke rumah gue Let," ungkap Nino begitu tulus.

Aleta mengangguk, memeluk Nino erat. Siapa sangka sahabatnya adalah kakak sepupunya sendiri. "Iya pasti, tenang deh sekarang Revin udah jinak,".

"Buset udah kaya pawang uler lo," ejek Nino kemudian.

"Selamat-selamat, jaga Aleta ya dia emang agak bego tapi lo sabarin aja niscaya dia bakal nurut ya sebenernya kalau lo galak dia juga nurut sih orang bucin," pesan Nino pada Revin yang hanya mengangguk dengan senyum melirik Aleta yang sudah geram disampingnya mencubiti lengan Nino.

"Selamat ya Leta, Revin. Gue ikut bahagia, dan, .... Makasih banyak,"

Gini giliran Vano alias Reyhan yang memberi selamat. Nino dan Vano memang datang berdua hari ini ditambah mama Andraya dan Papa Brian yang sudah berdua-duaan menyumbang lagu sekarang.

Aleta mengangguk antusias, "Makasih juga ya kak Vano udah mau datang,".

"Iya, bukan Vano, tapi Reyhan," koreksi Vano kemudian. Ia sudah memutuskan menggunakan nama pemberian Keyrin. Bukan masalah bilamana harus mengganti semua surat-surat pentingnya.

"Oiya kak Reyhan, makasih,"

Vano mengangguk beralih pada Revin yang sudah tersenyum tipis padanya. "Selamat ya Vin, gue tunggu ponakan gue," goda Vano membuat Revin berdecak pelan menepuk lengan lelaki itu.

"Okey-okey mari berfoto sahabatku," ajak Nino hendak menempatkan diri.

"Aleta,"

Semua menoleh, menatap perempuan ber-abaya hijau mint lengkap dengan hijab berwarna senada dengan pakaiannya tersenyum menghampiri Aleta.

"Ayu!," seru Aleta antusias memeluk sahabatnya ini. Ia begitu rindu pada Rayu yang tiba-tiba menghilang dahulu.

"Selamat ya Aleta, semoga samawa kamu dan suami,"

"Aamiin, makasih ya kangen banget sama kamu ih aneh deh dulu kita manggilnya gue-lo padahal,"

Rayu tertawa kecil, mengucap 'tidak apa-apa' tanpa suara.

"Ayu cepet nyusul dong," goda Aleta mendapat gelak tawa dari Rayu beserta gelengan menandakan kata tidak.

"Oh jelas, bentar lagi gue sama neng Ayu nyusul doain deh pokoknya," canda Nino menunduk menatap Rayu yang lebih pendek dari dirinya.

Rayu menghela napas, tidak di kampus tidak disini Nino sama saja tukang gombal. Semua serentak mengucap 'aamiin' membuat Rayu menghela napas sabar. Membantah juga tidak ada gunanya.

"Berhubung ada Ayu juga ayo kita foto bareng," ajak Nino sekali lagi mendapat anggukan antusias dari Aleta.

Mereka sudah menempatkan diri masing-masing namun kembali gagal mengambil gambar saat seorang laki-laki berlari menghampiri mereka.

"Maksud lo semua mau ninggalin gue?! Gue udah jauh-jauh dari luar negeri loh!,"

"Revan!," seru Vano dan Revin bersamaan. Mereka kemudian melakukan tos andalan mereka bertiga seperti biasa.

"Revan," lirih Rayu mendapat tolehan dari empunya nama. Revan tersenyum sedikit tertegun. "Rayu? Long time no see, kamu semakin cantik," sapanya pada Rayu. Rayu berterimakasih sedikit menjaga jarak dari Revan, masa lalunya.

"Okey, ayo foto sekarang karena semua orang udan antre kaya antre sembako,"

Semua mengangguk dengan senyum segera kembali menempatkan diri. Suara kamera dan flash terdengar menandakan pengambilan foto mereka berhasil.

"Beres, yuk makan-makan mumpung gratis," ajak Nino menarik Vano dan Revan diikuti Rayu dibelakangnya.

Aleta dan Revin saling beradu pandang dengan senyum yang lebih lebar dari sebelum-sebelumnya. Hubungan mereka sudah memiliki titik terang saat ini. Ungkapan cinta juga sudah Aleta dapatkan. Tinggal mengarungi bahtera rumah tangga saja.

"Revin, aku mau berterimakasih sama preman-preman itu,"

Revin mengernyit, "Kenapa?,".

"Karena kalau gak ada dia, kita gak akan ketemu, kita gak akan dituduh mesum juga,"

Revin tertawa, haruskah Aleta menyebutkan bagian dituduh mesum itu? Lagian itu semua memang sudah terencana.

"Ya, kamu harus berterimakasih kalau ketemu. Tapi aku lebih terimakasih lagi sama kamu," Revin berbalik bertanya.

"Kenapa?,"

"Karena tanpa kamu aku gak akan tahu kalau nikah dadakan itu seseru dan semenyenangkan ini Aleta sayang,".

Keduanya tertawa bersama dengan Aleta yang sesekali mencubit hidung mancung Revin. Siapa sangka semua kerumitan hubungan mereka akan melahirkan saat bahagia seperti ini. Memang benar ungkapan, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Sekarang nikah dadakan sudah berganti menjadi pernikahan yang sesungguhnya penuh persiapan bukan lagi dadakan apalagi karena dituduh mesum tapi karena saling mencintai sebagai seorang pasangan.

Married Dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang