09. Pain

9.9K 743 433
                                    

Walau sudah hampir pukul tiga sore matahari masih terus bersinar terik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau sudah hampir pukul tiga sore matahari masih terus bersinar terik. Revin menghela nafas, terus memainkam kakinya. Menggesek-gesekan dengan aspal di tempat parkir.

Sudah hampir sepuluh menit ia bersandar pada mobilnya. Revin menoleh ke sebelah kanan tepatnya menoleh ke arah lapangan utama. Berharap ada Leta yang berjalan ke arahnya. Sudah berulang kali ia menoleh tapi tak melihat Leta.

Revin kembali menghela nafas menarik tubuhnya yang ia sandarkan pada mobil sebelumnya.

Sekali lagi gue negok dia nggak ada, gue pulang,

Revin kembali menoleh, nihil kembali ia tak menemukan orang yang ia cari. Revin hendak berbalik, namun ekor matanya menangkap gadis yang ia tunggu dari tadi nampak berlari kearahnya dengan keringat yang bercucuran.

Revin berdecak kembali menghadap Leta yang sebentar lagi sampai.
Leta berhenti tepat didepan Revin, ia berjongkok sambil terengah-engah meminta waktu untuk mengatur nafasnya.

Revin kembali memutar malas kedua bola matanya bersedekap mengambil air minum yang berada disamping ransel Leta berlanjur memberikannya pada sang pemilik.

"Minum dulu," ucap Revin nampak acuh mengulurkan air mineral.
Leta mengangguk, terduduk diaspal menerima air yang Revin berikan.

"Seger banget anjay, banyu surga nih" ungkap Leta setelah meneguk habis air mineral yang semula tinggal setengah botol. Ia tersenyum mengelap keringat di wajahnya dengan tanganya.

"Lo telat darimana?" tanya Revin kembali kesal mengingat ia harus menunggu lama.

Leta berdiri, membersihkan roknya yang sedikit berdebu karena duduk di aspal.
"Maaf lama, tadi gue dihukum keliling lapangan basket 7 kali" jawab Leta terlihat kesal mengingat dirinya yang dihukum karena memberikan contekan pada Nino saat ulangan fisika tadi.

Revin hanya dapat ber–oh ria. Lagi pula memang terlihat Leta sangat lelah. Ia memberi isyarat pada Leta untuk memasuki mobil.

Leta mengangguk, berjalan membuka pintu mobil menyusul Revin yang sudah masuk lebih dulu.

°•°•°•°

Leta terdiam, meremas kuat ujung rok abu-abu miliknya. Kini, ia berdiri disamping Revin didepan pintu rumahnya. Keringat dingin bercucuran membasahi wajah lelahnya. Ia menghela nafas, melihat mobil ayahnya yang berada didepan rumah mampu membuat ia lemas seketika.

Revin menoleh menyadari kegugupan Leta. "Ayo, ada gue" ia menautkan tangannya dan tangan Leta sambil menariknya semakin dekat dengan pintu besar bercat putih.

Dengan ragu, Revin menekan bel listrik disamping pintu.
Tak lama nampak pintu yang dibuka dari dalam menampakkan wanita yang sudah lumayan tua dengan daster merah bercorak batik.

Married Dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang