Leta terus melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan terus mengumpat pada spesies cowok nggak peka bernama Revin.
Leta tersenyum kecut, rumah ini begitu besar dengan nuansa hitam putih. Rumahnya yang dulu memang besar tapi tak sebesar ini. Rumah ini memiliki aura kebahagiaan yang besar, tak seperti rumahnya. Rumahnya dulu sangat sepi, hanya ada dirinya dan beberapa maid.
Orang tuanya tak pernah pulang, mereka bilang pergi ke Singapura. Tapi Leta bukan anak kecil, ia tau Ayah dan Bundanya pergi ke dua negara yang berbeda saling memiliki kekasih lagi.
Empat tahun terakhir, mereka tak pernah pulang. Setiap bulan Leta selalu diberi uang untuk hidup tapi tak pernah dikunjungi. Bicara di telpon pun enggan. Miris, seperti yatim piatu.
Mengesampingkan masalahnya, Leta terus berjalan menuju dapur.
Sesampainnya dipintu dapur, Leta mengernyit matanya menyipit menatap lelaki yang tengah menghadap kulkas sambil meneguk air dalam gelas membelakangi dirinya.Mirip Revin, tapi aneh Revin tadi tidak memakai baju seperti ini. Revin tadi hanya memakai kaos abu-abu polos dan celana training biru. Sedangkan lelaki ini memakai celana jeans hitam, sepatu bertipe convers, dan jaket denim dengan gaya rambut yang berbeda dari yang tadi.
"Revin?." Leta memanggil dengan suara yang sangat tidak meyakinkan.
Saat cowok ini berbalik, seratus persen mirip dengan Revin. Siapa dia? Revin bisa teleportasi ya? Begitu pikirnya.Cowok yang dipanggil Revin itu menarik sudut bibirnya bersandar pada kulkas sambil memainkan gelas kaca ditangannya.
"Lo kok disini. Bukannya tadi disana?" Leta bertanya menunjuk kearah lantai atas tepat dimana kamar Revin berada.
Jadi, ini cewek yang married dadakan sama Revin,
Ia menyeringai, manatap intens Leta dari bawah sampai keatas.
"hhhh"
Leta mengulum bibirnya kala tawa cowok mirip Revin ini pecah."Lo gimana sih? Nikahin adek gue tapi nggak tau apapun tentang adek gue, hal yang mendasar pun nggak tau,"
Leta tambah bingung, kala cowok mirip Revin ini menyebut Revin dengan sebutan 'Adek gue'. Jadi apa maksudnya.
"Oke-oke, biar lo nggak bingung. Gue Revan saudara kembarnya Revin"
Pernyataan Revan sukses membuat Leta terdiam ditempat. Jadi Revin ini kembar.Leta berdehem memecah keheningan yang baru saja ia ciptakan.
"Owh, jadi dipanggil Revan atau Abang nih?," tanya Leta. Sebuah kekehan keluar dari mulutnya berharap bisa dekat dengan Revan."Emm, dipanggil sayang juga boleh." Revin mengerling menatap jail Leta yang sudah berdiri didepannya.
Leta memiringkan kepalanya, apa ia tidak salah dengar. Revan ini lebih humor dari Revin sangat menarik, Leta suka.
Melihat wajah bingung Leta mendesak tawa keluar dari bibir merah muda Revan.
"Panggil Evan aja,"Leta pun ikut tertawa kecil, menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kesini mau minum ya?." Revan mengangkat alisnya bertanya sambil mengedikan dagu.Leta mengangguk sungkan sembari melirik kulkas yang berada dibelakang Revan.
"Nih." Revan menyodorkan gelas nya yang berisi setengah air putih dingin kepada Leta.Mata kecil Leta terbuka sempurna, maksudnya Revan menyuruhnya minum bersama, satu gelas (?)
Dengan rasa tak enak Leta menggeleng, mengisyaratkan tidak dengan tangannya.
"Gue ambil sendiri deh."Revan mengangguk meraih gelas disisi kanan kulkas berlanjut menuang air dari teko kaca kedalam gelas dan memberikannya pada Leta.
Leta tersenyum tipis, Revan lebih peka dari pada Revin dan itu poin utamanya. Kenapa coba yang nikah dengannya bukan Revan saja.
"Minum," Revan memerintah memberikan uluran gelas pada Leta.
Leta mengambilnya sambil tersenyum lebih lebar. "Makasih," ucap Leta berlanjut meneguk air yang baru saja diberikan oleh Revan."Lo beneran nggak bisa bedain gue sama Revin?." Revan bertanya menaruh gelas yang baru ia pakai, berbalik menatap Leta yang mulai selesai meminum airnya.
Leta menggeleng polos, kembali meneguk air dalam gelas kaca itu. Bayangkan dari berjam-jam lalu ia tidak minum loh.
Revan berdecak-decak sambil tertawa Leta itu lucu.
"Nih gue kasih tau, ntar lo salah ngenalin malah nemploknya ke gue, bisa dihakimi Mama sama Papa,""Jadi, gue itu lebih crewet. Jujur nih," Leta tertawa membuat Revan tidak melanjutkan ucapannya.
Revan berdehem menghentikan tawa Leta.
"Lanjut deh, si Revin tuh punya lesung pipit di pipi kanannya persis kayak Mama," Leta terhenyak, ia tidak memperhatikan itu tadi. Mungkin karena Revin tak pernah tersenyum."Lo nggak punya?" tanya Leta memperhatikan pipi Revan mungkin Revan juga punya di pipi kiri.
Revan menggeleng kecawa, membuat Leta merasa bersalah karena bertanya.
"Lo cantik," Revan memuji, mengembangkan senyumnya menatap gadis berambut sebahu yang masih mengenakan seragam SMA.
"Hah?," Leta mengernyit, Revan ini playboy ya. Memang sih cowok ganteng kebanyakan playboy.
"Lo cantik sih, lucu juga. Mau nggak jadi selir gue?" Revan menggoda Leta sambil tertawa, sedangkan Leta sudah jengkel tadi saja hatinya senang dipuji oleh Revan sekarang hatinya jadi sedih, gimana bisa dia ditawarin jadi selir.
"Canda elah, mana mungkin gue mau ngambil ceweknya Revin," ucap Revan menyadari air muka kesal pada Leta, cewek memang dilarang baper kalau dekat dengannya. Revan udah punya pacar? Ya jelas, suka sama Revan? Harus terima dijadiin selir. Dan mirisnya, banyak yang minat di jadiin selir.
Leta membuka tawa kecil dengan sedikit kecanggungan, peraturan baru baginya 'Jangan baper deket sama Revan'.
"Ekhmm,"
Sebuah deheman membuat Leta berbalik, menatap cowok berlesung pipit yang sudah bersandar dipintu masuk dapur sambil bersedekap menatap dirinya dan Revan, siapa lagi kalau bukan Revin."Wih, napa lo? Cemburu?." goda Revan pada kembarannya sambil tertawa mengejek.
Revin nampak berdecak, merolling bola matanya menatap jengah sang kembaran."Lo, mandi udah malem" tunjuk Revin pada Leta yang tengah berdiri menghadapnya dengan tatapan kesal yang sangat ketara.
"Gue duluan deh, kalau minat jadi selir gue kekamar gue langsung ya," bisik Revan dengan suara keras pada telinga Leta. Sengaja menggoda Revin yang hanya menatap datar kearah mereka.
Revan terus berjalan keluar dapur, menepuk bahu Revin sambil terkekeh kecil benar-benar keluar dari dapur.
"Ngapain? Sana buruan." Revin mulai memerintah lagi, membuat Leta mencibikkan bibirnya kesal. Cowok ini terlalu menyebalkan.
Leta menghentak-hentakkan kakinya dilantai dapur berjalan hendak kembali ke kamar Revin lagi. Tepat saat bersimpangan dengan Revin, Leta merasakan cekalan pada tangannya.
Leta menoleh menatap bingung sekaligus kesal pada cowok yang tengah menahannya ini.
"Apa?" sinis Leta masih mengibarkan bendera perang kepada Revin."Jangan dengerin kata Revan, dia nggak pernah serius," Revin melepaskan cekalannya berjalan mendahului Leta.
Leta masih mengerjap polos, apa yang Revin bilang tadi, tolong jelaskan apa maksudnya, Leta belum paham.
___________________________________________________________
Thnks for your vote, coment dan follow😊
Gimana part ini?
Next nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Dadakan
Teen FictionArevin nero ardiaz, salah satu anak kembar keluarga Nero yang harus menanggung permusuhan beruntun yang ayahnya hadapi di masa lalu. Aleta quenby, gadis muda yang tidak tau kejelasan orang tuanya dengan tiba-tiba diseret kedalam lingkaran permusuha...