15. Perbincangan sore

3.9K 406 176
                                    

Leta berjalan memasuki kelasnya yang nampak gaduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leta berjalan memasuki kelasnya yang nampak gaduh. Meskipun ia berada di kelas Ipa namun tidak seperti bayangan orang-orang, anak kelasnya jauh dari kata rajin belajar. Leta menghela nafas berjalan menuju kursi belakang tempat ia duduk bersama Nino.

Leta meletakkan totebag  berwarna biru di meja, hari ini ia memang sengaja tidak membawa tas punggung besar berisi buku karena setelah try out selesai akan ada jeda beberapa hari tanpa kegiatan belajar. Tidak lama Leta dapat melihat Nino yang nampak bersenandung memasuki kelas mengarah pada dirinya dengan senyum yang semakin mengembang.

"Pagi Leta, hari ini jadi kan?" tanya Nino mendapat anggukan mantap dari Leta. Mereka sudah berjanji akan berjalan-jalan setelah try out. Bahkan Leta juga sudah membawa baju ganti didalam totebag-nya. Nino menarik kursi dan langsung duduk menghadap pada Leta. Rasanya sudah lama ia tidak jalan-jalan dengan sahabatnya.

"Jadi lo mau kemana? Jajan es mambo mau? Apa lo mau jajan ciki di samping SD kita dulu?" tanya Nino begitu antusias memandang Leta yang hanya diam memainkan jarinya dimeja. Leta menoleh, "Lo pikir kita bocil gitu jajan jajan begitu, yang bagusan dikit dong No. Bawa gue jajan ke restoran gitu apa kafe yang bagus gitu" protes Leta begitu dramatis mengingat dirinya dan Nino yang selalu jajan di warung pinggir jalan. Walaupun orang tua Nino termasuk orang berada namun ia sama sekali tidak pernah memikirkan gengsi atau sejenisnya, yang Nino tau hanyalah jika ia senang maka akan ia lakukan.

Nino menghela nafas menatap sekilas langit-langit kelas, sambil meraih ponsel dari saku celana abu-abu yang sedang ia kenakan. Leta hanya menatap Nino yang terus melihat ponsel dengan muka berpikir ,menggeleng sekilas lalu tersenyum tipis. Leta tidak mengerti kenapa sahabatnya terlihat pyscho begini.

"Ngapain sih no? Udah nggak waras apa" Leta menepuk pipi kanan Nino sambil mendorongnya. Nino yang mendapat serangan mendadak dari Leta hanya bisa meringis mengusap pipinya.

Nino menjauhkan ponselnya menatap Leta intens, "Jadi gue udah lihat - lihat di internet nah nah gue nemu nih tempat bagus ngga jauh dari sini kaya kafe di pinggir sungai gitu, lo mau di kafe kan? Cocok nih" usul Nino merasa bangga dengan apa yang ia temukan. Leta manggut-manggut masih memikirkan usulan Nino.

"Ya ya tapi ya, masa di pinggir sungai yang di Mall gitu no biar keren," tutur Leta menekuk mukanya. Ia berpikir jalan-jalan di Mall akan menyenangkan hawanya sejuk, bisa sekalian cuci mata.

Nino berdecak menggeser kursinya semakin dekat pada Leta, "Bagusan di deket sungai, menyatu dengan alam." Nino merentangkan kedua tangan menghirup udara kotor kelasnya. Leta menatap jijik, menjauhkan kursi Nino dengan kakinya. "Iya serah lo aja yang penting gue ngga bayar" Leta mengacungkan ibu jari kanannya tersenyum lebar, kalau gratis kemanapun ia pasti mau.

"Iya iya, kalau sama gue lo ngga akan kelaperan, beda kalo lo sama Revin," ucap Nino dengan nada mengejek membuat Leta kesal hingga menarik rambut Nino yang sudah tertata rapi.

Married Dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang