Bertemu

6 1 0
                                    

Empat tahun sudah gue ninggalin tanah air tanpa sekalipun pulang. Mungkin sedikit lebih lama gue menyelesaikan pendidikan S1 gue di sana. Tapi memang itu standartnya.

2tahun lalu, setelah awan menyelesaikan pendidikan S1nya, dia sempat berlibur ke Jepang dan nemui gue. Tapi entah kenapa setelah itu dia jadi jarang ngabari gue.

Eh ya, gue punya temen selama 4 tahun di Jepang. Salah sebenernya banyak sih teman gue, cuman yang ini deket banget sama gue. Mungkin karena kita satu habitat, eh maksud gue satu negara. Makanya kita bisa deket banget.

Namanya Arsil, Prayoga Gunarsilyo. Dia asli keturunan jawa. Bapak ibunya asli Solo, kakek-nenek bahkan mbah buyutnya juga asli Solo. Tapi wajahnya, beeehhh kaya orang chinese. Gue curiga dia anak pungut. Tapi kalau anak pungut, wajah dia mirip tuch sama kedua bonyoknya.
Astaghfirullah, kok gue jadi su'udhon ya!

Awal di Jepang dia adalah transleter gue, secara bahasa Jepang doi, beeeehhh lancar jaya udah mirip naruto. Hahaha 😆

***
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

"Ayo Ar, itu bokap gue," ajak gue kepada Arsil yang sedang duduk di depan terminal tiga pintu kedatangan menunggu jemputan bokap gue.

Yap, Arsil akan stay di Jakarta 1 minggu, karena dia ada panggilan kerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Hebat banget tuch anak, baru lulus sudah dapat panggilan kerja aja.

"Halo, Om!" Sapa Arsil ke bokap gue dengan mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Apa kabar,Ar?" Ucap bokap. Jangan heran, bokap emang udah kenal Arsil waktu bonyok gue berlibur sambil menemui gue di Jepang setiap tahunnya.

"Alhamdulillah, baik om!". Jawabnya.

"Udah yuk, mama udah nunggu di rumah." Ucap bokap sambil merangkul gue dan berjalan ke arah parkiran mobil.

***
"Assalammu'alaykum, mama!" Seru gue ketika masuk rumah dan berlari menghampiri nyokap tersayang yang sedang menata menu makanan di meja makan.

"Wa'alaykummussalaam, sayangnya mama! Gimana flight-nya?". Ucap nyokap gue, dengan memeluk dan mengecup gue dengan sayang.

"Mabok ma, semalam di pesawat ndak bisa tidur". Ujar gue dengan nada manja. Tapi benar sih, gue mabuk perjalanan, untung ada Arsil yang ngebantu gue.

"Heee, bisa gitu? Sebelumnya makan apa?" Tanya nyokap khawatir

"Dari kemarin cuman makan ramen, terus sangking senengnya mau pulang lupa tidak makan." Jawab gue jujur dengan cengiran khas gue.

"Bandel, udah sering mama ingetin kan. Jangan banyak makan mie, ndak baik sayang! Sekarang masih ndak enak badannya?"

"Ndak sih ma, tadi tiba di langit Indo langsung sumringah gitu aja, apa lagi bisa liat mama dan papa lagi"  ujar gue jujur.

Walaupun usia gue sudah 23tahun, tapi gue masih aja jadi anak manja. Ets tapi hanya sama papa dan mama ya!. Mungkin sifat manja gue, karena gue anak tunggal.

Sifat gue akan berbanding terbalik kalau gue sudah di luar rumah.

"Eh, nak Arsil... apa kabar?" Ucap nyokap menyadari adanya Arsil yang sudah duduk bersama papa di ruang keluarga.

"Baik, tante. Tante gimana kabarnya? Makin cantik aja, tante!" Ucap Arsil menanggapi dan dilanjut dengan memuji wajah cantik nyokap. Jangan salah paham dulu,ini bukan fitnah ya? Nyokap gue emang cantik banget, dan kecantikan nyokap nurun ke gue. Hahaha 😄

"Tante, baik. Ah, kamu bisa aja Ar". Jawab nyokap bersemu malu. Tapi seneng tuch !

"Kalian bersih-bersih dulu gih! Arsil bisa pake kamar mandi di kamar sebelah ya!" Suruh nyokap kepada kita.

Koper gue sudah dipindahkan ke kamar gue sama pak Yo, supir papa. Kamar gue ada di lantai dua, dan Arsil pake kamar tamu di lantai bawah bersebelahan dengan ruang keluarga.

Setelah ritual mandi gue selesai, gue turun dan menemui kedua orang tua gue yang sudah duduk di meja makan ditemani oleh Arsil dan satu lagi siapa tuh, roman-romannya kenal sama tuh bahu.

"Hai, Surti. Gue kira udah ndak ingat rumah loe!" Seru Samsudin, eh maksud gue si Awan mendung kepada gue, ketika gue hendak menarik kursi untuk mendudukan bokong gue.

"Yelah, apaan loe Samsudin. Gue pikir udah ndak kenal gue." Ucap gue sarkas.

"Huss, sudah ribut mulu. Lama ndak ketemu juga masih suka ribut." Lerai nyokap yang sudah sangat mengenal kebiasaan aneh kita yang biang onar, eh salah buka kita tapi noh cuman si Samsudin.

Bokap dan Arsil hanya menanggapi dengan tawa kecilnya. Lega, itu yang gue rasakan ketika bisa melihat dan bertemu lagi dengan kunyuk satu nih.

Dia masih bersikap usil kepada gue, tapi dia juga begitu perhatian ke gue. Aneh kan? Ya emang dia aneh, tapi gue seneng. Hahaha

"Ya elah, gue sibuk kali!" Ujar Awan.

"Sibuk apa loe? Sibuk ngitung dosa loe!" Seru gue ngaco.

"Sembarangan, gue ambil pendidikan penerbangan dan baru lulus 5 bulan yang lalu."

"Eh, ndag ada cerita loe sama gue?"

"Udah ceritanya lanjut entar. Makan dulu yuk." Ajak bokap yang di anggukin semua.

Kami makan dengan tenang, masakan nyokap memang paling the best. Ini salah satu yang paling gue rinduin, masakan nyokap. Hahaha

--------------------------
Bersambung dulu yeeee

Jangan lupa tuch tinggalin jejak, biar afdol gitu.

Senja di balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang