Tidak seperti malam Minggu yang biasanya digunakan para remaja untuk berkencan dengan kekasih ataupun sekedar untuk berkumpul bersama dengan sahabat.
Al berbeda dari mereka. Gadis itu hanya duduk di balkon kamar memandangi gemerlip bintang dan juga padatnya kota Jakarta.
Mata yang biasanya memandang tajam itu kini tampak kosong, seperti tak memiliki jiwa. Semakin lama ingatan Al berputar pada masa lalunya yang begitu menyakitkan.
Disaat seperti ini dirinya membutuhkan sesuatu yang bisa digunakan untuk mengalihkan rasa sakit dihatinya.Dan pilihannya jatuh pada cutter. gadis itu berjalan memasuki kamar seraya meremas rambutnya sendiri, dengan segera mengarahkan ujung cutter itu kearah lengan dan menyayat perlahan seperti menikmati rasa sakit itu.
Dua sayatan. Tetapi, ingatan itu semakin berputar seperti memori rusak di kepala Al. Dirinya semakin meremas dan memukul kepalanya sendiri, tak sampai disitu, ujung cutter itu lagi dan lagi membuat goresan di lengan dan sekarang bertambah di telapak tangan kanannya saat ia menggenggam erat cutter itu.
Mata gadis itu terasa berat, sedetik kemudian Al tertidur dengan kondisi acak acakan dan jangan lupa darah yang masih mengalir dari lengan dan telapak tangan gadis itu.
Dilain tempat tepatnya dimarkas geng Vernom keadaan disana sangat ramai karena memang ada acara pertemuan dengan geng Vergos.
Merek duduk di dalam ruang tengah bersama dengan anggota lainnya.
Seperti biasa, perkumpulan ini selalu di isi dengan candaan dan guyonan.
"Lo nggak bawa anak baru yang kata lo waktu itu?" Tanya Gama melenceng jauh dari pembicaraan yang sebelumnya membahas tentang geng geng lain di kota mereka.
Egi menggeleng "kagak, orang cuma kenal." Jawabnya cemberut.
"Ho'oh, orang ceweknya dingin benget." Sahut Arga.
Adam yang sedari tadi sibuk mengemut permennya kini ikut menimbrung, "tapi kalo sama Adam baik kok." Kata cowok itu menjulurkan lidah mengejek.
Bara menoleh pada Langit yang duduk disampingnya "ada cewek baru?" Tanyanya datar. "Iya, cantik banget anjir."
Bara hanya membulatkan mulutnya, tetapi pikirannya selalu melenceng jauh.
_____________
Saat ini Langit sedang merebahkan tubuh dikasur empuknya, ingatanya jatuh pada gadis bernetra biru yang tajam itu. Wajah datarnya saja cantik, apalagi jika tersenyum.
Tanpa sadar Langit tersenyum samar "Al." Gumamnya.Sama seperti Langit, Bara saat ini juga sedang berada didalam kamar. Cowok itu duduk di kursi meja belajarnya dengan tangan menggenggam sebuah foto seorang anak perempuan dengan wajah mirip dengannya.
Gadis kecil itu adalah adiknya, lebih tepatnya kembaran Bara. Bara Sangat menyayangi adiknya itu melebihi apapun di dunia ini. Cowok itu rela melakukan dan mempertaruhkan apapun demi adiknya.
Tetapi entah dimana adiknya itu, Bara tak tau keberadaannya. Setelah kejadian menyeramkan sembilan tahun lalu, adiknya seperti menghilangkan di telan bumi.
Bara mengelus pelan foto itu "kau kemana?" Lirihnya dengan air mata yang berderai. Katakanlah jika Bara cengeng. Nyatanya cowok itu lemah jika sudah bersangkutan dengan adiknya.
Semakin lama air mata Bara semakin deras dan berakhir cowok itu menangis sesenggukan seorang diri di dalam kamar seraya memeluk erat foto adik kembarnya.
"Aku sangat merindukanmu, Al." Gumamnya pelan sebelum menutup mata dengan posisi duduk dan menyenderkan kepala pada meja belajarnya. Lalu perlahan mulai memasuki ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aludra
Novela JuvenilAludra Hellen Celeste gadis yang sangat cantik dengan segala pesona. memiliki tatapan dingin, tajam, dan menghanyutkan membuat orang orang tak sanggup berlama lama menatap bola mata biru laut tersebut. Aludra gadis dengan berjuta topeng ini tumbuh m...