Tujuh

1.8K 137 2
                                    

Saat ini Al bersama kelima 'teman' barunya sedang berada diparkiran.

"Kita ikut ke rumah lo Al, kita kan udah temenan" pinta Egi.

Sengaja mereka mulai mendekati gadis itu perlahan. Mereka harus tau rahasia apa yang disembunyikan oleh gadis itu.

Al tak menjawab.

Arga meringis canggung "gak boleh juga gapapa kok"

"Ikuti aku"

Eh? Berarti boleh dong? Batin mereka kesenangan.

Mereka mulai menaiki motor masing masing kecuali Al yang memasuki mobil.

Kemudian mulai mengikuti gadis itu dari belakang.

Rumah Al tidak jauh juga tidak dekat. Tempatnya jauh dari keramaian.

Akhirnya mereka berhenti didepan gerbang menjulang tinggi. Setelah menekan klakson, seorang pria bertubuh kekar membukakan gerbang seraya membungkuk hormat.

Mereka terperangah melihatnya. Rumah mewah berlantai tiga didominasi warna hitam, keadaan yang sepi, dan banyak beberapa pengawal berjaga disetiap sudut apalagi halaman yang begitu luas.

Rumah Al kaya rumah hantu.

Setelahnya mereka turun dari motor menghampiri Al yang baru saja turun dari mobil.

"Ini rumah lo Al?" Tanya Langit. Al mengangguk.

Adam bergidik "kok serem Al?"

Gadis itu tak menjawab "masuk".
Mereka mulai melangkahkan kaki ke rumah itu. Belum saja mengetuk pintu, pintunya sudah terbuka dari dalam.

Seorang wanita dengan seragam maid menunduk hormat.

Mereka semakin terperangah melihat desainnya. Berbeda dari luar yang terlihat menyeramkan, didalamnya malah terlihat mewah dan elegan meskipun tidak meninggalkan kesan horor dan dingin.

"Mari masuk nona, dan tuan" ucap pelayan tadi.

Mereka mengikuti Al menuju tangga yang berada di sisi kanan namun pelayan tadi menghentikan "maaf nona, tuan melarang anda memakai tangga" Al mengangguk dan berjalan ke sisi kiri.

Jika tidak menggunakan tangga lalu apa? Terbang? Pikir mereka kebingungan.

Ternyata menaiki lift astaga.

Mereka sampai di lantai dua. Sebuah ruang tengah yang luas dengan fasilitas lengkap seperti sofa, televisi, dan kulkas.

"Duduk dulu, aku akan ke kamar" Al pergi meninggalkan mereka.

"Sumpah gue nggak bisa berkata kata" Arga memecah keheningan.

"Horor njirr disini, mana sepi lagi" ujar Egi bergidik ngeri.

"Eh ada mata tuh!"

______________

"Mata apaan sih?" Gimana sih Adam ini, orang rumah kaya gini malah ngomong yang tidak tidak.

Adam menunjuk sebuah toples kaca yang berisi seperti bola mata disamping pigura kecil.

Mereka mendekat "anjir ini beneran apa kagak?!" Pekik Egi.

"Jangan disentuh sembarangan" tegur Zio.

"Paling cuma mainan, buat pajangan" kata Langit.

"Ekhem"

Deheman itu mengalihkan mereka. Seperti ketahuan mencuri, mereka gelagapan. Dengan segera Egi meletakan benda tadi.

"Al matanya beneran ya?" Tanya Adam polos pada Al.

AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang