Happy reading
.
.
.
.
.Bisma yang berada di ruang kantornya hanya menatap dokumen di tangannya dengan kosong.
"Pak Bisma,'' panggil sekretarisnya.
Bisma menghela nafas. Ia menoleh ke arah sekretarisnya itu. "Letakkan saja di atas meja, dan kamu boleh pergi!"
Sekretarisnya itu mulai meletakkan dokumen yang harus di tandatanganinya itu di atas meja kerjanya.
Selepas kepergian sekretarisnya, Bisma menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursinya. Ingatan kejadian masa lalu terbesit dalam pikirannya. Ia memejamkan matanya perlahan.
"Mas, terima kasih sudah memberikan aku luka!"
"Sania!"
"Mas gak perlu jelasin apapun." Wanita itu tersenyum. "Cukup jagakan Ran untukku."
"Maaf!"
Sania menggenggam tangan Bisma. "Kenapa kamu minta maaf, mas?"
"Aku salah Sania," ujar Bisma dengan lirih.
"Gak perlu minta maaf mas, semuanya sudah terjadi. Waktu gak bisa diputar. Dan kesalahan mas gak akan berubah."
"Tapi aku harus minta maaf!"
"Maaf mas cukup balas dengan cara merawat dan menjaga Ran untukku, itu sudah cukup bagiku."
Pria itu membuka matanya. Matanya menatap kosong ke depan.
"Sania, apa yang harus aku lakukan? Anak kita ... Membenciku."
...OoO...
Ran menatap datar ke depan. Cewek itu lalu menoleh ke arah Meira yang sibuk dengan ponselnya.
"Berapa menit lagi dia sampai?"
"Katanya tujuh menit lagi," ucap Meira seraya menatap Ran.
Hingga sebuah motor berhenti di samping motor Ran. Pengendara motor itu melepaskan helmnya.
"Sorry gue telat!" ujar orang itu.
Ran hanya diam.
"Nama gue Raja," ujar orang itu seraya menjulurkan tangannya berniat salaman. Namun, Ran hanya melirik sekilas dan tetap diam.
Raja menghela nafas. "Lo udah lama nunggu gue?"
"Gue kagak suka basa-basi, jadi mending kita langsung tanding!" ujar Ran seraya memasang helmnya ke kepalanya.
Raja menyeringai melihat tingkah Ran yang sedikit angkuh dan sombong. Ia juga kemudian memasangkan helm ke kepalanya.
Ran membuka kaca helmnya seraya menoleh ke arah Raja.
"Taruhannya apaan?"
Raja ikut membuka kaca helmnya. Ia menoleh ke arah Ran sembari tersenyum dibalik helmnya. "Lima juta!"
Ran mengangguk kecil. Cewek itu lalu menutup kaca helmnya, ia kemudian menstater motornya hingga menimbulkan suara berisik. Namun suara berisik itu malah membuat semua yang ada disana bersorak ria.
Seorang cewek berpakaian minim berjalan ke tengah jalan tepat di antara motor Ran dan motor Raja.
"Kalian siap ya?" ujar cewek itu seraya melirik ke arah Ran dan Raja.
Tidak ada jawaban, yang ada hanya suara deru motor yang saling bersahutan membuat arena balap itu semakin panas dan tegang. Namun tidak membuat semua yang ada di sana berhenti bersorak ria.
"1 ... 2 ... Go!" ucap cewek itu sembari membuang bendera kecil di tangannya.
Ran mulai melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Dan sesekali kepalanya menoleh ke arah Raja.
Raja yang merasa tertinggal ikut melajukan motornya dengan kecepatan penuh, namun Ran masih memimpin di depan membuatnya berdecak kesal.
Namun saat berada di tikungan tajam, Raja berhasil menyalipnya membuat Ran mengeram kesal. Cewek itu semakin melajukan motornya dengan kecepatan penuh dan menyalip Raja. Dan salip-menyalip mulai terjadi diantara mereka.
Hingga akhirnya Ran menang. Cewek itu melepaskan helmnya. Ia turun dari motornya.
Meira berlari ke arah Ran. Cewek itu langsung memeluk Ran yang masih berada di atas motornya.
"Selamat bu boss, lo menang!"
Ran tersenyum tipis.
Meira melepaskan pelukannya. Ia menatap berbinar ke arah Ran. "Berhubung bu boss menang, gimana kalo kita makan?"
Ran mengusap kepala Meira. "Oke!"
Mendengar perkataan Ran membuat Meira bersorak senang. Cewek itu kembali memeluk Ran dengan bahagia. "Thanks bu boss!"
Ran tersenyum tipis. Cewek itu membalas pelukan Meira.
Raja berjalan mendekat ke arah Ran. "Selamat, lo menang!"
Ran melepaskan pelukannya dengan Meira. Ia berdehem pelan seraya menatap Raja dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ah iya, gue butuh nomor telepon sama nomor rekening lo supaya gue langsung kirim nanti dan telepon lo." Raja berujar seraya menjulurkan ponselnya ke hadapan Ran dengan senyuman yang memperlihatkan gigi taringnya yang menyembul.
Ran menghela nafas. Cewek itu menoleh ke arah Meira. "Mei!"
Meira yang disebut namanya langsung menyodorkan ponselnya ke Raja seraya tersenyum. "Lo kasih masuk kontak lo aja disini, dan soal nomor rekening. Lo tenang aja, gue yang bakal kirimin. Karena gue asistennya bu boss!"
Raja terdiam, lalu mengangguk pelan seraya tersenyum masam. Cowok itu mulai meraih ponsel Meira dan memasukkan nomornya. Ia kemudian menyodorkan ponsel itu kembali ke pemilikanya.
Raja menoleh ke arah Ran. "Semoga kita ketemu lagi!"
Ran hanya berdehem.
Raja tersenyum simpul. Cowok itu berbalik ke arah motornya. Namun saat akan memasangkan helm di kepalanya, ia berbalik ke arah Ran dengan senyuman yang kembali memperlihatkan gigi taringnya yang menyembul. "Senang ketemu ama lo, Ran!"
---------
Terima kasih sudah membaca!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN {Hiatus}
Teen FictionKarya asli, no plagiat! Jadi jangan di plagiat, dan tolong hargai sang penulis. Jika tidak silahkan pergi, karena disini hanya menerima yang bisa menghargai! ------ Ran Evelyn, cewek badgirl penyuka kegelapan yang gemar balapan tidak seperti kebanya...