Happy Reading
.
.
.
.
.Meira mengerutkan alisnya saat melihat sosok tak asing yang tengah berkumpul dengan dua pria paruh baya dan dua wanita paruh baya ditambah dengan murid baru di sekolahnya.
"Bu boss," panggil Meira pada Ran.
"Hmm."
"Pak boss ..." Meira menghentikan ucapannya membuat Ran menatap cewek itu dengan alis terangkat satu.
"Raka kenapa Mei?"
Meira terdiam. Cewek itu mendongak menatap Ran. "Tadi pak boss kenapa kagak dateng bu boss?"
"Katanya dia lagi sibuk ama pekerjaannya jadi ketos," ujar Ran seraya kembali memakan makanannya.
"Sibuk ya?" ucap Meira dengan pelan.
"Emang kenapa?"
"Ah enggak kok!"
Meira menunduk menatap makanannya dengan pikiran berkecamuk. Cewek itu kembali melirik sosok yang tadi diperhatikannya lalu menoleh ke arah Ran. Hal itu ia lakukan berulang kali.
Meira menghela nafas setelah yakin apa yang akan ia lakukan. "Bu boss!"
"Apa lagi Mei?"
Meira meneguk ludahnya. Tangannya terangkat menunjuk sosok yang sedari tadi jadi perhatiannya. "Bukannya itu pak ... Bos?"
Ran menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Meira. Cewek itu tersenyum pahit menatap sosok Raka dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue ke toilet dulu," pamit Ran.
Tanpa mendengarkan ucapan Meira, Ran bangkit dari duduknya dan berjalan menuju toilet.
Ran menatap dirinya di pantulan cermin dengan mata memerah. Cewek itu menutup wajahnya seraya tertawa sarkas dengan air mata berjatuhan dari pelupuk matanya. Ia menarik rambutnya untuk melampiaskan rasa sesak di dadanya. Sungguh! Ia benci seperti ini.
"Ternyata lo sama aja Ka, gue benci lo!"
Ran membilas wajahnya dengan air. Ia kembali menatap pantulan dirinya. Hembusan nafas kasar keluar dari bilah bibirnya.
Dengan perlahan ia melengkung bibirnya agar tersenyum. Memperlihatkan pada orang-orang yang melihatnya bahwa dia baik-baik saja. Bahwa tidak ada yang terjadi. Agar semua orang tidak tau betapa sakit hatinya saat ini.
"Ran, lo kuat!"
Ran berbalik keluar, namun ia malah tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang yang akan masuk ke dalam toilet.
"Ah, maaf!" ujar orang itu.
Ran menatap orang itu. Saat melihat siapa yang ditabraknya, ia langsung pergi dari sana tanpa memperdulikan orang itu.
Ran mendudukkan dirinya di samping Meira. Cewek itu terdiam dengan pikiran berkecamuk.
"Bu boss, lo gak apa-apa kan?"
Ran tersenyum paksa. "Gue baik!"
Meira membuka mulutnya hendak berbicara namun ia urungkan saat melihat tingkah Ran yang hanya diam menatap kosong makanannya.
"Mei, lo tau cewek itu gak?"
Meira menoleh ke arah Ran. "Cewek yang mana bu boss?"
Ran ikut menoleh ke arah Meira. "Yang lagi duduk di depan Raka."
Meira terdiam sesaat. "Dia murid baru yang gue bilang waktu itu."
"Ah, dia murid baru itu ya?"
...oOo...
Ran berjalan menuju kelasnya dengan tatapan datar.
"Hay Ran," sapa Raka seraya tersenyum manis.
Ran tetap berjalan tanpa memperdulikan Raka. Cewek itu seakan tidak melihat sosok Raka.
Raka meraih tangan Ran. "Ran?"
Ran menghempaskan tangan Raka dengan kasar. "Jangan sentuh gue!"
"Ran, lo kenapa?"
"Gue kagak tau apa hubungan lo ama murid baru itu, tapi selamat ya?! Lo udah jadi orang kedua yang ngehancurin hidup gue yang udah hancur.''
"Maksud lo apa Ran?"
Ran menghela nafas. "Saat gue ngajak lo buat ngeliat gue balapan, lo bilang lo sibuk ngurus pekerjaan lo sebagai ketos. Tapi kenapa gue malah ngeliat lo ada di antara keluarga lo dan orang-orang yang gak gue kenal? Apa jangan-jangan lagi bahas perjodohan ya? Bukannya kalo pertemuan kayak gitu sering ngebahas perjodohan?"
"Ran, gue ... Gue kagak ngerti maksud lo?"
Ran menutup sebagain wajahnya, ia lalu menghela nafas. Cewek itu mendongak menatap Raka. "Bisa kagak, lo jelasin tentang pertemuan keluarga lo ama murid baru itu?"
Raka terdiam.
"Lo kagak bisa jawab ya?"
Raka tetap terdiam.
"Kalo lo diem dan kagak jelasin apapun, berarti semua yang gue omongin itu bener!"
Raka menjilat bibirnya yang terasa kering, lalu menghela nafas. "Ran! Gue gak tau harus jelasin apa ke lo. Tapi yang pasti waktu itu kita cuman makan malam doang."
Ran tersenyum pahit. "Gue kagak percaya!"
"Ran, percaya ama gue! Gue gak bohong."
Ran mengepalkan kedua tangannya. "Kenapa gue harus percaya?" Cewek itu menatap Raka dengan mata berkaca-kaca. "KENAPA GUE HARUS PERCAYA? Padahal gue liat lo makan malam ama keluarga lo dan keluarga dia, apalagi kalo bukan bahas tentang perjodohan? Dan semalam lo bahkan bohongin gue tentang tugas ketos lo, padahal nyatanya lo lagi ada pertemuaan keluarga."
Ran berjalan meninggalkan Raka. Raka yang melihat itu berusaha meraih tangan Ran, namun cewek itu menepisnya dengan kasar.
"Ran, dengerin gue pliss!"
"RAN!"
Raka menggenggam tangan Ran dengan erat. "RAN EVELYN!"
Ran berbalik menatap tajam ke arah Raka. "JANGAN SENTUH GUE!"
---------
$emangat Readres❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
RAN {Hiatus}
Teen FictionKarya asli, no plagiat! Jadi jangan di plagiat, dan tolong hargai sang penulis. Jika tidak silahkan pergi, karena disini hanya menerima yang bisa menghargai! ------ Ran Evelyn, cewek badgirl penyuka kegelapan yang gemar balapan tidak seperti kebanya...