~Bimbang~

7 3 0
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.

Raka menghela nafas kasar. Cowok itu merebahkan tubuhnya ke sofa. Ia memejamkan matanya. Ingin melupakan sejenak masalahnya dengan Ran.

"Raka!"

Raka membuka matanya, menatap mamanya yang berdiri di depannya.

"Kenapa Ma?" Ia bertanya dengan suara pelan namun masih mampu di dengar.

"Katanya tadi kamu gak nemenin Keyna?"

Raka membungkukkan sedikit tubuhnya. Ia memijat keningnya pelan. Kepalanya sungguh pening saat ini apalagi saat mendengar nama Keyna.

Ia mendongak menatap mamanya dengan mata sayu. "Terus?"

"Raka, waktu itu kan kamu udah janji bakal bareng Keyna dan jaga dia di sekolah. Tapi kenapa kamu gak nemenin dia?"

Raka menghela nafas kasar. Ia lalu berdiri. Cowok itu menatap mamanya tidak habis pikir akan sikap mamanya. "Ma, aku juga punya kesibukan. Terus kenapa aku harus ada 24jam buat dia? Dia udah besar Ma!"

"Raka!"

"Ma, aku setuju jaga dia itu karena mama. Kalo bukan mama aku gak sudi."

"Raka!"

"Ma, tolong ngertiin aku!"

"Tapi Raka, Keyna itu ..."

Raka menjambak rambutnya dengan mata terpejam. "Keyna, Keyna dan Keyna." Raka menunduk menatap mamanya itu dengan tatapan sayu. "Mama bisa gak sih ngertiin aku?" Ia berujar dengan nada meninggi.

Raka menghela nafas. menutup wajahnya sebagian. Ia kembali menunduk menatap mamanya. "Maafin aku, aku gak bermaksud marahin mama ataupun ngebentak mama sama sekali. Tapi aku pengen di ngertiin."

Raka menjilat bibirnya, lalu kembali menghela nafas. Cowok itu meraih lengan mamanya.

"Aku mau mama jangan sering nyuruh aku buat selalu nemenin Keyna. Aku mohon!" Raka berujar seraya menatap memohon ke arah mamanya.

"Tapi Raka, kamu udah janji sama om Alam. Bahwa kamu akan menjaga Keyna."

"Ma, aku bakal jagain Keyna! Tapi kasih aku waktu juga buat diri aku sendiri."

"Kalo papa kamu tau gimana?"

Raka terdiam. Memikirkan bagaimana agar papanya berhenti menyuruhnya menemani Keyna!? Sungguh Raka tidak ingin! Apalagi ia baru saja putus dengan Ran. Ia tidak ingin menambah banyak beban dalam pikirannya.

"Nanti aku pikirin!"

...OoO...


Raka menatap datar buku di depannya. Ia merasa enggan belajar. Apalagi dengan pikiran yang berkecamuk. Cowok itu menghela nafas kasar. Ia lalu meraih ponselnya. Membuka aplikasi galeri. Jari telunjuknya menggeser layar ponselnya, memperlihatkan fotonya dengan Ran. Foto dimana mereka tengah makan di cafe berdua. Foto Ran yang tersenyum sangat manis membuat Raka tersenyum. Raka rindu kenangan itu. Kenangan yang bahkan belum lama terjadi.

Raka memejamkan matanya. Membayangkan wajah Ran dengan banyak ekspresi. Marah dengan bibir di manyunkan, kesal dengan bibir yang digembungkan, tersenyum, dan tertawa. Pasti seru!

Raka membuka matanya. Ia kembali menatap fotonya itu bersama Ran. "Maafin gue!" Raka menghela nafas. "Gue sayang ama lo!"


Raka meletakkan ponselnya ke mejanya. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kembali nengingat kenangannya bersama Ran.

"Bang Raka!" Seorang cewek berambut gelombang berjalan menghampiri Raka.

Raka menoleh. "Kenapa Ra?"

"Gimana hubungan lo ama Kak Ran bang?"

Raka terdiam sesaat, cowok itu menghela nafas. "Berakhir Ra!"

"Kak Ran udah tau ya?"

"Iya!"

Nara terdiam. Cewek itu memeluk Raka dari belakang. "Gue doain semoga lo ama Kak Ran baikan!"

Raka tersenyum tipis. "Thanks ya Ra!"

Nara semakin memeluk Raka. Menyembunyikan wajahnya di bahu abangnya. "Kalo lo butuh bantuan, gue siap bantu lo bang!"

Raka hanya terdiam seraya tersenyum pahit.

________

Jangan lupa vote dan komen, supaya author tau kesalahan atau apapun itu! Dan terima kasih sudah singgah.

RAN {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang