Miss

546 55 4
                                    


🖤


Jeno bersepeda dimalam hari, menggendong ranselnya yang tidak begitu berat. Ia kayuh sepedanya perlahan sambil merasakan angin malam. Ponselnya berbunyi, ia berhenti sejenak, dilihatnya jam yang menunjukkan waktu 21.58 Jeno mengumpat pelan lalu dikayuh sepedanya sekencang yang ia bisa

Jam 22.04 Jeno tiba ditaman, sepedanya ia lempar begitu saja disisi taman lalu ia berlari ke tempat seperti bukit kecil di sudut taman. "Maaf aku telat 4 menit" ujarnya merasa bersalah

"Tapi aku sudah berusaha secepat mungkin aku mengayuh sepeda ku dengan kecepatan 80km/ja-ups! Tidak, aku tidak secepat itu ha ha ha" Jeno tertawa canggung. Meskipun ia sampai dengan selamat sampai taman namun ia bisa mati karena membuat Donghyuck-kekasihnya khawatir

"Baiklah aku minta maaf" Jeno tersenyum hangat. Ia duduk dan mengeluarkan beberapa barang dari ranselnya seperti laptop, buku catatan, bolpoin, tak lupa beberapa camilan kekasihnya yang sudah mulai tersenyum melihat setumpuk camilan,
Jeno turut tersenyum melihatnya, kekasihnya sangat menggemaskan

Jeno mulai mengutak-atik laptopnya, melakukan pekerjaannya dibawah para bintang dan bulan ditemani matahari malam yang selalu ada disampingnya

"Aku masih tidak mengerti, kita tinggal satu rumah kenapa setiap datang kesini kamu selalu pergi lebih dulu dan meminta aku datang tepat jam 10 malam?"
Yang ditanya tidak menjawab, pertanyaan ini tidak pernah ia jawab membuat jeno penasaran hingga kini. Jeno menduga mungkin ini demi melatih sisi desiplin dan tepat waktu untuk Jeno yang memiliki jam karet abadi

"Bukankah aku sudah cukup desiplin? Lihat saja aku selalu datang tepat waktu" selesai mengatakannya Jeno memutar matanya menyadari bahwa baru saja ia telat beberapa menit

"Ayolah itu hanya 4 menit" bujuknya. Namun kekasihnya masih malas untuk berbicara dengannya. Ini adalah hukuman rutin setiap kali Jeno terlambat Donghyuck akan diam selama mereka di taman. Kejam sekali

Jeno menghela nafasnya meletakkan laptopnya dirumput, ia berbaring menghadap langit. Kekasihnya menatapnya dengan alis berkerut, dia pasti ingin mengomel karena jeno malas-malasan tapi karena ia sedang menghukum Jeno maka ia harus tetap diam. Jeno terkekeh kecil, Jeno menarik ranselnya meminta Donghyuck untuk bergabung dengannya berbaring disana

"Sini, jadikan ranselku sebagai bantal" Jeno tahu betul Donghyuck tidak akan mau menjadikan lengannya sebagai bantal karena dia sedang marah ceritanya. Apa daya, Donghyuck pun menurut

"Haruskah aku menghitung seribu bintang agar keinginanku terwujud?" Jeno menghela nafas "atau memasukkan bola basket ke ring agar bisa kembali ke masa lalu? Maksudku kembali pada saat kita baru saja bertemu, aku memiliki beberapa penyesalan aku ingin merubahnya agar masa kini dan masa depanku juga akan berubah" Tentu itu tidak bisa, tidak mungkin

"Ini bukan drama atau novel, hidupmu fakta bukan mitos, berhenti mengomel dan lakukan yang terbaik hingga akhir, jangan menyesali masa lalu atau kau akan menyesali masa depanmu" Donghyuck selalu mengomel seperti ini. Tapi Jeno suka kata-katanya, itu membuatnya menjadi bersemangat dan tak pernah menyerah

"Haruskah kita bermain basket saja?" Ajak Jeno, Donghyuck kembali menatap Jeno dengan alis bertaut

"Ayolah hanya sekali ini saja, aku janji akan menyelesaikan tugas akhirku sesegera mungkin" ucapnya mencoba membujuk Donghyuck "ayolah~" rengeknya. Donghyuck menghela nafas berat ini berarti bahwa ia setuju. Jeno tersenyum lebar sampai matanya menghilang

Saking senangnya Jeno berlari mengambil bola basket ditengah lapangan, mulai men- dribel bolanya, Bergerak dengan lincah dan indah, kesana kemari, mengoper dan menerima bola sendirian namun dia sangat menikmatinya. Ketika Jeno bermain basket ia terlihat sangat tampan, bahkan lebih tampan dari Haechan NCT

ㅡ Sempiternal ㅡTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang