Kesetiaanmu

467 30 3
                                    

Alyssa Saufika Umari

Gabriel Stevent Damanik

  KESETIAANMU

       Kesetiaan cintanya padaku, telah membuatnya berada di tampat ini sekarang.

      Sebelumnya aku menyuruh Gabriel kekasihku, untuk menyaksikan wisuda kelulusanku. Berbekal moge kesayangan yang dimilikinya itu,ia datang dengan keadaannya yang masih terlihat pucat , setelah sembuh dari pusingnya.

       Beberapa jam yang lalu, aku telah merelakannya untuk tidak datang dengan alasan sakitnya. Namun dia merasa janjinya untuk menyanyikan sebuah lagu berkat kelulusanku, harus ditepati. Tanpa harus dijemput pun aku bisa datang kerumahnya jika hanya itu alasaya. Sifatnya yang keras kepala membuatku kalah dalam menghadapinya. Suara lemas tanpa semangat sudah tergambar jelas dalam bayanganku.

      Kekhawatiran bersarangdi benakku. Kalau-kalau dengan kedatangannya sakit di kepalanya bertambahparah.atau hal yang ebih buruk mungkin bisa terjadi. Ah tidak. Pikiranku terlalu jauh. Aku terkesan mengiyakan semua itu. Sesuatu yang akan terjadi tidak bisa diramalkan begitu saja. Mungkin karena aku terlalumenyayanginya. Hal yang bisa membuatku tenang menant kehadirannya hanya dengan berpikir positif.

      Tak dirasa topi segi empat ni sudah bisa terlepas. Bahkan rekan-rekanku telah menerbangkannya jauh ke atas. Rasa senang ini terus aku tahn. Aku berniat melampiaskan semuanya pada kekasihku. Aku akan melempar senyuman termanisku, memeluk erat tubuhnya, dan berteriak kencang di daun telinganya. “ budek” kata itu yang pasti akan ku dengar.

      Tiba-tiba dua orang anak tengah menatapku heran,mungkin karena aku tersenyum-senyum sendiri. Mereka terus memperhatikanku seperti berharap akan terjadi hal yang menarik. “udah gila.“ kalimat itu tertulis jeas di jidat mereka. Ya aku dapat melihatnya. Aku hanya memberikan anggukan refleks akibat salah tingkah.

      Sebuah taman mendorong nafsuku untuk menindih bangku kayu tua itu dengan bokong kecil ini. Menunggu lagi.

Ayahku kembali menemuiku setelah entah apa yang dilakukannya dengan dosentampan tadi. Mungkin resep ketampanan sang dosen telah diwariskan kepada Ayahku melalui perbincangannya tadi.

Kemudian dia merangkulku dengan senyuman.

“papah bangga.” Kata itu terucap untuk kesekian kalinya. Aku hanya tersenyum menyambutnya.

       Kenyataan yang telah teramalkan terjadi. Kecelakaan tunggal menimpa iel. Paksaan diri membuat lemas ditubuhnya hilang. Di tengah perjalanan tubuh lemasnya itu semakin membuatnya tak sadarkan diri hingga, trotoar jalan membuat sasaran laju mogenya. Dirinya terlempar hingga kepala bagian belakangnya membentur batu disekitarnya. Entah apa yang membuat helmnya terlepas begitu saja dari kepala berambut gelombang itu. Luka di kepalanya mengeluarkan darah yang tidak sedikit sampai-sampai membanjiri batu yang telah melukainya. Tubuh tak berdaya itu digotong menuju ambulan. Darahnya yang terus mengalir meninggalkan jejak.

      Sudah tepat 3 minggu dia hannya bisaberbaring di dalam ruang berbau obat ini dengan selang infus yang menusuk tangannya. Alat bantu bernafasnya terpasang rapi di mulutnya. Benda-benda kecil yang menyerupai perekat berkabel ada di dadanya yang terbuka.

     Alat pendeteksi detak jantung masih terus berbunyi. ya.. dia masih bertahan saat ini walau tanpa perkembangan sedikitpun dari hari sebelumnya. Prediksi dokter dia hanya punya sedikit harapan untuk sembuh. Itupun akan berbeda dengan orang normal pada umumnya. Kerusakan di otaknya cukup parah. Namun kenyataan pahit itu tidak membuat paihak keluarga membiarkannyapergi begitu saja. Mereka menolak kerasjika dokter harus melepas alat-alat canggih yang selama ini membuatnya bertahan.

Saat ini tanganku tengah menggenggam erat tangan dingin dan pucat miliknya . nadinya masih bisa kuraasakan berdetak. Desah nafas yang terlihat berat masih bisa terdengar di daun telingaku. Ruangan VIP yang hanya berisi kita berdua, membuat nafasnya terdengar jelas. Dadanya terus kembang-kempis seirama nada desahannya.

      Benda cair nan bening ini tanpa sadar telah membasahi tangannya. seakan tak pernah habis di keluarkan untuknya. Sudah cukup lama dia hanya bisa terdiam di dalam kesedihan ini. bibirnya yang membeku ditambah tubuhnya yang tak berdaya.

“iel.”panggilku halus

“kapan kamu mau nyanyi buat aku? Nanti, besok atau …”aku terus menganggapnya mendengarkanku.

“kamu mau ingkar janji?”

Tak ada sepatahpun kata terucap dari mulutnya untuk menjawab semua pertanyaan yang telah terlontar dariku.

“oh iya. Aku bawa gitar.” Aku mengambil gitar yang di sofa yang bersemedi tak jauh dari ranjang iel.

“ini” aku memetik satu dari banyak senar yang terpasang pada gitar itu.

“gimana kalau aku yang main. Tapi kamu nyanyi ya?” ucapan yang terdengar gila. Irama nada tercipta dari gitar silver ini. namun suara nyanyian tak jua masuk ke dalam irama tadi.

“ayo”

“em aku ikut nyanyi deh. Ya?”memaksa

Tubuh jangkung itu tetap pada posisinya.

“Biarkan ku menggapaimu, memelukmu, memanjakanmu

Tidurlah kau dipelukku, dipelukku, dipelukku

Hingga kau mimpikan aku, mimpikan kita, mimpikan kita

Jangan pernah kau terjaga, dari tidurmu, dipelukanku”

     Hanya dia alasan yang membuat air mataku jatuh pada gitar ini. tiada daya bagiku untuk melanjutkan lagu Bintang yang merupakan lagu kenangan kita dulu. Gitar di tanganku, kemudian aku letakan di lantai begitu saja. Aku memeluknya, dan mengusap perlahan kepalanya yang terbalut perban itu.

“Iel…”pangilku dengan tangisan yang tak kunjung berhenti

“tit…tit…ti….t”suara panjang yang muncul dengan tiba-tiba membuatku mengalihkan pandangan ke arah pendeteksi detak jantung, hingga suara berhenti disertai beberapa garis yang berjalan lurus di layar monitor.

Alat itu berhenti berjalan. Itu berarti jantung Iel tak lagi berdetak.

     Aku perhatikan wajahnya kembali. Ternyata dia telah diam tanpa nafas. Dia pergi. Secepat inikah?. Mungkin sulit untuk bisa aku terima,namun ini nyata. Aku tak lagi tertidur dan tengah menikmati mimpi burukku. Tak ada jawaban yang terdengar apakah dia benar-benar tak bisa bertahan. Tapi aku cukup bisa menyimpulkan dari semua yang telah aku lihat.

Itu berarti tak ada suara indah dari mulutny yang dapat terdengar lagi. Tak ada seseorang yang memelukku saat ini. tak ada lagi kekasih yang setia. Tak ada lagi kehidupan cinta kita. Berakhir sudah.

     Suara lemas tanpa semangat mungkin lebih baik daripada ia tak menyanyikan apapun.

Pelukan erat dan isak tangisku ini tak akan memebuatnya kembali hanya untuk mengusap air mataku.

May 22, 2014 Leave a reply

KesetiaanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang