chapter 18

4.9K 487 14
                                    

Koreksi kalau ada kesalahan dalam penulisan 😘
Semi baku-!
So enjoy!!!















Johnny tersenyum puas melihat hasil masakannya, ia melepas apron hitam yang dipakainya.

Sesuai dengan apa yang istrinya katakan lewat chat, ia memasak sayuran hijau ditambah telur mata sapi.

Johnny menata hasil masakannya diatas meja ruang keluarga.

Haechan yang baru saja pulang sekolah langsung tersenyum lebar melihat sang ayah yang tengah menunggunya diruang tamu.

"Echan pulang!"

"Ganti baju, cuci muka setelah itu kita makan" haechan mengangguk lalu bergegas pergi ke kamarnya.

Gadis manis itu kembali keruang keluarga dengan pakaian rumahnya, ia mencium pipi kanan johnny lalu duduk dihadapan sang ayah.

"Bunda masih lama pulangnya?" Tanya haechan, johnny meletakkan ponselnya lalu memusatkan perhatiannya pada sang anak.

"Nanti malam bunda pulang, chanie jangan bilang apa-apa ke bunda soal kita makan mie instan dua hari berturut-turut ok?"

"Sip!"

Mereka makan dengan lahap walau haechan sempat menolak untuk makan sayur.

Selama Ten pergi johnny mengambil cuti untuk menjaga haechan, ia tak ingin putri semata wayangnya itu kesepian karena biasanya jika ia pergi bekerja, Ten yang akan menemani haechan dirumah atau membawa haechan ke butik.

Mengajak haechan ke rumah sakit? Itu sama saja mengumpankan diri pada macan. Ten melarang dirinya untuk membawa haechan ke tempat kerjanya itu, di rumah sakit itu banyak virus.

Membiarkan haechan sendirian juga bukan hal yang bagus, anak itu Pasti akan membuat rumah berantakan, memecahkan barang dan lainnya. Jadi johnny meminimalisir kejadian itu.

Selain takut haechan terluka dan Ten yang akan mengamuk padanya sebenarnya ia malas membereskan kekacauan yang haechan buat hehe.

—🌻—

Setelah selesai makan mereka berdua kini sedang bersantai di ruang keluarga, di sekitar mereka sudah berserakan berbagai macam jenis mainan mulai dari monopoli, uno, Uno stako, mulut buaya.

Mereka bosan, mau menonton film tapi malas.

Posisi mereka itu sekarang berbaring di lantai dengan alas karpet bulu yang tebal.

"Echan bosan!"

"Sama"

"Ayah, ayo kita buat kue untuk bunda"

"Tidak, nanti kita dimarahi bunda karena mengacaukan dapur"

"Ish, ayahhhhh"

"No,baby"

"Buat puding saja"

"Andwe"

Haechan berdecak sebal lalu menindih tubuh besar sang ayah.

Mendusal manja di dada bidang sang ayah. Johnny tersenyum tipis lalu memeluk erat tubuh mungil di atasnya.

"Sesak ayah!"

"I don't care, baby"

—🌻—

Ten mengernyit saat keadaan rumahnya gelap dan sepi, ia melangkahkan kakinya untuk menyalakan saklar lampu.

Matanya membulat sempurna saat melihat melihat mainan dan sampah makanan ringan yang berserakan di lantai ditambah noda minuman yang tumpah.

Ten menghela nafasnya lalu meletakkan tas serta paper bag yang dibawakan di sofa.

Ia mulai memungut mainan dan sampah yang ada, membereskan kekacauan di ruang tamu. Ia berjalan ke arah dapur yang terlihat bersih dan rapih, senyumnya mengembang tapi satu detik kemudian dia menggeram marah.

Ditempat sampah ada beberapa kemasan mie instan!

Ten menghela nafasnya, lagi.

Melangkah kakinya ke ruang keluarga untuk mengecek keadaan disana, sama dengan ruang ruang tamu.

Berantakan! Bantal sofa yang berjatuhan, tv yang menyala dan beberapa mainan yang tercecer.

Di ambilnya bantal sofa itu, lalu diletakkan ditempatnya. Mengambil remote tv lalu dimatikan.

Ten melirik jam dinding yang tertempel, "di mana mereka? Apa sedang jalan-jalan?" Gumam Ten.

Ten mendudukkan dirinya di sofa, menyeka keringat yang mengalir.

Matanya menangkap tangan yang tergeletak di samping sofa, Ten melongokan kepalanya kesamping sofa.

Dilihatnya sang suami dan sang anak yang tertidur saling berpelukan. Ten tersenyum lebar hatinya menghangat.

"Ayah dan anak beruang ini lucu sekali" kekeh Ten.





















Tbc-!!!

Cukup ya update hari ini??

my modelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang