Aku terbangun. Sang fajar tengah mengintip di balik cakrawala dan burung-burung kecil berkicauan membentuk irama. Perlahan, aku bangkit dari kasur tidurku yang sudah sangat tipis, lalu merapikannya.
Tiba-tiba Tara, Adikku, datang dan menyapaku, "Hai, Jessy, apa kau ingat hari ini hari apa ?"
Aku berpikir sejenak, "Kalau tidak salah, hari ini hari kamis, kan ?"
"Tanggal ?" tanya Tara lagi penuh selidik.
Aku mengernyitkan dahi, "12 Maret, benarkah ?"
Tara melompat-lompat kegirangan, "Ya.. ya.. ya.. benar !!! Yuhuu..."
Aku menepuk jidatku, "Ya Tuhan.. Tara.. aku hampir lupa. Hari ini tanggal 12 Maret dan itu artinya........"
"Hari ini hari pembagian roti." ucap kami serentak kegirangan.
"Jessy, cepatlah." desak Tara.
"Tentu.. Aku akan segera pergi."
12 maret, bagi warga kota Frosli hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu, karena pada hari ini, Walikota akan memberikan sebongkah besar roti secara cuma-cuma. Kau tahu ? Semua orang akan merasa girang hari ini. Akan tetapi, mereka yang ingin mendapatkan roti itu juga harus rela membuang banyak waktu untuk mengantri.
Dengan segera aku berganti pakaian. Aku mengenakan Selembar kaos oblong hitam tangan panjang, jeans hitam, dan jaket tipis. Pastinya aku juga tahu, untuk mengantri di depan rumah walikota, semua orang juga harus rela membakar kulit mereka di bawah terik sinar matahari yang menyengat.
"Kau cukup lamban, Jessy." desak Tara lagi.
"Bersabarlah, Tara." jawabku berusaha menenangkannya. Uh... Tapi bukan Tara namanya kalau tidak suka mendesak seperti ini.
Aku menemui Ibu yang tengah sibuk memasak di perapian, Ayah sudah pergi bekerja. "Ibu, aku akan pergi ke Walikota."
Ibu menoleh ke arahku, "Kau ingin mengantri untuk mengambil roti ?"
"Tentu, Tara sangat menginginkannya." jawabku sembari tersenyum.
Ibu balik tersenyum, "Baiklah, berhati-hatilah, Jessy."
Aku mencium kedua pipi Ibuku, lalu tangannya. Segera setelah itu, aku beranjak pergi, aku tidak tega melihat Tara yang sepertinya sangat berharap padaku.
°°°
Aku mengendus pelan ketika melihat para warga tengah berdesakan berhamburan di depan rumah sang walikota. Jauh di depan sana, beberapa orang suruhan walikota tengah sibuk membagikan bongkahan-bongkahan besar roti. Ada beberapa orang yang tak sabar mengantri, berebutan, hingga menimbulkan perkelahian di antara kerumunan banyak orang.
Aku menyapu keringat yang mulai mengucur desar dari keningku. Antriannya masih sangat panjang. Demi sebongkah roti, tak apalah.
"Hai, Jessy." sapa seseorang dibelakangku.
Aku menoleh kebelakang. Rupanya, Jack, sahabatku. "Oh, hai, Jack."
"Kupikir kau tidak ikut mengantri."
"Adikku, Tara, sangat menginginkannya. Kau tahu, aku tidak mungkin menolak permintaannya."
"Yah, setiap orang menginginkannya. Coba lihat, kurasa... tahun ini antriannya sangat panjang. Bahkan, jauh lebih panjang dari tahun lalu."
Aku melangkah sedikit kedepan, diikuti oleh para pengantri yang berada dibelakangku, "Tentu, Jack. Selama pertumbuhan penduduk masih terjadi, kota ini akan terus memadat. Mungkin sepuluh tahun ke depan, kota Frosli akan jadi kota terpadat di seluruh dunia."
Jack terkekeh, "Pemikiran yang hebat. Haha, kota terpadat sekaligus kota termiskin, bukan?"
Aku memutar bola mataku, "Pujian atau hinaan?"
"Hei !! cepatlah maju !! jangan cuma mengobrol saja !! Di sini bukan kau saja yang mengantri!!" teriak seseorang jauh di belakangku. Kurasa dia meneriaki Jack. Dan aku.
Aku maju selangkah ke depan, dan yah, tentu saja para pengantri di belakangku juga ikut maju.
Aku berbisik pada Jack, "Sudah ya, Jack. Nanti saja mengobrolnya. Kecuali jika kau ingin diteriakki lagi oleh mereka."
Jack mengedipkan sebelah matanya, "Oke."
°°°
Matahari perlahan bergerak menuju ufuk barat. Antrian sudah tak sepanjang beberapa jam yang lalu. Sekarang, paling-paling 5 menit lagi tiba giliranku.
Semenit, dua menit, tiga menit, empat menit.. dan...
" Hai, Nona, ini rotimu." Sapa seseorang sembari menyodorkan sebongkah besar roti. Ya, itu adalah orang suruhan Sang Walikota.
Aku mengambil rotinya, "Terima kasih."
Orang itu mengangguk.
Aku menoleh ke arah Jack yang sedari tadi berada di belakangku, "Aku duluan, Jack."
Jack tersenyum, " Sampai jumpa nanti."
Aku balas tersenyum seraya berlalu meninggalkannya.
............
Hmm... berulangkali aku mencium aroma dari roti. wangi sekali. Rasanya, aku sudah tak sabar lagi menunjukkannya pada Tara, aku yakin dia akan senang.
Langkahku terasa bersemangat. Panasnya terik tak lagi terasa. Walaupun kini aku tengah bermandikan keringat, tapi sekarang.. aku benar-benar bahagia. Kami akan pesta roti hari ini.
"Tara, tunggu aku di rumah." batinku girang.
***
Gimana ceritanya ?
akhirnya, selesai bab 1. tolong comment nya, sob. plus VOTE. Biar gua semangat ngelanjutinnya.
Kalau bisa, share ke teman2 ya
:D

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Psychopath ?
Mystery / ThrillerKisah ini berawal ketika Jack berjanji padaku bahwa dia akan mengajariku berburu. Kemudian, kami dikejar tawon dan tersesat di dalam hutan. Konyol? Yah memang. Kau tahu? Selama sepuluh hari aku dan Jack tersesat dalam hutan. sampai kemudian kami t...