Bab 9

3.1K 229 35
                                    

Jessy, ini aku—Jack.

Jack ?

Jessy, sadarlah. Lihat aku.

Suara itu masih dapat kudengar.Aku terduduk. Kemudian, aku merasakan tangan seseorang yang tengah menangkup wajahku, aku tidak bisa melihatnya, Pandanganku rabun. Pikiranku tak terkendali. Tubuhku masih gemetaran, tapi tidak setegang tadi.

Tanganku mengepal kuat, serasa ingin menampar seseorang. Tapi anehnya, aku tak bisa bergerak. Kepalaku mendadak pusing. Mataku semakin berkunang-kunang. Dan aku terjatuh. Mungkin aku mati. Atau pingsan.

°°°

Aku tersadar. Mataku masih setengah rabun. Aku kini terbaring di ranjang tidur yang empuk. Apa yang terjadi barusan?

Aku mencoba bangkit, tapi tubuhku lemah dan aku jatuh terbaring lagi. Pelan-pelan, bibir gemetarku memanggil nama seseorang, "Jack....."

Tidak ada sahutan. Hening. Mataku menelusur ke sekeliling. Hanya ada  tembok putih tanpa batasan. Tidak ada pintu. Tidak ada jendela. Tidak ada apapun kecuali aku dan ranjangku. Di mana aku?

"Jack." aku memanggil nama itu lagi, sambil mencoba bangkit, tapi masih gagal. Aku begitu lemah.

Jantungku berdegup kencang. Darahku mengalir sampai ke ubun-ubun. Ruang hampa! aku ada di ruang hampa. Putih tak terbatas. Apa aku sudah mati? Apa ini tempat sesudah kematian?

Tubuhku menegang. Tanganku mengepal. Aku tak berdaya sama sekali. Rasanya seperti tertempel di ranjang tidur. Aku benar-benar tidak tahan. Batinku berontak. Tubuhku seperti mati.

Perlahan, pendengaranku menangkap sesuatu, seseorang tengah melangkah ke arahku. Aku melirik ke sekeliling. Oh, Tuhan. Bukan seorang, tapi puluhan! Tidak, ada ratusan! Oh, bukan, bahkan ribuan! Ribuan orang melangkah ke arahku. Mereka perempuan, tangan kanannya memegang kapak, sedangkan tangan kirinya kosong mengepal. Mereka semua berwajah sama!!! wajahnya tak asing dan itu.... AKU!!! Itu wajahku!!

Aku berani sumpah, mereka itu aku! aku yang lain! Wajah mereka memberingas tajam, menyeringai ke arahku. Mulutku menganga lebar. Tubuhku tak mampu bergerak karena memang tidak bisa digerakkan. Kini, aku tengah dikelilingi oleh ribuan orang yang serupa denganku. Mereka mengangkat kapak tinggi-tinggi, kapak itu mengarah ke arahku. Aku benar-benar tak bisa membayangkan kalau tubuhku dicincang-cincang oleh ribuan orang.

Tuhan, ribuan kapak mengacung ke arahku. Siap membabat habis tubuhku sampai tak berbentuk. Aku berusaha menjerit. Berontak. Melakukan apapun yang bisa kulakukan. Kematian di depan mata. Atau aku memang sudah mati? Lantas, jika aku sudah mati, mengapa mereka ingin membunuhku?

Tanganku masih mengepal kuat. Kapak itu mulai dihujamkan ke arahku. Mendekat. Melesat. Mendekat. Melesat.

"Aaaaaaaaaaaaaa......." Jeritan itu berhasil kukeluarkan.

°°°

Mataku membuka. Apa aku masih hidup? 

"Hi, Jessy. Syukurlah kau sadar." seseorang menyapaku. Suaranya tak asing. Teramat familiar malah. Tapi aku mengacuhkan suara itu, pikiranku masih cukup kacau.

Aku melihat ke sekeliling. Dinding tembok, lemari, jendela, dan.... Yah, semuanya normal. Tidak ada lagi ruang hampa. Tidak ada lagi ribuan orang yang mengacungkan kapak ke arahku. Pikiranku membaik. Mataku tak lagi rabun. Semuanya kembali normal. Kecuali.......

Aku bangkit perlahan, berusaha duduk. Berhasil! Tubuhku bisa digerakkan! Kakiku juga. Apakah tadi itu hanya mimpi belaka? Yah, kurasa begitu.

Aku menoleh ke samping ranjang tidurku. Ada Jack, Katniss, dan Peeta. Selintas senyum terukir di wajah mereka. Akupun tak kalah bahagia. Dengan cepat, aku memeluk Jack yang sedari tadi menggenggam tanganku.

"Oh, Jack. Tadi itu—"

"Sssstt." Jack memotong. "Sekarang kau baik-baik saja. berbaringlah kembali." pinta Jack.

Aku menurutinya. Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya memasuki kamar tempatku berbaring, "Ini, kubuatkan teh hangat untukmu. Minumlah." ucap wanita itu dengan lembut sembari menyodorkan segelas teh hangat kepadaku. Aku tersenyum menyambutnya. Lalu meminumnya.

"Terima kasih." ucapku.

Wanita tua itu tersenyum.

"Dia Gressy Sae." ucap Katniss. "Dia selalu ke sini setiap pagi dan sore untuk membuatkan makanan."

Aku tersenyum lagi. Kurasa itu adalah hal terbaik yang bisa kulakukan. "Sekarang jam berapa?"

"Sudah malam." Jack menjawab. "Kau merasa cukup baikan?"

Aku mengangguk.

"Baiklah, Katniss, semuanya. Aku pamit pulang. Kurasa tugasku sudah selesai." ucap Gressy Sae. "Oh ya, tadi Haymitch menelponku, katanya dia akan ke sini besok. Selamat malam."

Katniss tersenyum pada Gressy Sae. Kemudian, mereka berpelukan sesaat. "Terima kasih." ucap Katniss.

"Sama-sama. Jangan lupa bahwa aku adalah Ibu angkatmu, Katniss."

"Tentu aku takkan lupa."

Mereka tertawa ringan. Gressy Sae mencoba membenarkan posisi mantelnya, lalu dia pergi. Katniss dan Peeta mengantarnya sampai luar.

                              ***

Update lagi. Hoho. Ada yang nunggu? cqcq saya harap begitu.
Jangan lupa pencet bintang dan komen, sob.
Thanks
:)

Am I a Psychopath ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang