BUUKKK!!!! Aku melompat dan tubuhku disambut baik oleh Jack. Tapi...... SARANG TAWONNYA JATUH!!!
Aku dan Jack saling menatap. Suara bising sekumpulan para tawon mulai mendengung di telinga kami. Sekarang hanya ada dua pilihan, lari atau mati.
"Ayo, Jessy!!" Jack menarik tanganku kasar dan membawaku berlari.
Aku mengangguk. Kami berlari. Berlari kemanapun. Yang penting para tawon itu bisa lenyap dari pandangan kami.
Whoaa!!! aku menjerit. Seeokor tawon menggigit leherku.
"SHIITTTT!!! Aww. aku juga digigitnya!" ucap Jack.
"Jack, Tawon itu bisa mengalahi kecepatan lari kita!"
"Mereka gesit dan lincah, Jessy. Mari kita percepat lari kita!!"
Aku menyetujui. Kami pun mempercepat lari kami. Secepat mungkin. Masuk lebih jauh ke dalam hutan.
Keringat membasahi tubuhku, "Aku hampir menyerah, Jack."
"Bertahanlah, Jessy. Tengoklah ke belakang. Apa mereka masih ada?"
Aku menengok ke belakang sambil terus berlari. Tidak ada tawon lagi!. Senyumku mengembang, "Jack, para tawon itu sudah tidak ada."
Jack memperlambat larinya, "sungguh?"
"Ya." jawabku sambil mengelap keringat di dahiku.
Kami berhenti. Mencoba menarik nafas panjang lalu menghembuskannya,lalu melenguh dengan segenap rasa bangga dan tersenyum satu sama lain.
"Jack, kita sudah jauh masuk ke dalam hutan." ucapku.
Jack bersender di bawah pohon, " setidaknya kita masih punya nyawa."
"Lalu bagaimana kita kembali?"
"Aku sungguh belum memikirkan hal itu, Jessy. Kau haus?"
Aku mengangguk. Kemudian Jack membuka ransel yang sedari tadi berada di punggungnya. Yah, isinya adalah seperangkat alat berburu dan..... YA ITU !! itu yang kubutuhkan sekarang. Sebotol air putih.
"Boleh aku minta?" pintaku pada Jack.
Jack tersenyum seraya memberikan botol air itu padaku, "Ambillah. Tapi jangan di habiskan. Aku juga haus." Jack terkekeh.
Dengan rakus aku menenggak seperempat botol air putih milik Jack.
"Sudah baikan?" tanya Jack.
"Jauh lebih baik." jawabku.
°°°
Aku dan Jack kini tengah bersender di bawah pohon besar di tengah hutan. Kami tersesat, hanya karena pelajaran memanjat yang sebenarnya tak terlalu berguna.
"Lihatlah, Jack. Sebentar lagi gelap. Kau tidak membawa alat penerangan apapun, kan?" tanyaku pada Jack.
"Tenanglah. Masih ada cahaya bulan nanti malam." jawab Jack berusaha menghilangkan kegelisahanku.
"Apa kita tidak bisa kembali?"
"Bukan tidak bisa. Tapi, tidak mungkin."
Aku terperangah, "He----"
"Sssttt." potong Jack. "Lebih baik kita istirahatkan dulu kaki kita. Kau tentu merasa letih,bukan?"
"Yah, sangat. Tapi.... Huh... Tara pasti sedang menungguku, malam ini kami akan pesta roti. Kau tahu? Tara tidak akan memakan rotinya jika anggota keluarga belum lengkap, kecuali ayah, karena ayah sudah tidak ada dan kau tahu itu."
Jack menatapku iba. "Apa ini salahku?"
"Bukan salahmu. Tapi salah kita."
Jack tersenyum dipaksa. Aku menaruh kepalaku di bahu Jack. Entah kenapa, aku selalu merasa tenang jika berada di dekat Jack. Jack adalah pria tangguh yang umurnya dua tahun lebih tua dariku.
Aku bergumam. "Jack."
"Ya?" jawab Jack pelan.
"Tidak. Aku hanya ingin memanggilmu."
Jack tersenyum. Mata kami bertemu satu sama lain. Saling menatap. Saling mengagumi. Perlahan, Jack mendekatkan kepalanya ke arahku. Bibirnya bertemu dengan bibirku. Kami berciuman. Ciuman pertama dari seorang lelaki. Ciuman layaknya sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta. Aku melenguh. Jack melumat bibirku dengan lembut. Aku menikmatinya.
***
Hai.... akhirnya .. update juga. Maaf lama. Maklum , anak kelas 9. hhe.. maaf klau ceritanya kurang menegangkan dan kurang romantis hha. TOLONG vote dan komen ya, sob.
Thanks :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Am I a Psychopath ?
Mystery / ThrillerKisah ini berawal ketika Jack berjanji padaku bahwa dia akan mengajariku berburu. Kemudian, kami dikejar tawon dan tersesat di dalam hutan. Konyol? Yah memang. Kau tahu? Selama sepuluh hari aku dan Jack tersesat dalam hutan. sampai kemudian kami t...