Part 10

2.1K 251 43
                                    

Semua teman Mahen nampak terkejut karena Mahen membawa Hamidah untuk duduk bersama dengan mereka. Bahkan kursi yang di pakai oleh sang wanita cantik tadi harus di ambil alih oleh Hamidah.

"Hey, Mahen, itu kan kursi Prisila, kau gila ya?" bisik temannya.

"Ini kursi istriku, Prisila yang tidak termasuk di dalam daftar kursi ini," jawab Mahen yang membuat teman-temannya melongo.

"Hey, kau ...."

"Sudahlah, kenapa jadi bahas Prisila sih?" Mahen nampak tak suka teman-temannya selalu membahas Prisila. Tak lama Prisila yang baru selesai dari toilet merasa heran karena kursinya di isi seseorang.

"Permisi ini kursi ku," ujar Prisila pada Hamidah. Semuanya menoleh termasuk Hamidah dan Mahendra.

Hamidah pun ke bingungan dan hendak bangun tapi di tahan oleh Mahen.

"Mahendra, kenapa kau larang wanita ini untuk bangun?" tanya Prisila heran. Teman-teman yang lain hanya bisa menatap perbuatan Mahen yang tak masuk akal.

"Ini bukan kursi untukmu, tapi untuk Hamidah."

"Ha-Hamidah?" Prisila menoleh pada Hamidah yang menunduk bingung.

"Siapa Hamidah ini?" tanya Prisila lagi yang memang tidak tahu jika Mahen sudah menikah.

"Istriku," jawab Mahen yang membuat Prisila nampak sangat terkejut.

"Apa? Istri, kau sudah punya istri, tapi bagaimana mungkin?" Prisila yang bingung dan kaget langsung pergi dari sana. Mahen yang sebenarnya tidak mau mengejar Prisila akhirnya tetap mengejar wanita itu. Bagaimana pun Prisila dan dirinya pernah dekat sebelum akhirnya Mahen di jodohkan dengan Hamidah.

Hamidah yang melihat sang suami mengejar wanita lain membuatnya kecewa dan merasa sesak di dadanya. Terlebih ia di tinggal begitu saja dengan teman-teman Mahen yang menatapnya tak suka. Hamidah sudah ingin menangis saja rasanya tapi ia harus tahan dan tak boleh membuat malu sang suami.

"Kau senang ya melihat suami mu bertengkar dengan pacarnya?" tanya salah satu teman Mahen yang membuat Hamidah tersentak.

"Pacar?" ulang Hamidah tak percaya.

"Ya, wanita cantik yang lari itu adalah pacar suamimu, bahkan sebelum kamu menikahi Mahen."

"Ta-tapi ...."

"Tapi apa? Kamu ini perempuan juga tapi kok tidak ada rasa bersalahnya sama sekali ya, benar-benar keji."

Hamidah semakin bingung dengan semua ini. Bukankah Mahen menikahinya karena ia menerima perjodohan ini, jika ia menerima perjodohan ini artinya ia tak memiliki hubungan dengan siapa pun. Apa Mahen bohong dan tetap menerima pernikahan ini karena Kakek?

Apa Kakek mengancam Mahen?

Perasaan Hamidah sudah tak menentu, ia bingung harus apa sekarang.

Akhirnya Hamidah pun memilih untuk keluar dari sana dan tak sengaja ia melihat Mahen tengah menggenggam jemari Prisila.

Hamidah bersembunyi dan mendengar setiap percakapan mereka. Hamidah hanya bisa menahan air matanya karena ternyata Mahen menyukai Prisila ketimbang dirinya. Yah, siapalah Hamidah, jika bukan karena Kakek mana mungkin ia bisa menikah dengan Mahen. Tapi, kenapa Mahen harus berbohong padanya.

Jika memang tak suka kenapa memaksa untuk menikah sampai datang ke kampung segala?

Perasaan Hamidah hancur malam ini. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Di pernikahannya yang 5 hari ini ia sudah merasa gagal.

****

Mahen meminta maaf pada Hamidah atas kejadian tadi. Mereka pun pulang dengan pikiran masing-masing. Mahen tak menceritakan pada Hamidah siapa Prisila sampai mereka tiba di rumah. Seakan Mahen ingin menyembunyikan hubungannya dengan Prisila.

Bukan Istri Impian (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang