01 - Bocah Badung

904 130 47
                                    

Jarum jam telah menunjukkan pukul 10 pagi, di mana semua murid sudah sewajarnya berada di dalam kelas masing-masing.

Tapi tidak dengan Park Jiyeon, salah satu siswi Runebong High School yang saat itu tengah berusaha keras membuka pintu toilet.

Begitulah, sekitar 3 menit yang lalu dia masuk dan menyelesaikan hajatnya di dalam sana, akan tetapi saat ia hendak keluar, pintu toilet tiba-tiba macet tak bisa dibuka. Itulah sebabnya kini terdengar suara gedoran sekaligus teriakan keras dari mulutnya.

Namun, sudah sekitar 10 menit lamanya ia melakukan hal itu, nyatanya tak ada seorang pun yang mendengarnya. Peluh dingin sudah mulai bercucuran membasahi keningnya. Pesan teks pun sudah dikirimnya kepada Jung Krystal, sahabat sekaligus teman sebangkunya. Akan tetapi gadis itu pun belum menunjukkan tanda-tanda untuk menolong.

Pada akhirnya Jiyeon hanya bisa pasrah diam menunggu di dalam toilet.

Ia bahkan nyaris tertidur ketika tiba-tiba pintu toilet digedor dari luar.

"Hei! Siapapun yang ada di dalam sana, cepat buka! Aku sudah tak bisa menahannya lagi!"

Jiyeon sontak terkejut mendengarnya dan refleks mendekat ke pintu.

"Siapa di luar?" tanyanya.

"Kau pikir aku sedang bertamu di rumahmu, huh? Kubilang cepat buka!"

"Aku tahu. Maksudku, pintunya macet tidak bisa dibuka. Apa kira-kira kau bisa membantu membukanya dari luar?"

Tak terdengar sahutan.

"Hei! Kenapa diam? Kau bisa bantu atau tidak?"

Tetap tak ada jawaban. Jiyeon makin bingung dibuatnya. Ia berpikir bahwa gadis itu telah pergi. Namun, beberapa saat kemudian ia dibuat terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka. Gadis itu seketika menarik napas lega.

"Oh, syukurlah!" ucapnya.

"Sekarang bisakah kau menyingkir dari sana?" ucap gadis yang baru saja membuka pintunya itu.

"Oh, okay. Terima kasih, Yein." Jiyeon tersenyum lebar menyatakan terima kasihnya. Akan tetapi gadis bernama Yein itu tak menjawab, melainkan langsung masuk ke dalam toilet begitu saja dan menguncinya dari dalam.

Jiyeon sedikt terkejut melihatnya, tapi ia hanya mampu memandangnya dengan sedikit kesal.

"Tsk, padahal aku sudah berterima kasih." gumamnya.

"Oi, Jiyeon, bukannya tadi kau bilang sedang terkunci di dalam? Kenapa sekarang ada di luar? Kau mencoba mempermainkanku, huh?"

Jiyeon sedikit tersentak dan menoleh mendengar itu. Tahu-tahu seorang gadis cantik berwajah tegas sudah muncul di belakangnya. Jung Krystal, sahabatnya.

"Ck, kau saja yang datang terlalu lama. Aku bahkan nyaris ketiduran tadi di dalam toilet."

"Mau bagaimana lagi? Pak Dujun tidak langsung memberikan ijin padaku. Jadi aku terpaksa menggunakan rayuan maut dulu padanya."

"Heh, yang benar saja? Kau merayu Pak Dujun? Seleramu tua sekali, Krys.."

Ctak.

Krystal refleks memukul kepala Jiyeon agak keras.

"Akh!" Jiyeon pun meringis kecil.

"Enak saja kau bicara. Aku melakukannya juga demi dirimu, bodoh."

Jiyeon hanya mendengus mendengarnya.

"Lalu bagaimana caranya kau bisa keluar dari dalam sana? Apa ada seseorang yang membantumu?" Krystal kembali bertanya.

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang