03 - Suara Hati

292 95 31
                                    

Jungkook terlihat membantu juniornya yang tanpa sengaja menubruknya itu kembali berdiri.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Si murid junior hanya menunduk tanpa berani menjawab. Jungkook pun beralih menatap Yoongi dan teman-temannya.

"Apa? Mau jadi pahlawan kesiangan, huh?" Yoongi tertawa mengejek, diikuti teman-temannya.

Alih-alih menjawab, Jungkook justru menunjuk ke arah dada Yoongi dengan ekspresi terkejut.

"Oh, aku melihat dosa di sana!"

Yoongi mengernyit tak mengerti, "Apa yang kau bicarakan?"

Pemuda itu turut menatap ke arah dadanya sendiri penuh keheranan. Tapi di saat yang bersamaan, Jungkook dengan cepat merebut kembali uang yang semula dirampas oleh murid berandal tersebut.

Tentu saja hal itu membuat Yoongi murka bukan main, "Hei, beraninya kau! Kembalikan padaku!"

"Huh? Aku hanya mencoba membantu mengambil dosa milikmu. Apa kau tidak salah memintanya kembali?"

"A-apa katamu?"

Jungkook hanya tersenyum dan beralih pada si murid junior yang masih berdiri di sebelahnya, "Ini. Milikmu, bukan?"

"I-iya.. T-terima kasih.."

"Sama-sama. Sebaiknya kau segera pergi ke ruang kesehatan sekarang. Luka di wajahmu perlu diobati."

"T-terima kasih, Sunbae.."

Jungkook kembali tersenyum dan mengangguk. Namun, baru saja si murid junior hendak pergi, Yoongi kembali mencengkeram bahunya.

"Siapa yang menyuruhmu pergi, bedebah? Kau pikir bisa pergi begitu saja semudah itu, huh?"

"Kenapa tidak? Dan bisakah kau lepaskan tangan penuh dosamu itu darinya?"

Yoongi pun beralih menatap tajam ke arah Jungkook yang kini balas menatapnya dengan tatapan santai tanpa dosa. Rahang laki-laki itu mengeras.

"Beraninya kau! Cepat habisi cecunguk ini!" usai mendorong si murid junior begitu saja, Yoongi pun memberi tanda pada kedua temannya untuk menyerang Jungkook.

Akhirnya mereka pun mulai terlibat adegan baku hantam. Lebih tepatnya pengeroyokan terhadap Jungkook. Tapi tentu saja Jungkook tak hanya tinggal diam. Ia bahkan dengan mudah mampu menghindari semua serangan yang dilontarkan oleh kedua teman Yoongi dan justru berhasil membuat keduanya terjengkang ke lantai.

"Dasar bodoh!" maki Yoongi murka ketika melihat kekalahan kedua temannya.

Lantas, dengan geram ia pun mulai menyerang Jungkook secara membabi buta. Mau tak mau Jungkook pun kewalahan juga dibuatnya. Serangan membabi buta itu justru membuatnya sulit memberikan serangan balasan. Akhirnya Yoongi pun berhasil membuat hidung Jungkook berdarah. Laki-laki itu tersenyum puas melihatnya.

"Bagaimana? Mau lagi?" ia memancing emosi Jungkook.

Jungkook mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Hm, lumayan juga. Sekarang giliranku." usai mengucapkan itu, dengan gerakan cepat tanpa aba-aba, Jungkook menjegal kaki Yoongi begitu saja, membuat laki-laki itu sontak jatuh tersungkur mencium lantai.

Jungkook tak tinggal diam. Dengan gerakan cepat pula, ia melompat ke atas tubuh Yoongi yang masih tengkurap, tak memberi kesempatan pada laki-laki itu untuk bangun.

"Aakkhh! Ampun! A-aku menyerah!" Yoongi berteriak kesakitan saat Jungkook memelintir keras kedua tangannya ke belakang.

"Aku akan melepaskanmu, tapi dengan syarat kau mau berjanji tidak akan mengganggu murid-murid lemah lagi."

"B-baiklah, a-aku berjanji takkan mengganggu siapapun lagi!"

"Ingat, jika aku masih melihatmu berulah lagi, aku takkan segan-segan mematahkan kedua tanganmu ini. Apa ucapanku cukup dimengerti?"

"I-iya, aku mengerti.."

Jungkook tersenyum puas mendengarnya. Ia pun melepaskan borgolan tangannya dan segera menyingkir dari atas tubuh Yoongi.

"Nah.. Lain kali jadilah murid yang baik dan tidak suka berbuat onar, okay?" ia menepuk bahu Yoongi beberapa kali seraya tersenyum lebar, memperlihatkan gigi kelinci miliknya.

Tak menyahuti ucapannya, Yoongi hanya beranjak dan berlalu pergi pegitu saja dari hadapannya, diikuti kedua temannya.

Sepeninggal mereka, Jungkook menghampiri si murid junior yang masih tampak ketakutan. Ia baru saja memunguti buku-bukunya yang semula berserakan di lantai akibat ulah Yoongi cs.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jungkook padanya.

Akan tetapi si bocah junior hanya diam tak menjawab sepatah kata pun.

"Jangan khawatir, aku jamin mereka tidak akan berani mengganggumu lagi. Percayalah.."

"T-terima kasih, Sunbae.."

"Sama-sama. Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu."

Si murid junior hanya mengangguk, membiarkan Jungkook berlalu dari hadapannya.

Sementara itu, Jiyeon yang sejak tadi menyaksikan kejadian tersebut secara diam-diam, entah kenapa kembali merasakan sesuatu yang aneh dalam lubuk hatinya.

Rasa kagum, tak percaya, senang, entah perasaan apa lagi yang kini tengah bercampur aduk di dalam sana.

Gadis itu tanpa sadar menyentuh dadanya sendiri. Bisa ia rasakan degupan jantungnya yang berirama semakin tak beraturan saat itu. Sedetik, dua detik, tiga detik lamanya ia terdiam. Hingga pada detik berikutnya, ia pun mulai menyadari sesuatu.

"T-tidak mungkin.. Apa jangan-jangan-aku sudah jatuh cinta pada Jeon Jungkook?"

***

Semalam suntuk Jiyeon tak bisa memejamkan kedua matanya. Seluruh pikirannya terus memikirkan sosok Jeon Jungkook. Semua hal tentang pemuda itu terus terbayang-bayang di pelupuk matanya bagaikan sebuah film yang berputar dalam memorinya. Senyumnya, gaya bicaranya, semuanya begitu jelas terbayang di benaknya.

Ia kembali tersenyum seorang diri ketika mengingat lagi peristiwa tabrakan tadi pagi di sekolah. Ah, itu sungguh momen terbaik yang pernah ia alami bersama Jungkook. Masih tercetak jelas dalam benaknya bagaimana hidung keduanya yang nyaris saling bersentuhan. Sekaligus tatapan laki-laki itu padanya yang begitu dalam.

"Aaaargghh.. Aku pasti sudah gila!" gadis itu menjerit tertahan dengan membungkam wajahnya sendiri menggunakan bantal miliknya.

Karena tak juga dapat memejamkan kedua matanya, gadis itu pun bangkit dan meraih buku bersampul merah yang tergeletak di atas meja belajarnya. Dengan iseng, ia pun mulai menggoreskan beberapa kalimat untuk mewakili perasaannya saat itu. Sebuah kebiasaan kecil yang selama ini selalu dilakukannya setiap kali hatinya merasa gundah.

'Jeon Jungkook.. Ah, nama itu terdengar begitu indah di telingaku. Aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi setiap menyebutkan nama itu, perasaanku seketika berbunga-bunga tanpa bisa kucegah. Sungguh aku sama sekali tak mengerti, kenapa aku bisa seperti ini? Aku terus memikirkan dirinya sampai-sampai membuatku sulit memejamkan kedua mataku malam ini. Oh, apa ini sebuah karma untukku? Hampir seharian di dalam ingatanku hanya muncul sosok Jungkook dan Jungkook. Apa benar aku sedang jatuh cinta padanya? Apa memang seperti ini rasanya jatuh cinta? Senyumnya, tingkah lakunya yang menyebalkan, semua itu tak lepas dari benakku. Kupikir dia hanyalah bocah nakal yang selalu membuat resah para Guru di sekolah, tapi nyatanya di luar dugaanku dia sangatlah baik. Aku sungguh terpesona melihatnya melawan para berandalan itu hanya untuk menolong seorang murid junior. Dan itu membuatku semakin menyukainya. Oh, Tuhan.. Apakah aku benar sudah gila? Kenapa aku bisa sebodoh ini? Tapi aku sungguh tak bisa mengingkari perasaanku sendiri. Baru aku sadari jika ternyata dirinya begitu sempurna di mataku. Jungkook, kuharap kau menjadi mimpi terindah dalam tidurku malam ini.."

Begitu selesai menulis kalimat terakhir, rasa kantuk pun menyerang Jiyeon hingga pada akhirnya gadis itu pun jatuh tertidur.

***
To be continued..

Selamat memasuki bulan suci Ramadhan buat teman-teman yang menjalankan 😘

ʀᴏᴍᴀɴ ᴘɪᴄɪsᴀɴ 「ᴇɴᴅ」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang